Nasional Bola

Hendra Wijaya, Pengabdi Tersetia Juku Eja

Siapa pemain di tim utama PSM saat ini yang memiliki masa bakti paling lama? Banyak orang pasti mengira pemain itu adalah sang legenda Syamsul Haeruddin. Padahal, pemain spesial itu adalah Hendra Wijaya.

Hendra pada 4 Agustus 2017 ini berusia 28 tahun. Pemain ini telah memperkuat Juku Eja sejak tahun 2008 lalu. Syamsul sendiri memang telah menjadi bagian tim kebanggaan Sulawesi Selatan ini sejak tahun 2000, tapi masa baktinya sempat terpotong dengan kepindahannya ke Sriwijaya FC dan Persija Jakarta. Maka, saat ini, Hendra-lah pemain yang terlama memperkuat PSM.

Hebatnya, pemain bernama sama dengan mantan pemain bulutangkis Indonesia ini selalu menjadi pilihan berbagai pelatih berbeda yang menangani PSM. Meski tidak selalu menjadi pengisi tim utama, rekor Hendra cukup spesial. Ia telah menjadi pilihan lima belas pelatih berbeda yang telah mengomandani PSM sejak tahun 2008.

Posisi alami Hendra sebenarnya di sektor bek kanan, dengan alternatif sebagai pengisi bek tengah. Namun, di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu, ia sering dipasang pelatih Robert Rene Alberts sebagai bek kiri. Hebatnya, ia sering mengungguli persaingan mengisi tim utama atas para pemain berposisi bek kiri, antara lain Zulvin Zamrun dan Valentino Telaubun.

Sang putra daerah yang setia

“Nanti suatu saat, jika PSM memang sudah tidak membutuhkan tenaga saya lagi, barulah saya pindah,” ujar Hendra Wijaya tentang karirenya di PSM, seperti dikutip situs resmi Maczman.

Kariernya bersama Juku Eja sejak tahun 2008 memang dipenuhi berbagai macam cerita. Hendra mungkin sedikit sial karena perjalanan PSM di akhir dekade 2010-an lebih banyak dirundung duka, dari terancam degradasi, pindah ke liga tandingan, krisis keuangan, hingga terpaksa bermain di luar Makassar akibat kondisi Stadion Mattoanging yang tak lolos verifikasi.

Bagusnya, kesetiaannya itu secara perlahan memupuk rasa respek di kalangan pendukung PSM. Nama Hendra mungkin tak sepopuler rekannya sesama bek yang sudah terkenal, yaitu Zulkifly Syukur dan Hamka Hamzah. Ia juga jarang dielu-elukan seperti Rasyid Bakri, sang pangeran PSM. Namun, para suporter selalu menikmati peran tanpa komprominya di sektor pertahanan.

Hendra berutang budi pada Radoy Minkovski, pelatih yang memanggil Hendra Wijaya ke skuat PSM senior. Setelah sempat membela PSM U-21, Hendra pun selalu masuk daftar pemain yang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi setiap musim. Ketika Juku Eja memutuskan untuk pindah ke Liga Primer Indonesia pada tahun 2011, ia tetap bertahan. Berbagai masalah seperti krisis keuangan tak menggoyahkan kesetiannya terhadap klub kampung halamannya ini.

Pada tahun 2011, pelatih Rahmad Darmawan sempat memanggil Hendra untuk bergabung bersama seleksi tim nasional. Namun, sampai tahun 2017 ini, panggilan untuk memperkuat Merah Putih di pertandingan resmi belum kunjung menjadi rezekinya. Bisa dibilang, Hendra hanya dibuat matang oleh jam bermain di PSM dan kompetisi-kompetisi tarkam di daerah.

Suporter PSM tentu mengharapkan kematangannya dalam bermain semakin terasah seiring bertambahnya usia Hendra. Pemain ini sempat memiliki reputasi sebagai pemain temperamen yang sering mengoleksi kartu. Pada ajang TSC 2016 saja, ia memperoleh enam kartu kunig dari 26 penampilan. Untungnya, pada enam penampilannya di Liga 1 2017 ini, Hendra cenderung bermain kalem dan belum mengoleksi satu kartu pun. Ia masih menjadi andalan Robert Alberts dan mungkin juga siapa pun pelatih setelahnya.

Selamat ulang tahun, Hendra! Ewako!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.