Pada pekan ketiga Januari 2018 ini, PSM Makassar menjadi tuan rumah turnamen uji coba ‘Asian Super Cup’ yang diikuti Home United (Singapura), MND/Army FC (Kamboja) dan Adelaide United (Australia). Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman terlibat dalam kepanitiaan selama lima hari mendampingi Adelaide United.
“Ayo bergabung dengan panitia, kami butuh orang untuk menjadi LO (liaison officer) Adelaide United!”
Ajakan Wina Syadzwina itu tidak saya sia-siakan. Saya sudah lama mengenal Wina, sejak ia menjabat sebagai Media Officer PSM Makassar pada tahun 2012 lalu, hingga kembali memegang posisi tersebut sejak tahun 2016 lalu. Selama ini, ia banyak membantu saya dengan memberi akses-akses untuk mewawancarai pemain atau informasi tentang kabar terbaru seputar PSM. Namun, baru kali ini ia mengajak saya untuk bergabung dengan sebuah kepanitiaan turnamen sepak bola.
Mumpung sedang berada di Makassar selama turnamen Asian Super Cup berlangsung, saya pun menyanggupi. Pengalaman tinggal di Australia selama enam bulan pada tahun 2007 lalu membuat saya cukup familiar dengan aksen Aussie para pemain Adelaide United. Itulah yang saya dengar ketika rombongan ‘The Reds’ yang diwakili sebagian besar pemain muda menginjakkan kaki di Bandara Hasanuddin Makassar.
Saya pertama kali menyapa Mario Karlovic, “Apa kabar?” tanya pria yang sekarang menjabat sebagai staf pelatih di Adelaide United tersebut. Ia masih fasih bahasa Indonesia, berkat dua tahun membela Persebaya 1927 beberapa tahun lalu. “Saya mau bertemu Bonek. Bisa aturkan pertemuan saya dengan Bonek?”
Saya dan Andy, partner saya sesama LO Adelaide United, memberitahunya bahwa kami akan berusaha menghubungi perwakilan Bonek di Makassar. Namun, kami juga meyakinkannya bahwa atmosfer para pendukung PSM pun tak kalah meriahnya dari para suporter Persebaya.
Setelah itu, saya mendampingi CEO Adelaide United, Greg Griffin. Kedatangan sang pemilik klub memang di luar dugaan. Awalnya, nama pria paruh baya ini tak ada di daftar kontingen klub Australia tersebut. Saya pun menemani sang CEO sepanjang perjalanan dari bandara ke hotel. Ia mengobrol dengan bersemangat seputar sepak bola Australia dan suka-dukanya mengurus Adelaide United.
“(Bruce) Djite pernah bermain untuk kami,” kata Griffin menyebut nama penyerang anyar PSM asal Australia. “Ia penyerang hebat pada masanya. Namun, ia sekarang sudah berusia 30 tahun lebih.”
Saya lalu menanyakan nama mantan penyerang Persib Bandung dan tim nasional Indonesia, Sergio van Dijk. Griffin lalu menjawab dengan lebih antusias lagi, “Dia juga penyerang yang bagus. Sayang, dulu lumayan sering cedera.”
Lebih lanjut, ia berceloteh tentang hampir semua pemain asing mahal yang dikontraknya justru sering cedera.
“Beberapa tahun lalu Romario bahkan sempat bermain untuk kami. Tapi, tak sampai lima pertandingan ia langsung cedera. Untung saya sempat melihat legenda Brasil itu mencetak gol di stadion kami.”
Ketika saya bertanya mengapa ia menerima undangan turnamen uji coba ini, Griffin menjawab, “Selain untuk menguji mental bertanding para pemain kami, saya penasaran ingin melihat atmosfer stadion dan antusiasme para pendukung PSM.”
Sayang, keinginannya itu tidak sepenuhnya terkabul. Timnya takluk di pertandingan pertama di tangan Ministry of National Defense (Army FC), juara 2 Liga Kamboja. Pasukan muda Adelaide takluk dengan skor 3-4. Mereka akhirnya gagal menantang tuan rumah PSM di final. PSM sendiri menghantam Home United (Singapura) dengan skor 4-0.
Penonton belum berdatangan ketika laga Adelaide melawan Army FC dilangsungkan pada sore hari Jumat, 19 Januari 2018. Para penonton baru berjumlah ratusan di tribun-tribun Stadion Mattoanging. Namun, Griffin sepertinya tetap berkesempatan melihat laga tuan rumah PSM melawan Home United yang dipadati lebih dari 10 ribu penonton. Ia juga mungkin terhibur melihat tarian tradisional di upacara pembuka dan beberapa nyanyian penyemangat yang tak henti-hentinya disuarakan para pendukung PSM.
Selepas pertandingan, saya lalu merangkap sebagai penerjemah untuk sesi konferensi pers bagi Adelaide United. Sesi tersebut dihadiri sekitar dua puluh wartawan dan dihadiri pelatih tim muda Adelaide, Paul Pezos, dan pemain mereka yang pernah seleksi di Aston Villa, Tom Strain.
Pezos mengakui kesempatan-kesempatan berlaga di turnamen seperti ini cukup berharga dalam menambah jam terbang para pemain mudanya. Ia mengakui mental bertanding pasukannya cukup diuji dalam laga melawan Army FC. Meski kalah tipis dengan skor 3-4, ia bangga pemain-pemainnya mampu merespons dengan baik.
Tak lupa, sang pelatih berterima kasih kepada tuan rumah PSM telah diundang ke turnamen uji coba bertaraf internasional ini.
(bersambung…)
*Kredit Foto: penulis
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.