Dua kali cetak gol di laga debut, dan sempat memecahkan rekor pembelian termahal sebuah klub. Dengan pencapaian itu, Darren Bent saat ini seharusnya menikmati masa-masa tuanya di lapangan hijau dengan santai, tapi kenyataannya justru jauh panggang dari api. Ia tenggelam, lenyap dari kemeriahan dan mewahnya Liga Primer Inggris, kompetisi yang sempat dirajainya dulu.
Nama Bent mulai mencuat ke permukaan setelah tampil impresif di Ipswich Town dengan torehan 48 gol dari 122 laga selama 4 musim. Pencapaian yang membawanya berlabuh di Charlton Athletic, dan sinarnya semakin terang di sana. Di laga debutnya saja ia mencetak brace, ketika berhadapan dengan Sunderland di musim 2005/2006.
Mesin Bent kemudian terus berpacu bersama Charlton. Empat laga pertamanya di klub itu selalui diwarnai dengan gol, menyamai raihan enam pemain di Liga Primer Inggris sebelumnya. Ketajaman yang membawanya meraih gelar Pemain Terbaik Bulan Agustus 2005.
Di musim itu juga, Bent jadi pemain Inggris tertajam dengan 18 gol di liga domestik, atau 22 gol di semua ajang. Prestasi yang membuatnya diganjar penghargaan Pemain Terbaik Charlton 2006. Kemudian di musim selanjutnya, mesin Bent masih melaju kencang dengan mengemas 13 gol sepanjang musim, tapi Charlton tak sanggup menghindar dari jurang degradasi.
Penyerang tajam di klub yang terdegradasi, bagi klub-klub papan menengah ke atas bagaikan diskon akhir tahun di mata para wanita. Harganya dijamin tak mahal, dengan kualitas yang tak perlu diragukan lagi. Asalkan pandai merawatnya, kepuasan duniawi yang akan didapatnya.
Tottenham Hotspur kemudian menjadi pemenang dalam perebutan Bent yang seperti berebut ponsel keluaran terbaru di flash sale situsweb belanja elektronik. Dengan dana 16,5 juta paun yang memecahkan rekor pembelian termahal klub, Spurs mendapat seorang penyerang yang tidak hanya jago mencetak gol, tapi juga bisa jadi pemantul dan membuka ruang. Paket lengkap.
Habis prestasi terbitlah kontroversi
Ada dua pilihan jalan yang dimiliki pesepak bola ketika usia mereka beranjak matang. Pertama adalah kesuksesan yang menjadikan mereka legenda, dan kedua adalah kesuksesan sementara di masa muda. Bent, sayangnya, terjerumus di jalan kedua, walau memiliki kesempatan besar melaju di jalan pertama.
Ketajaman Bent merosot jauh di Spurs. Total hanya 18 gol yang diukurnya dari 60 kesempatan turun ke lapangan. Bahkan ia juga pernah dimarahi habis-habisan oleh pelatih Spurs saat itu, Harry Redknapp, karena gagal menyelesaikan peluang emas di laga kandang kontra Portsmouth pada Januari 2009, padahal gawang lawan sudah kosong.
“Di sebuah pertandingan kamu tidak selamanya bisa mendapat peluang berharga seperti itu. (Jika berbuah gol) itu bisa memenangkan kami. Istriku bahkan bisa mencetak gol itu,” sembur Redknapp pada pemain keturunan Jamaika itu.
Hanya dua musim Bent bertahan di White Hart Lane. Pada Juli 2009 ia hengkang ke Sunderland, tapi sebelumnya sempat menyulut kontroversi lantaran menyebut chairman Spurs, Daniel Levy, menghalangi kepindahannya. Namun, tak lama kemudian Bent meminta maaf secara terbuka, menerangkan bahwa kalimatnya itu hanya ungkapan keputusasaan.
Lalu apakah di Sunderland nasibnya membaik? Iya awalnya karena ia kembali tajam di klub itu, tapi sekali lagi, karena sudah telanjur salah jalur, Bent di tahun 2010-an bukan lagi Bent di tahun 2005.
Ia lagi-lagi kena amuk pelatihnya karena memberikan bola pada Kenwyne Jones untuk jadi algojo penalti saat menang 5-2 lawan Wolverhampton Wanderers. Bent beralasan bahwa Jones memohon padanya untuk menjadi eksekutor agar bisa mencetak gol. Terlebih, Sunderland sudah unggul telak saat itu. Namun sang arsitek, Steve Bruce, menganggap apa yang dilakukan Bent tidak profesional.
“Keputusan itu boleh dilakukan kalau bermain dengan teman-temanmu, tapi tidak di Liga Primer Inggris. Kita tidak bisa memberikan bola seenaknya pada rekan setim agar dia juga mencetak gol. Jika dia gagal itu akan jadi kebodohan besar. Apalagi kami memiliki eksekutor utama yang tidak pernah meleset, untuk apa dilimpahkan ke pemain lain?” curhat Bruce saat itu pada BBC.
Kontroversi lainnya dari Bent adalah ketika berseragam Aston Villa dua musim berselang. Ia kepergok salah seorang suporter klubnya saat sedang berbelanja di malam Natal, padahal saat itu ia izin ke pihak klub karena cedera, sehingga tidak bisa ikut bermain melawan Liverpool, yang berkesudahan dengan skor 2-0 untuk kemenangan The Reds.
Mengenai hal itu, pelatih Aston Villa, Alex McLeish, justru menjadi pihak yang disalahkan karena dianggap melakukan konspirasi. Ia pun membantah keras tudingan itu saat konferensi pers.
“Saat latihan, Bent mendapat perawatan selama dua jam dan kami instruksikan dia beristirahat di rumah. Dia kemudian pulang dan sempat menonton pertandingannya, tapi jelang akhir laga dia pergi berbelanja. Memangnya kalian pikir saya dengan cerobohnya tidak membawa Bent di laga sepenting ini?” ungkap McLeish dikutip dari Express and Star.
“Dia (Bent) cedera. Saya melihatnya sendiri. Dia selesai latihan lebih cepat, dan tidak bisa bermain di pertandingan,” tambahnya.
***
Ya, begitulah Darren Bent. Di saat pijakan kariernya sangat bagus untuk menjadi pemain jempolan yang harum namanya sepanjang masa, ia justru mendadak berubah haluan, seperti golnya ke gawang Liverpool pada Oktober 2009.
https://www.youtube.com/watch?v=AT532MpmTjw
Pepe Reina saat itu terkecoh dengan pantulan bola yang mengenai balon, dan mungkin rasanya sama seperti kita yang terkecoh dengan laju awal Bent sebagai mesin gol. Membuat kita tak terlalu peduli lagi dengan kabarnya, meski sekarang masih aktif bermain di Burton Albion dengan status pinjaman dari Derby County.
Selamat ulang tahun yang ke-34, Darren Bent. Mesin gol yang salah perawatan sehingga kehabisan oli lebih cepat.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.