Suara Pembaca

Lika-Liku Karier “The Speedy Peruvian”, Jefferson Farfan

Apapun profesi yang ditekuni semua orang di seluruh dunia tak lepas dari yang namanya karier. Karier dilukiskan dari perkembangan dan kemajuan dari pekerjaan atau profesi seseorang, termasuk pemain sepak bola. Ada pesepak bola yang karirnya cemerlang, permainannya yang selalu berkembang tiap tahunnya dan didukung tak mengalami cedera yang parah.

Tapi, tak semua karier para pesepak bola itu cemerlang, sebab contoh yang paling nyata adalah karier pesepak bola yang terhambat karena cedera panjang, hingga menyebabkan trauma berkepanjangan.

Siapa yang masih ingat sosok Jefferson Farfán? Mungkin ada yang mengetahui ia saat bermain untuk klub Jerman, FC Schalke. Ada juga yang mengetahui ia saat bergabung ke PSV Eindhoven yang saat itu dilatih oleh Guus Hiddink di tahun 2004. Perjalanan karier yang cukup berat dialami juga oleh Farfán.

Sempat bermain cemerlang bersama PSV Eindhoven, mengalami fase ‘turun-naik’ performa bersama FC Schalke, lalu mengalami serangkaian cedera, hingga sampai ‘dibuang’ oleh klub Uni Emirat Arab, Al Jazira.

Pria yang lahir pada 26 Oktober 1984 di Lima, Peru, mengawali perjalanan sebagai pesepak bolanya dengan bergabung di akademi Deportivo Municipal sejak umurnya masih 9 tahun. Bersama akademi Deportivo Municipal, selama 5 tahun sejak 1993-1998, potensi Farfán tercium oleh klub lokal Peru, Allianza Lima. Alhasil, ia bergabung di Allianza Lima, bersama tim mudanya.

Farfán muda mengawali karier seniornya di umur 17 tahun setelah bergabung ke tim utama Allianza Lima pada tahun 2001. Allianza Lima sendiri juga merupakan klub kota kelahiran Farfán, yakni Lima. Farfán baru muncul ke permukaan pada tahun 2002, menjadi pemain yang sangat berperan membawa Allianza Lima menjuarai Peruvian Primera División (kasta liga tertinggi Peru) selama dua musim beruntun yakni musim 2002/2003 dan 2003/2004.

Berkat performa apiknya tersebut, Farfán di umurnya yang masih jalan 19 tahun, langsung mendapatkan panggilan tim nasional senior Peru. Selain itu, berkat torehan manisnya, di tahun 2004, pelatih PSV Eindhoven saat itu, Guus Hiddink, tertarik untuk membawa Farfán ke PSV Eindhoven.

Tak segan, pelatih asal Belanda saat itu menyebut Farfán sebagai talenta terbaik yang dimiliki Peru kala itu. PSV Eindhoven langsung mengangkut Farfán dengan mahar transfer 2 juta euro. Bersama Rood-witten, Farfán kembali menorehkan tinta emas, mencatatkan 57 gol dengan catatan 118 caps sekaligus membawa PSV menjuarai Eredivisie selama empat musim beruntun sejak 2004-2008. Sayang, kisah manis “The Speedy Peruvian” bersama PSV usai sudah di tahun 2008.

Pada tahun 2008, Fred Rutten yang saat itu menjadi pelatih FC Schalke, resmi memboyongFarfán dengan mahar 10 juta euro dan dikontrak selama 4 tahun ke depan. Fred Rutten bukanlah sosok asing bagi Farfán, sebab ia menjabat sebagai assisten Guus Hiddink di PSV sejak tahun 2002-2006, klub sebelumnya di mana Farfán bermain.

Di Schalke inilah, permainan Farfán mengalami fase turun-naik. Di musim perdananya, Farfán tak mampu berkontribusi banyak, hanya mampu membawa The Royal Blues finis di peringkat 8, dan di saat bersamaan Fred Rutten dipecat dari klub.

Pada tahun 2009, Felix Magath diresmikan sebagai nakhoda baru FC Schalke. Di bawah asuhan Magath, Farfán menjadi pemain produktif di timnya saat itu. Farfán membawa FC Schalke finis di peringkat 2 Bundesliga 2009/2010.

Sayang, pada pertengahan musim 2010/2011, Felix Magath dipecat dari kursi kepelatihan Schalke karena rentetan hasil buruk tim. Akan tetapi, Farfán diberikan kontrak baru bersama tim sampai musim 2016 pada tahun 2012. Di musim inilah, Farfán kembali masuk ke fase penurunan performa, hal itu ditunjukan dari penurunan penampilannya di Bundesliga.

Bahkan, di musim terakhirnya bersama The Royal Blues, Farfán hanya mencatatkan 9 penampilan di Bundesliga. Hal ini disebabkan karena beberapa cedera yang diderita Farfán, yang paling teranyar adalah kerusakan tulang rawan utama di lututnya yang menyebabkan Farfán harus masuk meja operasi selama berbulan-bulan. Pada tahun 2015, FC Schalke tak yakin kalau Farfán akan kembali ke performa terbaiknya seperti dulu. Usai sudah 7 musim karier Farfán bersama The Royal Blues.

Pada tahun 2015 juga, FC Schalke resmi melepas Farfán ke klub Uni Emirat Arab, Al Jazira, dengan mahar 6 juta euro dan durasi kontrak 3 tahun. Bersama klub yang bermarkas di Abu Dhabi tersebut, Farfán hanya mengoleksi 12 penampilan dengan catatan 4 gol di musim perdananya. Pada tahun 2016, Farfán resmi meninggalkan Al Jazira dikarenakan klubnya tak menghormati klausul kontraknya. Dan pada saat itu juga Farfán berstatus free agent.

Kabar baik nyatanya masih datang untuk Farfán. Pada awal tahun 2016, direktur olahraga Lokomotiv Moscow, Erik Stoffelshaus, menginginkan Farfán untuk bergabung ke timnya. Akhirnya, pada Januari 2016, Farfán resmi dikontrak bersama Lokomotiv Moscow sampai akhir musim 2018.  Farfán hanya mengoleksi 6 pertandingan dan mencetak 1 gol di sisa musim 2016/2017 bersama Lokomotiv.

Pada musim 2017/2018 ini, bersama Lokomotiv, ‘The Speedy Peruvian’ kembali menunjukan taringnya, dengan mengoleksi 15 penampilan dan mengukir catatan 8 gol serta 3 asis sekaligus membawa klub ibu kota Rusia tersebut bertengger di peringkat ke-1 klasemen Liga Rusia.

Di usianya yang sudah kepala tiga, Farfán juga berhasil berkontribusi membawa Peru ke Piala Dunia 2018 sejak pertama kalinya setelah terakhir mencicipi kehormatan itu pada tahun 1982. Farfán mencetak satu gol krusial di laga playoff yang mendebarkan melawan Selandia Baru.

Semoga di sisa kariernya, Farfán selalu dinaungi Dewi Fortuna untuk konsisten menjaga permainannya. Sampai ketemu di Piala Dunia, Farfan!

Author: Rizki Aji Nugroho (@Juvebulous_)
Penulis merupakan penyuka dunia sepak bola Indonesia dan luar Indonesia. Bisa dihubungi lewat surel:rizki23aji@gmail.com.