Legenda Chelsea, Frank Lampard, sukses membuat 632 penampilan, mencetak 209 gol dan mencatat 150 asis selama lebih dari 13 tahun waktunya bersama tim biru dari London Barat tersebut. Pemain Terbaik Liga Primer Inggris tahun 2005 ini juga sukses mewarnai kariernya dengan 11 gelar bergengsi, di mana di antaranya adalah tiga gelar Liga Inggris bersama The Blues dan trofi bergengsi Eropa, Liga Champions, di musim 2011/2012.
Kedatangan Lampard ke Jepang baru dikabarkan per 2 November 2017 lalu. Kabar tersebut menyebar cepat di antara penggemar Chelsea di Jepang. “Suporter dari Jepang sangat luar biasa. Saya sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata ada sangat banyak dari mereka yang ada di bandara ketika saya tiba,” ujar Lampard saat acara fan event di kantor Kedutaan Besar Inggris di Tokyo.
Hari pertama Lampard di Jepang dimulai dengan program coaching clinic sepak bola bersama anak-anak dari beberapa pemain usia dini milik beberapa klub lokal Jepang. Pemain berusia 39 tahun ini masih terlihat sangat elegan dengan bola di kakinya. Dia juga menyempatkan diri menyambangi beberapa reporter seusai acara coaching selesai.
Beberapa topik yang dibahas bersama Lampard utamanya sangat menarik, namun satu yang sangat mencuri perhatian adalah opininya tentang penerapan video replay atau yang akrab disebut video assistant referee (VAR) yang kini tengah diterapkan di beberapa liga papan atas Eropa. Sebagai bagian dari skuat Inggris di Piala Dunia 2010 lalu, Lampard adalah aktor langsung dari tidak disahkannya tendangan kerasnya yang menerpa mistar gawang dan memantul masuk ke gawang Jerman. Kala itu, di menit ke-39, dalam kondisi tertinggal satu gol, tidak disahkannya gol Lampard ke gawang Manuel Neuer menjadi narasi yang kemudian mengantar Inggris kepada kekalahan telak 4-1 dari rival klasiknya tersebut.
“Saya rasa penting untuk mencoba teknologi baru (di sepak bola),” ujar Lampard ketika ditanya pendapatnya tentang VAR. “Terkadang, opini terbagi tentang apakah wasit perlu memberikan kartu kuning atau kartu merah. Teknologi akan membantu wasit untuk membuat keputusan tersebut dengan klafirikasi yang lebih jelas,” ujar Lampard lebih lanjut.
Setelah sesi konferensi pers di coaching clinic berakhir, Lampard berpose dengan beberapa anak-anak peserta acara, sebelum melanjutkan wawancara dengan Paul Madden, Duta Besar Inggris untuk Jepang.
Ketika ditanya siapa manajer di dalam kariernya yang sangat membantu perkembangan kariernya selama bermain, bintang yang pernah mengenyam karier di akademi West Ham United ini menjawab dengan cepat sosok Jose Mourinho, yang kini menjadi manajer Manchester United. “Baik di dalam lapangan dan secara mental, dia (Mourinho) membantu saya tumbuh ke titik yang lebih tinggi. Bertemu Mourinho mengubah garis besar takdir sepak bola saya,” ujar Lampard secara mantap.
Baca juga: Frank Lampard: Seorang Pria, Pesepak Bola dan Legenda
Lampard juga menyebutkan nama Sir Alex Ferguson, sebagai sosok manajer yang ia sangat menantikan untuk bisa dilatih olehnya, sembari menambahkan, “Dia (Sir Alex) melatih pemainnya dengan sangat keras dan disiplin, dan ia juga sangat antusias bekerja dengan mereka. Saya telah membaca otobiografinya, juga beberapa kali bertemu langsung dengannya,” ujar Lampard tentang sosok bertangan dingin asal Skotlandia tersebut.
Beberapa pertanyaan selanjutnya, menyasar tentang bagaimana kualitas yang dibutukan untuk menjadi seorang kapten, sebuah jabatan yang pernah diampu Lampard baik bersama Chelsea maupun timnas Inggris semasa berkarier dulu. Lampard sendiri berujar, “Untuk menjadi kapten, faktor penting pertama adalah kepribadian Anda. Seorang kapten butuh kemampuan dan kepribadian yang tepat untuk mengorganisir semua pemain di kesebelasan. Kemudian, ia harus mampu bertindak layaknya seorang kapten, menjadi pemimpin, dan memberi contoh yang baik bagi kawan-kawannya dengan sikap yang baik. Dan yang terakhir, adalah kerendahan hati. Seorang kapten kesebelasan tidak boleh bermain dengan ego yang besar.”
Di sebuah pertanyaan yang diambil dari Facebook, Lampard juga diminta untuk menjelaskan resepnya dibalik kesuksesan dalam mengambil dan mengeksekusi tendangan penalti.
“Tentu saja yang pertama dan paling penting adalah Anda harus berlatih”, sahut Lampard. “Tapi, tips terbaiknya adalah saya sudah menentukan arah tendangan penalti saya di pagi hari sebelum pertandingan dimulai. Kalau Anda mengubah arah tendangan penalti yang akan Anda ambil kemudian, itu akan membawa bencana,” tutup Lampard sekaligus mengakhiri wawancara singkat di siang hari tersebut.
Disclaimer: Artikel ini disarikan dari reportase Daisuke Kikuci dari Football Tribe Jepang dalam kunjungan Frank Lampard di Jepang dengan judul asli “Chelsea legend Lampard, reflects on VAR, penalties, and the qualities of a captain at Tokyo event”
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis