Kolom

Pierre-Emerick Aubameyang adalah Perjudian Besar Terakhir Arsene Wenger

Arsenal telah melakukan pembelian yang sangat populer, setidaknya bagi suporter mereka, ketika mengakuisisi Pierre-Emerick Aubameyang dari Borussia Dortmund. Meskipun beberapa kali sempat mengeluarkan kebijakan transfer yang tidak populer, Aubameyang adalah salah satu pemain top di Eropa dan reputasinya mampu mengobati luka yang disebabkan oleh kepergian Alexis Sanchez.

Aubameyang juga merupakan pemain yang sudah lama Arsene Wenger impikan. Beberapa tahun belakangan, namanya sudah dikaitkan dengan Arsenal, dan selain Alexandre Lacazette yang baru direkrut di awal musim ini, Aubameyang adalah penyerang top yang akhirnya didatangkan oleh The Gunners setelah sekian lama.

Tak hanya itu, bisa dikatakan bahwa pembelian Aubameyang adalah salah satu pembelian yang paling “tidak Wenger”. Di usianya yang sudah terhitung berada di ujung masa primanya, lalu datang di tengah musim dengan biaya yang memecahkan rekor pembelian klub, sungguh bukan pembelian yang biasa dilakukan Wenger. Tak hanya itu, Aubameyang juga dibeli bukan karena potensinya untuk dua sampai tiga tahun ke depan, namun ia diharapkan untuk memberi dampak yang instan.

Tentunya, ia memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan. Ia adalah pemain yang pintar, pelari kencang, dan memiliki penyelesaian akhir mumpuni, pemain yang mampu menjadi ujung tombak The Gunners dan dapat memaksimalkan kemampuan Mesut Özil serta rekrutan baru lainnya, Henrikh Mkhitaryan yang sebelumnya pernah menjadi partner terbaiknya di Dortmund. Tak hanya itu, gol debutnya juga menjadi bukti bahwa Gooner berhak untuk berharap tinggi atas kedatangan Aubameyang.

Untuk langsung mengintegrasikan pemain baru yang belum pernah bertanding di Inggris sebelumnya, tentunya beberapa hal harus dikorbankan. Yang pertama tentunya adalah Lacazette, yang posisinya di skuat bentrok dengan Aubameyang. Ia mungkin mampu untuk bermain di belakang penyerang, namun mengasumsikan bahwa posisi itu sudah pasti akan diambil oleh Özil dan Mkhitaryan, peran dan masa depan sang penyerang Prancis tersebut kini menjadi abu-abu.

Masalah ini sebenarnya bisa dikategorikan sebagai masalah yang bagus. Mengatur ego pemain memang sulit, namun tak ada satu tim yang menderita karena memiliki begitu banyak penyerang bagus. Meskipun begitu, korban sebenarnya dari kedatangan Aubameyang adalah Danny Welbeck, pemain yang memang sebenarnya juga sudah sulit mendapat menit bermain dan kini tentunya menjadi semakin sulit tampil karena masuknya penyerang baru.

Masalah lain yang memiliki peluang untuk muncul adalah masalah keharmonisan tim. Hari-hari terakhir Sanchez di Arsenal terlihat begitu buruk, tak hanya untuk dirinya sendiri namun juga untuk timnya. Komitmennya semakin meluntur dan ini memengaruhi atmosfer tim.

Sanchez tampak tak ingin untuk bermain bagi Arsenal dan rekan-rekannya pun jengah akan kelakuannya yang kekanak-kanakan, hingga pada akhirnya kepergiannya pun menjadi sebuah hal yang melegakan. Kontribusi Sanchez telah berubah menjadi kontribusi yang beracun dan kepergiannya mampu menenangkan situasi di skuat Arsenal.

Namun, jangan lupakan bahwa situasi yang sama terjadi di hari-hari terakhir Aubameyang di Dortmund. Kariernya bersama Der BVB berakhir dengan cara yang mirip seperti Sanchez, dengan rekan-rekannya lelah dengan kedisiplinannya yang menyebalkan. Peter Stöger sampai harus menyingkirkan pemain asal Gabon tersebut dari skuat dalam tiga laga di setahun terakhir karena sikapnya.

Pergantian pemain tentunya menjadi hal yang menyegarkan, namun tetap muncul anggapan bahwa Wenger menyingkirkan satu trouble-maker untuk trouble-maker lainnya. Tak dapat dikesampingkan juga fakta bahwa Arsenal dan Dortmund kini berada di situasi yang serupa. Keduanya tengah kesulitan di liga tanpa memiliki kemampuan untuk bersaing yang menjadi keinginan pemain-pemain ambisius macam Sanchez dan Aubameyang.

Ini semua hanya teori dan praduga, namun sebenarnya, Wenger bisa saja mendapatkan pemain yang lebih tidak berisiko dan mudah untuk diajak kerja sama ketimbang Aubameyang.

Meskipun begitu, tentu saja ada argumen untuk membantah teori-teori ini. Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa yang terpenting dari segalanya adalah talenta dan kapabilitas sang pemain. Aubameyang adalah seorang mesin gol. Rekor golnya di musim 2017/2018, walaupun klubnya tengah kesulitan, sangat mengesankan.

Namun, fakta bahwa umurnya kini sudah menginjak 28 tahun, dan gaya mainnya benar-benar mengandalkan kemampuan fisik, membuat pembelian mahal Aubameyang layak dipertanyakan. Hal lain yang tentunya membuat kita berpikir adalah tak ada klub lain yang berusaha mengganggu Arsenal dalam memburu tanda tangan Aubameyang, pemain yang bahkan beberapa bulan lalu menjadi incaran utama Real Madrid. Kini, klub yang terdampar di peringkat enam Liga Primer Inggris dan hanya berlaga di Liga Europa mampu mendapatkannya tanpa saingan berarti.

Kepergian Olivier Giroud tentunya menambah tanda tanya yang ada. Giroud memang bukanlah seorang penyerang yang tergolong elite, namun ia adalah pemain yang mampu memberi opsi dan variasi terhadap permainan tim. Tak hanya itu, rekor golnya juga sebenarnya cukup bagus. Arsenal kini telah kehilangan Giroud, pemain yang juga dicintai oleh suporter, untuk dapat mengakuisisi Aubameyang.

Dari semua sorotan akan kedatangan Aubameyang, kebijakan ini merupakan hal yang sangat berisiko. Satu pemain yang cukup penting dan populer harus dijual, penyerang lainnya yang baru datang dengan harga yang tak kalah mahal memiliki peluang untuk menjadi penghangat bangku cadangan. Semua ini untuk membeli pemain yang sudah berada di akhir usia 20-an yang permainannya sangat bergantung pada kemampuan fisik yang dengan mudah hilang seiring bertambahnya usia.

Pembelian Aubameyang tentunya adalah perjudian yang besar, perjudian yang mungkin terakhir kalinya dilakukan Wenger di Arsenal.

Author: Seb Stafford-Bloor
Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana