Kendati berbeda negara, dua kesebelasan top di Benua Biru yakni Barcelona (Spanyol) dan Chelsea (Inggris), memiliki serentetan kisah perseteruan yang amat panas tatkala bersua di kompetisi antarklub Eropa, utamanya di fase knock-out Liga Champions.
Sepanjang sejarah, kedua tim sudah bertemu di lima musim yang berlainan yaitu 1999/2000, 2004/2005, 2005/2006, 2008/2009, dan 2011/2012. Ajaibnya, dalam setiap pertemuan itu, muncul berbagai cerita menarik serta kontroversial. Salah satu di antaranya melibatkan lelaki berkebangsaan Swedia, Anders Frisk.
Jika Tribes sudah mengikuti perkembangan sepak bola Eropa sejak dua dekade silam pastilah tahu sosok Frisk. Lahir di Gothenburg pada hari ini 55 tahun silam, Frisk adalah wasit profesional di kancah sepak bola dunia.
Kariernya sebagai pengadil lapangan dimulai pada tahun 1978 atau saat berumur 15 tahun! Seiring waktu dan jam terbang yang ia peroleh, Frisk akhirnya memperoleh debut sebagai wasit di Allsvenskan, liga profesional teratas di Swedia, pada tahun 1989. Berselang dua tahun selanjutnya, ia bahkan memperoleh badge FIFA yang semakin memantapkan statusnya sebagai wasit profesional.
Alhasil, Frisk pun mulai dipercaya oleh FIFA maupun asosiasi sepak bola Eropa (UEFA) untuk menjadi penengah laga di berbagai kompetisi yang keduanya selenggarakan. Misalnya saja Piala Dunia, Piala Eropa, Liga Champions, dan juga Piala UEFA/Liga Europa.
Mahir dalam bahasa Swedia, Inggris, dan Jerman, Frisk dikenal publik sebagai figur yang tegas kala memimpin sebuah laga. Ia takkan ragu untuk mengacungkan kartu, baik kuning maupun merah, andai para pemain melakukan sesuatu yang di luar batas. Dengan karakter seperti itu, Frisk pun berhasil memimpin 118 laga internasional resmi (klub maupun tim nasional) di sepanjang kariernya.
Akan tetapi, sebuah kejadian mengagetkan hadir pada bulan Maret 2005 usai Frisk menyatakan bahwa karier perwasitannya selesai sampai di situ. Keputusan itu diambil pria yang sekarang berprofesi sebagai agen asuransi tersebut lantaran dirinya terus mendapat ancaman pembunuhan dari pendukung Chelsea.
Menurut penuturan Frisk kepada The Guardian, teror itu datang melalui surat, telepon, dan juga surat elektronik. Ironisnya, bukan hanya ia yang dicatut karena ancaman tersebut juga menyasar keluarganya. Bercermin dari keadaan pelik macam itu, akhirnya Frisk membulatkan tekad untuk tidak lagi menjalani profesi sebagai wasit.
Lantas, mengapa pendukung Chelsea melakukan aksi tidak terpuji itu?
Semuanya bermula di tanggal 23 Februari 2005. Dalam partai pertama babak 16 besar Liga Champions 2004/2005 antara Barcelona dan Chelsea yang dihelat di Stadion Camp Nou, UEFA menunjuk Frisk sebagai wasit.
Sedari sepak mula, pertandingan itu berjalan dengan intens. Tak ayal, Frisk pun kerap meniup peluit yang menempel di bibirnya. Sejumlah pemain dihadiahi Frisk dengan kartu kuning di babak pertama, termasuk penyerang andalan Chelsea berpaspor Pantai Gading, Didier Drogba.
Pada laga itu, The Blues berhasil unggul lebih dahulu setelah Juliano Belletti menciptakan gol bunuh diri di menit ke-33. Bermain di kandang sendiri dalam kondisi tertinggal, membuat El Barca menggencarkan tekanan masif ke gawang anak asuh Jose Mourinho. Sialnya, hingga 45 pertama berakhir, kedudukan 0-1 buat tim tamu tetap bertahan.
Kondisi di atas angin yang menghinggapi para penggawa Chelsea membuat mereka bermain lebih lepas sehingga mampu mengancam jala Barcelona besutan Frank Rijkaard pada 45 menit kedua. Meski begitu, Barcelona tidak tinggal diam karena Ronaldinho dan kolega terus mengirimkan serangan bergelombang ke jantung pertahanan The Blues.
Sampai menit ke-55, skor belum juga berubah dan El Barca kelihatan semakin bernafsu untuk menyerang. Namun semenit berselang, gelandang sayap Chelsea berkaki kidal, Damien Duff, berhasil menerobos area pertahanan Barcelona dari sisi kanan.
Pemain asal Republik Irlandia itu lantas mengirimkan umpan silang ke kotak penalti. Drogba yang cuma dikawal Belletti berusaha mengejar bola tersebut. Di sisi lain, kiper Barcelona, Victor Valdes, berupaya menyongsong bola yang diumpankan Belletti dengan dadanya agar dapat diamankan.
Hanya dalam hitungan detik, baik Drogba maupun Valdes terkapar di atas lapangan akibat berbenturan. Frisk lantas menghampiri keduanya dan tanpa tedeng aling-aling langsung memberi kartu kuning kedua sekaligus kartu merah buat sang penyerang. Ia menganggap bahwa Drogba mengangkat kakinya terlalu tinggi sehingga mencederai Valdes.
Drogba dan juga pemain-pemain Chelsea melancarkan protes terkait hal itu. Namun, Frisk bersikukuh dengan keputusannya. Setelah bermain dengan sepuluh orang, El Barca akhirnya sanggup membalikkan keadaan setelah Maxi Lopez dan Samuel Eto’o mencetak gol.
https://www.youtube.com/watch?v=15GUpxhup-o
Kontroversi kartu merah Drogba dan kekalahan Chelsea itulah yang membuat geram para suporter The Blues sampai akhirnya mengirimkan teror pembunuhan kepada Frisk.
“Apa yang terjadi kepadaku sungguh irasional. 16 hari terakhir (sejak ia mewasiti laga Barcelona kontra Chelsea) adalah momen terburukku sebagai wasit. Ancaman yang ditujukan buat keluargaku sungguh mengerikan. Maka dari itu, aku putuskan untuk berhenti menjadi wasit karena aku peduli dengan keselamatan kami”, papar Frisk.
Pendirian kukuh lelaki berambut pirang ini tak bisa digoyahkan. Alhasil, pihak FIFA dan UEFA pun mesti rela kehilangan salah satu wasit terbaik mereka. Dan seperti yang telah saya ungkapkan di bagian awal artikel, sedari memutuskan diri untuk berhenti menjadi wasit, Frisk benar-benar menjauh dari dunia sepak bola.
Mengingat Barcelona dan Chelsea akan kembali bertemu di fase 16 besar Liga Champions 2017/2018, kita semua tentu berharap takkan ada lagi cerita pilu seperti yang dialami Frisk dahulu. Dua pertandingan yang ada bakal berjalan tanpa kontroversi dan kesebelasan terbaik sukses melaju ke babak selanjutnya.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional