Kolom

Addio, Capitano Astori!

Adalah hal yang alami bagi kita semua untuk memberikan tribute bagi pahlawan sepak bola yang kita puja, ketika ia meninggalkan kita. Biasanya, kita memberikan tribute ketika ia baru saja gantung sepatu untuk mengenang apa yang telah ia berikan bagi kita. Namun, ketika ia meninggalkan kita di usia yang begitu muda, di usia yang baru menginjak 31 tahun, emosi yang kita rasakan sangatlah berbeda.

Un fulmine a ciel sereno, peribahasa Italia yang secara harfiah artinya petir yang menyambar tiba-tiba. Begitulah yang kita rasakan ketika kapten Fiorentina, Davide Astori, meninggal dunia. Kami menjalani hari dengan biasa, berlatih untuk menghadapi laga melawan Udinese, lalu esoknya, kami harus menghadapi tragedi ini. Kekhawatiran kami tentang sepak bola, tiba-tiba meningkat karena kami menghadapi masalah yang sebenarnya.

Baca juga: Kapten Fiorentina, Davide Astori Meninggal Dunia

Olahraga, khususnya sepak bola, memisahkan kita dari tumbuh besar dan menghadapi realita. Kita bisa menggunakan kata-kata yang dramatis (bencana, musibah, dan sebagainya) untuk mendeskripsikan masalah yang sebenarnya bukanlah sebuah hal yang besar. Itulah keindahan dari olahraga.

Menonton sepak bola menjadi hal yang menyenangkan karena kita bisa berlebihan terhadap satu masalah yang sepele, namun hal tentunya berbeda ketika ada bencana sebenarnya yang terjadi di sepak bola. Bagi kami yang hidup dengan menulis tentang sepak bola , dan menggunakan kata-kata yang hiperbola, tentunya sulit untuk bahkan mengontrol diri sendiri tentang apa yang baru saja terjadi.

Kehilangan yang kami rasakan tentunya tidak bisa dibandingkan dengan yang dirasakan oleh istrinya, anaknya, keluarganya, teman setimnya, dan rekan-rekannya yang lain. Mereka telah kehilangan cinta mereka, ayah mereka, kolega bahkan sahabat mereka. Ia pergi untuk bermain sepak bola, dan tidak kembali. Sepak bola di Italia berkabung karenanya.

Astori bermain di akademi AC Milan, dan sempat memperkuat AS Roma dan Cagliari, sebelum akhirnya menjadi kapten di Fiorentina. Di klub yang frekuensi transfernya tinggi, ia dengan cepat menjadi pemain penting di tim. Dengan fakta bahwa Stefano Pioli, manajer yang juga merupakan mantan bek yang berkualitas, melihat Astori sebagai kapten, menyatakan kualitas kepemimpinannya.

Melihat namanya di daftar tim memberikan ketenangan bagi semua suporter Fiorentina. Memang, ada beberapa kesalahan ganjil yang ia lakukan, namun itu semua tertutup oleh kegemilangannya ketika bertahan, dan kehebatannya ketika turut serta untuk menyerang, sebuah kelebihan yang ia miliki ketimbang bek lainnya. Terkadang, ia memaksakan diri, namun tentunya kami mencintai hal itu.

Meskipun ia bukan pemain inti di tim nasional, ia adalah pemain yang loyal. Ia menerima bahwa ia tidak mendapatkan menit yang banyak, namun ketika ia diminta bermain, ia akan memberikan segalanya. Ia tentunya akan dirindukan ketika Italia membangun kembali selepas kegagalan untuk lolos ke Piala Dunia 2018.

Kelebihan utamanya adalah untuk sdramatizzare, untuk menenangkan keadaan yang seringkali dibuat panas oleh kontroversi sepak bola Italia, yang tentunya sangat dikagumi. Ketika ia melakukan konferensi pers pasca-laga, ia selalu menyunggingkan senyum ketika berbicara, bahkan ketika timnya atau dirinya mengalami bencana di lapangan. Hal seperti ini mungkin terkesan sepele, namun di Serie A, hal ini tentunya sesuatu yang tak sering dilihat.

Gianluigi Buffon menyebutnya sebagai salah satu dari sekian good guy di sepak bola. Kiper legendaris Italia itu menyebut Astori sebagai seseorang yang selalu mendahulukan kepentingan orang ketimbang dirinya, seseorang yang penuh respek terhadap orang lain. Luca Calamai, jurnalis dari La Gazzeta dello Sport yang juga seorang pendukung Fiorentina seumur hidup, mengatakan bahwa Astori adalah seseorang yang sensitif, dalam artian positif. Astori disebut sebagai pria penuh kelas, yang selalu siap untuk membantu orang yang kekurangan. Atribut-atribut yang langka inilah yang akan sangat dirindukan oleh orang-orang terdekatnya.

Florence adalah kota yang terkenal akan orang-orang terbaik di sepak bola. Meskipun Astori baru berada kurang dari tiga tahun di sana, ia sendiri sempat menyatakan bahwa ia ingin bermain di sana untuk waktu yang lama, dan loyalitas seperti itulah yang begitu dipuja dan dicintai di Florence.

Tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan apa yang baru saja terjadi. Kitalah yang mendapat musibah atas kehilangan pria seperti Astori, pria muda yang mengagumkan dan tentunya pesepak bola yang berkualitas. Seiring waktu, mungkin kita dapat mengambil hikmah darinya untuk melihat hal-hal lainyang lebih luas dalam sepak bola. Namun, saat ini, sudah seharusnya kita berkabung untuk perginya sang kapten, perginya Astori yang begitu cepat.

Addio, Davide Astori. Addio, Capitano.

Author: Giancarlo Rinaldi
Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)