Sudah bukan rahasia lagi jika kompetisi Liga Primer Skotlandia merupakan ajang pacuan antara dua kuda terbaik di sana yaitu Celtic FC dan Rangers FC. Sepasang klub yang sama-sama bermarkas di kota Glasgow tersebut secara bergantian meraih titel juara liga sekaligus menancapkan dominasinya.
Mulai diselenggarakan per musim 1890/1891 atau sudah berlangsung selama 121 musim (selama Perang Dunia II tahun 1939-1946 tidak diselenggarakan), dua kesebelasan top itu merengkuh gelar juara di 102 kesempatan yang masing-masing dibagi menjadi 48 trofi kepunyaan Celtic dan 54 titel sisanya dimiliki oleh Rangers.
Akan tetapi, dalam kurun enam musim pamungkas, Celtic adalah penguasa Liga Primer Skotlandia lantaran terus mencaplok titel kampiun. Salah satu penyebab dominasi The Bhoys sulit dihentikan adalah bangkrutnya The Gers akibat masalah finansial akut.
Keadaan itu memaksa Rangers untuk memulai kembali petualangannya dalam belantara sepak bola Skotlandia dari divisi terbawah setelah dilikuidasi. The Gers baru benar-benar kembali ke kasta teratas per musim 2016/2017 lalu.
Baca juga: Dominasi Celtic FC, Old Firm Kini Mulai Membosankan
Celaka buat klub yang bermarkas di Stadion Ibrox tersebut karena mereka kembali berkiprah di Liga Primer Skotlandia pada saat Celtic memulai era baru bersama Brendan Rodgers.
Mantan pelatih Watford, Reading, Swansea City, dan Liverpool yang memperoleh kontrak selama semusim itu didapuk sebagai pengganti Rony Deila yang mudik ke Norwegia selepas musim 2015/2016.
Di bawah arahan Rodgers, kualitas Celtic yang memang sudah kuat justru semakin meningkat. Scott Brown dan kolega dibawanya menjadi kampiun Liga Primer Skotlandia dengan rekor Invincible alias tak terkalahkan. Dari 38 partai, The Bhoys mengepak 34 kemenangan dan 4 hasil imbang. Sebuah rekor tersendiri yang terakhir kali muncul di musim 1888/1889 yang diukir Rangers.
Namun kedigdayaan Celtic bersama Rodgers tidak hanya muncul di kompetisi liga. Tim yang memainkan laga kandangnya di Stadion Celtic Park ini juga sanggup membawa pulang trofi Piala FA Skotlandia dan Piala Liga alias merengkuh treble winners di kancah domestik. Buat Celtic, catatan treble winners ini sendiri merupakan yang keempat sepanjang sejarah klub.
Berkat pencapaian-pencapaian apik tersebut, manajemen The Bhoys langsung menyodorkan perpanjangan kontrak selama empat musim bagi Rodgers. Lelaki kelahiran Carnlough itu pun mengiyakannya.
Harapan besar yang dibawa Rodgers buat Celtic coba dijawabnya sekali lagi pada musim 2017/2018. Sayangnya, salah satu rekor brilian The Bhoys yakni tak pernah mencicipi pahitnya kekalahan di kompetisi domestik akhirnya putus. Tepat di tanggal 17 Desember 2017, Celtic secara tidak terduga keok di tangan Heart of Midlothian via skor mencolok 0-4. Situasi itu membuat rekor unbeaten Brown dan kawan-kawan terhenti di angka 69 pertandingan.
Walau begitu, di tanggal 26 November 2017, Celtic sudah lebih dulu mengamankan titel perdananya musim ini. Pada final Piala Liga, mereka berhasil membungkam Motherwell dengan kedudukan 2-0.
Sementara laju mereka di Liga Primer Skotlandia dan Piala FA Skotlandia juga terbilang baik-baik saja. Terakhir, meski gagal melanjutkan petualangan di ajang Liga Champions karena hanya finis di peringkat tiga Grup B fase penyisihan grup, Celtic akan terjun di Liga Europa mulai babak 32 besar.
Mengingat masih ada tiga kompetisi yang diikuti di musim 2017/2018, peluang Rodgers untuk kembali mengisi lemari piala Celtic masih terbuka dengan sangat lebar. Bahkan untuk ajang domestik, cuma kesialan mahadahsyat saja yang berpotensi menggagalkan keperkasaan The Bhoys.
Menukangi Celtic adalah satu dari sekian anugerah tak tertandingi. Rodgers tentu sangat mensyukuri keputusannya buat menerima pinangan The Bhoys sejak awal musim lalu.
Sebab kini, pelatih yang hampir membawa Liverpool memenangi trofi Liga Primer Inggris pertamanya dalam kurun dua dekade terakhir pada musim 2013/2014 itu, bisa tertawa lepas di tanah Skotlandia. Rodgers dapat memaksimalkan tangan dinginnya demi menggamit titel juara bagi Celtic, untuk saat ini maupun yang akan datang.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional