Tribe Ultah

Ahaaaayy.… Memphis Depay…

Rochmat Setiawan, analis taktik di Timnas U-19 Indonesia dan penggagas situsweb dribble9, di akun Twitter pribadinya pernah beropini bahwa permasalahan terbesar pemain muda yang sedang naik daun adalah kerap pamer skill yang berlebihan. Padahal, sang pemain awalnya dikenal luas oleh masyarakat belum tentu karena hal itu.

Sebuah cuitan yang menggambarkan fenomena terkini dari para wonderkid, yang salah satunya terlihat jelas dalam rekam karier Memphis Depay.

Memphis Depay di karier juniornya adalah pemain sayap yang sangat mematikan. Memerankan inverted winger dan bersenjatakan penetrasi hebat yang diakhiri dengan eksekusi, membuat namanya cepat melambung baik di Belanda maupun di mata dunia. Di usia belasan tahun saja ia sudah menjuarai Piala Eropa U-17, dan di PSV Eindhoven yang menjadi klub profesional pertamanya, ia sudah mengangkat trofi juara liga di musim 2014/2015 kala usianya 21 tahun.

Lemari penghargaannya kemudian semakin terisi setelah ikut serta membawa Belanda finis di peringkat ketiga Piala Dunia 2014, meraih gelar top skor Liga Belanda 2014/2015, dan memenangi Johan Cruyff Trophy di musim yang sama. Kurang apa lagi coba? Rekam jejaknya sudah sangat mendukung untuk hijrah ke klub yang lebih besar, tapi sangat disayangkan psikisnya belum cukup matang untuk mengemban label sebagai calon pemain besar di masa depan.

Di Manchester United ia bolak-balik melontarkan keluhan. Pada awal kedatangannya ia sempat mengeluh bahwa pertandingan di Inggris sangat berat, seminggu bisa bermain dua kali yang membuat fisiknya sangat terkuras. Itu belum ditambah perangainya yang sulit diatur. Pernah dalam suatu konferensi pers ia ditanya mengenai kebiasannya berlama-lama dengan bola dan pamer trik yang kerap gagal. Lalu apa kata Depay?

“Saya pemain sayap yang kreatif. Saya harus mengambil segala risiko untuk mencetak gol atau memberi asis. Saya bukan bek kiri yang harus selalu tunduk pada arahan pelatih. Di posisiku, pemain harus bisa berimprovisasi.”

Sanggahan yang tidak salah sebenarnya, tapi pada akhirnya hanya jadi lelucon garing karena aksi-aksinya di atas lapangan saat berbaju Manchester United sudah telanjur lekat dengan aroma “sok jago” atau “sok pamer skill.” Andaikan siaran Liga Primer Inggris dipandu oleh Bung Hadi Gunawan, mungkin setiap kali Depay membawa bola akan terucap kata “ahay” dari mulutnya, akibat seringnya Depay kehilangan bola karena ingin show-off.

 

Memphis terlihat sangat menikmati sepak bola di Lyon.

Langit cerah di Lyon

Hari-harinya di Manchester dilalui dengan sangat kelam seperti langit di kota itu, mulai dari dicap sebagai pemilik nomor punggung 7 yang gagal hingga pemain arogan yang tidak sejago Cristiano Ronaldo atau Arjen Robben, tapi Depay tidak langsung patah arang. Dalam beberapa kesempatan ia sempat tampil apik, seperti ketika berhadapan dengan Midtjylland di Liga Europa.

Salah satu bek Midtjylland, André Rømer, mengatakan bahwa malam setelah bertugas mengawal Depay, ia ingin menangis. Depay disebutnya sebagai pemain muda yang sangat bertalenta, dengan fisik yang bagus dan visi yang cemerlang, merujuk pada sulitnya ia menghentikan Depay, bahkan sampai menjadi korban rabona nutmeg ala pemain setinggi 176 sentimeter itu.

Sejak saat itu, performa Memphis Depay memang perlahan menanjak, tapi Manchester United sudah kadung kecewa dengan tingkah lakunya. Membuat pemain yang pada hari ini berulang tahun ke-24 tersebut harus mengubur mimpinya menjadi bintang di klub besar, karena meninggalkan Liga Primer Inggris dengan segala kemewahannya, untuk menuju Liga Prancis yang tidak jauh berbeda dengan Liga Belanda.

Nada-nada sumbang yang mengatakan bahwa Depay adalah wonderkid gagal pun mengiringi kepindahannya ke Olympique Lyonnais seharga 22 juta paun pada Januari 2017. Namun, Depay menolak menyerah. Dengan segala talenta yang dimilikinya, ia berusaha sekuat tenaga kembali ke level performa terbaiknya. Upaya yang mulai membuahkan hasil, dengan raihan 14 gol dari 39 laga yang dilaluinya sejauh ini.

Lalu apakah Manchester United melakukan blunder dengan merelakan salah satu bakat terbaik di muka bumi ini pergi terlalu cepat? Oh tidak, Tribes. Jika nantinya Depay berhasil memenuhi potensinya sebagai pemain sayap jempolan, The Red Devils akan memiliki keistimewaan untuk menjadi klub pertama yang melakukan pendekatan, karena mereka mencantumkan klausul itu dalam nota penjualan Depay ke Lyon.

Dari klausul itu, bisa kita simpulkan bahwa Manchester United sadar kalau Depay, bagaimanapun juga, tetaplah memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain dunia. Asalkan permainannya bisa lebih efektif dan gaya hidupnya tidak nyeleneh seperti datang latihan memakai setelan baju koboi, niscaya gelimang kesuksesan akan menghampirinya.

Selamat ulang tahun, Memphis Depay. Teruslah berusaha kembali ke jalanmu sebagai pemain sayap berkualitas. Jangan sampai mengulang kesalahan masa lalu yang sama, yang bisa membuat Bung Hadi “Ahay” Gunawan mengeluarkan komentar khasnya di pertandingan.

Serangan balik dilakukan, Memphis Depay membawa bola…
Sendirian dia, menuju kotak penalti…
Lewati satu pemain, dua pemain, dapat ruang tembak dia…
Shooting langsung…
Ahaaaayyyy… Peluang emas terbuang sia-sia pemirsa…

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.