Nasional Bola

Fase Baru Bali United di Tahun 2018

Junior bukan berarti harus inferior, anak baru bukan berarti harus malu-malu. Bali United, klub yang baru berdiri pada 2014 setelah merger dengan Persisam Putra Samarinda, kini tengah menyongsong fase baru, dalam waktu yang sangat singkat.

Melihat Bali United baik di dalam maupun luar lapangan rasanya seperti melihat klub yang sudah kenyang asam-garam kehidupan. Sangat terorganisir, sangat profesional, stadion selalu ramai di hari pertandingan, dan cara pemasaran klub juga sangat kreatif. Rasanya kita bukan melihat klub yang baru dibentuk tiga tahun lalu.

Apa yang ditunjukkan klub berjuluk Serdadu Tridatu ini adalah perkembangan yang sangat cepat, seperti menyelesaikan studi di kelas akselerasi. Tampil seadanya di tahun 2014 dan 2015, terseok-seok di Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, dan menjadi runner-up Liga 1 2017, adalah peningkatan prestasi yang sangat pesat, dan tak banyak diperkirakan orang.

Kini, fase kehidupan yang lain telah menanti Bali United. Dengan keberhasilan mengalahkan Tampines Rovers di play-off Liga Champions Asia, Serdadu Tridatu kian dekat dengan babak penyisihan grup di kompetisi tertinggi antarklub se-Asia ini. Bahkan kalaupun tersingkir, masih ada Piala AFC yang siap menampung.

Situasi ini jelas sangat berbeda dan menjadi pengalaman pertama bagi Bali United. Jika sebelumnya mereka hanya berfokus pada satu kompetisi saja yakni liga domestik, sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk mengikuti dua sampai tiga ajang sekaligus, yaitu Liga 1, tampil di pentas Asia, dan Piala Indonesia jika jadi digulirkan.

Dengan jadwal yang semakin padat dan lawan yang kian berat, wajar jika Bali United membutuhkan tambahan amunisi yang lebih hebat. Sejumlah pemain baru dengan profil mentereng didatangkan, seperti Demerson Bruno, Kevin Brands, Hanis Saghara, Feby Eka Putra, dan Sutanto Tan.

Tak lupa, hengkangnya Sylvano Comvalius ke Suphanburi FC juga ditambal dengan mendatangkan penyerang naturalisasi timnas, Ilija Spasojević. Spaso sendiri menyumbang satu dari tiga gol yang dilesatkan ke gawang Tampines Rovers semalam. Penyerang tajam lepas, diganti predator ganas. Sepadan.

Memang harus begitu, karena lawan yang akan dihadapi Bali United di level Asia tidak main-main. Minggu depan (23/1) mereka akan melawat ke Chiangrai United di Thailand, dan jika lolos sudah dinanti Hulk dan kolega di kandang Shanghai SIPG. Sekali lagi, junior bukan berarti harus inferior, anak baru bukan berarti harus malu-malu. Peluang tetap ada, meski kualitas lawan lebih diunggulkan di atas kertas.

Kalaupun nantinya terlempar ke Piala AFC, lawan-lawan di Grup G juga tak bisa dipandang remeh. Global Cebu merupakan runner-up Liga Filipina, FLC Thanh Hóa adalah peringkat kedua Liga Vietnam musim lalu, dan terakhir ada Yangon United yang finis di posisi kedua Liga Myanmar 2017.

Dari Chiangrai United, sampai Yangon United, semuanya bukan klub sembarangan di Asia, dan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi Bali United. Dengan berkompetisi di ajang tingkat kontinental, mereka sekaligus membawa nama negara dan berkewajiban mengharumkan nama bangsa.

Sebuah misi mulia, dari klub yang masih belia.

Dari melawan klub-klub lokal, bertarung di liga domestik dengan segala kontroversinya, kini Bali United telah melaju ke pentas Asia, menantang klub-klub di Asia Tenggara mungkin juga Asia Timur nantinya, dengan tingkat kesulitan yang berkali-kali lipat jauh lebih tinggi.

Dari Pulau Dewata, untuk Indonesia. Bali United bersiap memulai fase kehidupan selanjutnya, berkompetisi di Asia dengan sejuta asa, membawa nama baik negara.

Bali United, jaya!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.