Nasional Bola

Hengkangnya Hamka Hamzah, Meninjau Kembali Makna Loyalitas di Tubuh PSM Makassar

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa perubahan besar terjadi di tubuh PSM Makassar. Kapten PSM di Liga 1 2017, Hamka Hamzah, resmi meninggalkan klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan tersebut. Rumor kencang berembus bahwa ia akan merapat ke Sriwijaya FC.

Setelah lebih dulu ditinggal penyerang andalan mereka, Ferdinand Sinaga, kabar kepergian Hamka bukan hanya membuat terkejut para pendukung PSM, tapi juga pencinta sepak bola tanah air. Pasalnya, pemain berusia 33 tahun ini dikira akan pensiun di klub kota kelahiran sekaligus tempatnya mengawali karier tersebut.

Meski demikian, sang pemain sebenarnya sudah menebar berbagai kode di akun Instagram maupun Twitter-nya selama dua bulan terakhir. Belum jelas alasan sang kapten idola para suporter Juku Eja ini menolak memperpanjang kontrak. Namun, dari asumsi berbagai pihak, Hamka sudah tak sejalan dengan pelatih Robert Rene Alberts. Apalagi, sobat kentalnya, Syamsul Haeruddin, sudah terlebih dahulu meninggalkan tim kota Makassar, juga karena lebih sering dibangkucadangkan oleh sang pelatih.

“Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya harus pamit dengan alasan yang tidak bisa saya ungkapkan. Saya sudah memikirkan (keputusan ini) dengan matang. Salam sayang dari saya, Hamka Hamzah untuk semua pencinta PSM,” kata mantan pemain timnas Indonesia tersebut di akun Instagram-nya. Berakhir sudah kebersamaan tahap kedua antara Hamka dan PSM.

Satu dekade Hendra Wijaya dan M. Rahmat

Di dunia sepak bola profesional, kepindahan seorang pemain memang hal yang lumrah. Namun, jika melihat kiprah Hamka di dalam maupun luar lapangan setahun terakhir, sulit membayangkan sebelumnya ia hanya bertahan sebentar di PSM.

Ini terlihat dari sebuah bisnis kafe miliknya di Makassar yang sering dijadikan tempat berdiskusi para pemain PSM maupun tim lawan, serta berbagai tokoh suporter. Selain itu, Hamka juga menjadi primadona di berbagai acara yang dilakukan klub ini di luar lapangan. Tak lupa, ia menjadi primadona di berbagai video di akun media sosial resmi klub. Sang kapten terlihat menjadi bagian tak terpisahkan Juku Eja. Namun, ia akhirnya hengkang juga.

Di pihak lain, dua nama lokal justru melanjutkan loyalitas mereka kepada tim Juku Eja. Mereka adalah Hendra Wijaya dan Rahmat Syamsuddin Leo alias M. Rahmat. Hendra dan Rahmat masing-masing menandatangani kontrak yang menambah masa bakti mereka mendekati sepuluh tahun. Keduanya merupakan jebolan tim junior PSM dan belum pernah membela klub lain.

Hendra dan Rahmat setia mengawal PSM sejak bermain di liga tandingan, mengalami krisis keuangan, hingga terpaksa bermain di luar Makassar pada musim kompetisi 2014 akibat kondisi Stadion Mattoanging yang tak lolos verifikasi. Kesetiaan keduanya secara perlahan memupuk rasa respek di kalangan pendukung PSM.

Berbeda dengan Hamka, kedua pemain ini cenderung low profile dan jarang disorot media. Namun, kerja keras keduanya ternyata tak luput dari pengamatan pelatih Robert Alberts. Hendra dan Rahmat menjadi bagian tak terpisahkan PSM dalam hampir satu dekade terakhir.

Sayang memang, nyaris tak ada media nasional maupun lokal yang menyorot jalan Hendra dan Rahmat sebagai one-man club di PSM. Berita kepindahan Hamka dan sebelumnya Ferdinand Sinaga mungkin dianggap lebih menarik berkat nama tenar keduanya.

Meski demikian, rasanya Hendra dan Rahmat pun tak akan peduli. Mereka sudah terbiasa memberi bukti bermain dengan hati tanpa perlu kata-kata pemanis tentang loyalitas.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.