Jack Harrison, namanya boleh jadi asing bagi sebagian besar penikmat sepak bola. Wajar ketika Manchester City merekrut pemain berusia 21 tahun ini jelang tenggat bursa transfer Januari 2018 ini, banyak tanda tanya yang kemudian muncul. Apa yang membuat City dan manajer mereka, Pep Guardiola, mendaratkan pemain yang profilnya saja belum terlalu beken?
Keputusan City mendaratkan Harrison memang patut dipertanyakan. Mereka memang membutuhkan pemain lain setelah gagal mendapatkan Alexis Sanchez. Seperti yang diketahui bahwa bintang asal Cile tersebut memilih untuk mendarat di tim rival sekota, Manchester United. Alih-alih mendaratkan pemain dengan kualitas yang sama, City justru mendaratkan pemain muda yang namanya belum banyak dikenal.
Nama Jack Harrison mungkin asing bagi penikmat sepak bola Eropa, tetapi bagi publik sepak bola Amerika Serikat, ia adalah pemuda dengan bakat luar biasa. Harrison sudah tampil reguler untuk tim peserta Major League Soccer (MLS), New York City FC, sejak usia 18 tahun. Ia sudah berpengalaman bermain bersama pemain-pemain kelas dunia seperti David Villa, Frank Lampard, dan Andrea Pirlo.
Bermain di sektor sayap, penampilan Harrison begitu memukau bagi negara di mana sepak bola tidak terlalu populer di sana. Saking hebatnya, dalam beberapa kesempatan penggemar New York City FC meminta tim nasional Amerika Serikat untuk memanggil Harrison karena dirasa akan menjadi tandem yang sepada untuk pemuda kesayangan Amerika Serikat, Christian Pulisic. Padahal yang bersangkutan sebenarnya berkewarganegaraan Inggris.
Jack Harrison adalah satu dari sekian banyak pemain asal Inggris yang berani untuk melanglang buana bahkan di usia muda. Ia tiba di Amerika Serikat pada usia 14 tahun. Cerita unik di karier usia muda seorang Jack Harrison adalah, ia ternyata merupakan alumnus dari dua tim yang merupakan rival sengit, Liverpool dan Manchester United. Harrison bergabung ke akademi Liverpool pada usia tujuh tahun, lalu hijrah ke akademi United setahun berikutnya seiring dengan kepindahan keluarganya ke Bolton yang merupakan area dari Greater Manchester.
Gaya bermain Arjen Robben adalah padanan yang paling sesuai untuk mengetahui bagaimana Jack Harrison beraksi di lapangan. Seperti Robben, Harrison juga gemar menyisir pertahanan lawan, lalu melakukan gerakan memotong ke area tengah. Harrison juga sama seperti Robben yang memiliki kaki kiri yang dashyat. Ini yang kemudian membuat gerakan memotong Jack Harrison menjadi sangat berbahaya.
Tepat setelah mendapatkan Harrison, ia segera dipinjamkan ke Middlesbrough. Masa pinjaman akan sangat baik bagi Harrison yang tentunya perlu beradaptasi kembali setelah lama bermain di Amerika Serikat. Pep Guardiola dan City mendapatkan bakat sensasional yang mesti diasah. Boleh jadi mereka memang tidak mendapatkan pemain bintang di sektor serangan pada bursa transfer Januari 2018, tetapi mendaratnya sosok Jack Harrison tentu akan menjadi investasi jangka panjang bagi tim.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia