Eropa Inggris

Siapapun yang Dibeli Nantinya, Nasib Arsenal Tidak Berubah Banyak

Begitu banyak pemain yang dihubungkan dengan Arsenal di bursa transfer Januari ini. Mulai dari nama-nama yang sudah tenar di dunia sepak bola, seperti Pierre-Emerick Aubameyang, Riyad Mahrez, dan Julian Draxler, hingga pemain-pemain muda yang dikatakan potensial, seperti Malcom, Cristian Pavon, Leon Goretzka, Thomas Lemar, dan Leon Bailey.

Rumor-rumor ini tentunya enak untuk didengar, khususnya bagi para Gooner, sebutan dari suporter Arsenal. Di tengah buruknya performa Arsenal musim ini, kepindahan Alexis Sanchez yang tampak tinggal menunggu waktu dan kontrak Mesut Özil yang masih tak ada kepastian, pembelian pemain tampak seperti sebuah keharusan. Namun, pada faktanya, siapapun yang dibeli, entah Aubameyang atau Malcom, nasib Arsenal tak akan banyak berubah.

Masalah di Arsenal saat ini bukan lagi masalah buruknya satu lini, seperti katakanlah, Liverpool yang lini belakangnya menghambat mereka untuk benar-benar bersaing demi merebutkan titel juara. Benar adanya permasalahan seperti itu bisa dibenahi dengan membeli pemain baru, seperti yang Liverpool wujudkan dengan membeli Virgil van Djik. Masalah The Gunners sebenarnya berakar hanya dari satu orang tertentu. Siapa lagi kalau bukan sang manajer, Arsene Wenger.

Tahun 2015 lalu, Wenger pernah mengatakan bahwa kohesi dan stabilitas adalah kunci untuk sukses di sepak bola. Ia mengatakan bahwa saat ini terlalu banyak orang yang menginginkan perubahan secara instan, hingga melupakan bahwa perubahan yang instan dapat merusak keseimbangan tim.

Keseimbangan dan stabilitas dalam sebuah tim memang sangat penting untuk bisa bersatu padu. Sayangnya, saat ini. manajer asal Prancis ini tampak lupa dengan pernyataannya sendiri. Jika menginginkan stabilitas dan kohesi dalam tim, ia tentu tak akan membiarkan pemain kunci macam Sanchez dan Özil terombang-ambing kontraknya.

Ketidakpastian kontrak satu pemain yang penting saja bisa merusak stabilitas tim, apalagi jika dua pemain yang integral. Setidaknya, ia harus memastikan salah satu dari mereka bertahan sejak awal musim ini atau lebih baik lagi, di akhir musim lalu. Jika ditilik, hampir semua pemain yang dihubungkan dengan Arsenal saat ini ditargetkan menjadi pengganti Sanchez dan Ozil. Jangan berbicara tentang kohesi dan stabilitas apabila yang Anda lakukan hanya sekedar gali lubang tutup lubang, tuan Wenger.

Masalah lainnya adalah Wenger tampak sangat tertinggal dalam mengeluarkan kemampuan terbaik pemain-pemainnya. Berkaca pada rekrutan baru Wenger dalam tiga musim terakhir, hampir semuanya berperforma di bawah ekspektasi. Petr Cech tampak sudah habis masa jayanya, Granit Xhaka belum menunjukkan mengapa ia pantas dihargai sampai 40 juta paun, Shkodran Mustafi tidak mampu konsisten menhaga performanya, Lucas Perez tidak digunakan dengan semestinya, Sead Kolasinac kini tersingkir oleh remaja berusia 20 tahun, dan Alexandre Lacazette kerap buang-buang peluang, yang jarang ia dapatkan.

Masalahnya adalah, semua pemain ini tampil menakjubkan bersama klub yang mereka perkuat sebelumnya. Lacazette dan Kolasinac mungkin terlalu cepat untuk dinilai, namun pemain lainnya seharusnya bisa tampil lebih baik lagi. Meskipun begitu, salah rasanya apabila sepenuhnya menyalahkan pemain-pemain ini, karena pada faktanya, hampir 80 persen kesalahan ada di tangan Wenger. Entah karena peran yang tak sesuai dengan kemampuan pemain-pemain tersebut atau metode latihan yang memang sudah usang.

Bukti lainnya bahwa Wenger sudah tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik pemainnya, bisa dilihat dari bagaimana performa pemain-pemain yang “dibuang” dari Arsenal beberapa tahun belakangan. Wojciech Szczesny, yang dianggap tak mampu bersaing dengan Cech, mampu membuat Gianluigi Buffon pensiun dengan tenang di Juventus, Gabriel Paulista yang seringkali jadi pesakitan dan rentan terhadap kesalahan ganjil, tampil impresif bersama Valencia musim ini. Alex Oxlade-Chamberlain yang ditertawakan ketika direkrut dengan harga mahal oleh Liverpool, mulai bisa beradaptasi di tim utama, dan sudah mencetak tiga gol di Liga Primer Inggris, rekor gol terbaiknya sepanjang satu musim di liga. Bahkan seorang Francis Coquelin pun tampil bagus di debutnya bersama Valencia.

Ini menjadi bukti lain bagaimana Wenger tampak tak mampu memaksimalkan sumber daya yang ia miliki. Lantas, buat apa merekrut banyak pemain, atau mengeluarkan biaya besar hanya untuk disia-siakan dan menjadi kambing hitam suporter?

Banyak yang mengatakan bahwa saat ini Arsenal sedang berada di dalam fase rebuilding, fase membangun kembali. Melepas pemain seperti Sanchez dan Ozil dirasa perlu untuk membersihkan tim kembali dan membangun dari awal dengan pemain-pemain muda seperti misalnya Malcom dan Lemar.

Namun, jika Wenger masih menjadi manajer, rasanya pemain-pemain baru tersebut hanya terasa seperti painkiller, seperti penghilang rasa sakit saja yang bersifat sementara dan tidak benar-benar menhilangkan penyakitnya. Apa gunanya rebuilding jika sang manajer sudah kehilangan kemampuannya dan tak mampu lagi mengembangkan dan mengeluarkan kemampuan terbaik dari pemainnya? Apa gunanya membangun kembali, jika akar permasalahannya tidak segera dicabut?

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket