Eropa Spanyol

Bangkit dan Berjuang seperti Gabriel Paulista

Januari 2015, Gabriel Paulista resmi berseragam Arsenal. Diboyong di tengah musim, bek asal Brasil tersebut diharapkan menjadi salah satu “penyelamat” kala itu. Namun sayang, segala pesona yang Gabriel Paulista tawarkan semasa membela Villareal, menguap begitu saja. Setelah mimpi buruk bersama The Gunners, Gabriel bangkit dan berjuang bersama Valencia.

Tahun 2015, bersama Nicolas Otamendi yang saat ini bermain untuk Manchester City, Gabriel dianggap sebagai salah satu bek menjanjikan yang bermain di La Liga. Arsenal sempat melakukan pendekatan dengan Otamendi sebelum akhirnya memutuskan memboyong Gabriel. Dana mencapai 11 juta paun dikeluarkan Arsenal untuk mendapatkan tanda tangan Gabriel.

Arsenal sendiri “dipaksa” untuk berbelanja di jendela transfer tengah musim lantaran bek tengah tim utama mereka kompak absen karena cedera. Pun, saat itu, berkembang wacana yang menyebutkan bahwa Arsene Wenger sudah menemukan bek muda, calon penerus Per Mertesacker yang semakin digerogoti usia.

Saat itu, Gabriel memang masih berusia 25 tahun, usia matang untuk pesepak bola. Apalagi, bersama Villareal, Gabriel bermain cukup stabil dan memuaskan. Corak bek yang memang dibutuhkan Arsenal: stabil, dan jika bisa lebih hebat, konsisten. Maka, duet Gabriel dan Laurent Koscielny di lini belakang Arsenal begitu dinantikan.

Keduanya adalah bek tengah dengan dasar teknik yang baik, punya akselerasi, dan nyaman dengan bola. Di atas kertas, kemampuan tersebut akan sangat cocok ketika keduanya bermain bersama. Apalagi, ketika Arsenal begitu menderita karena serangan balik, Gabriel dan Koscielny punya kecepatan untuk saling mendukung, berbeda dengan ketika bermain bersama Mertesacker.

Namun sayang, takdir ditulis berbeda. Gabriel cukup sulit beradaptasi, terutama pada masa awal kariernya bersama Arsenal. Kendala bahasa menjadi salah satu masalah yang mengemuka. Kemampuan berbahasa sangat penting bagi pesepak bola. Tak hanya untuk kepentingan taktik, namun yang lebih penting: demi bersosialisasi dengan rekan satu tim.

Sudah kesulitan karena soal bahasa, kesempatan bermain untuk Gabriel ternyata tak semanis yang diharapkan. Bek yang saat ini berusia 27 tahun tersebut mengakui secara terbuka bahwa ia hanya akan dimainkan oleh Wenger ketika bek tengah lainnya cedera. Situasi ini menjadi beban bagi batin Gabriel. Maklum, mana ada lelaki yang mau menjadi pelarian semata. Sementara pula.

“Saya layak mendapatkan kesempatan lebih banyak lagi. Terkadang, saya bermain karena rekan saya cedera. Dan ketika selesai bermain, bahkan ketika saya bermain bagus, ketika sampai rumah, saya akan merasa sangat sedih, karena saya hanya bermain ketika teman saya cedera. Saya punya kemampuan untuk dipercaya bermain, karena saya memang layak, atau setidaknya saya berlatih dengan baik. Namun kesempatan itu tak pernah datang,” ungkap Gabriel kepada Sky Sports.

“Terkadang, saya akan bermain di tiga atau empat pertandingan, dan jika Arsenal kalah, saya akan langsung dibangkucadangkan dan semua pihak di luar klub langsung menyalahkan saya. Situasi itu tak baik untuk saya. Orang-orang akan berpikir bahwa ketika saya bermain, Arsenal akan selalu kalah. Ketika (Hector) Bellerin cedera, saya bermain sebagai bek kanan, dan Arsenal mulai sering kalah,” tambahnya.

Kepercayaan memang seperti begitu sulit untuk Wenger berikan kepada Gabriel. Apakah Gabriel pernah bermain buruk ketika membela Arsenal? Tentu saja pernah. Apakah buruknya performa Gabriel sering terjadi? Tidak selalu. Tudingan buruknya performa Gabriel sebenarnya tak bisa dilepaskan dari buruknya performa tim itu sendiri. Untuk alasan ini, siapa pun yang bermain sebagai bek tengah akan selalu menderita, dan akhirnya dijadikan kambing hitam.

Semua ungkapan hati Gabriel seperti menemui pembenarannya ketika ia bermain apik bersama Valencia di paruh awal musim 2017/2018. Gabriel dan Valencia seperti memang ditakdirkan untuk bersama. Dua entitas yang musim lalu sama-sama menderita, kini tengah berjuang untuk kembali bangkit.

Baca juga: Gabriel Paulista Hengkang demi Kebaikan Bersama

“Saya sangat bahagia di sini, bukan karena saya sering bermain, tapi karena semua hal. Semua berbeda di sini. Terkadang, saya bermain bersama Jeison Murillo, terkadang bersama Ezequiel Garay dan terkadang Garay dan Murillo yang bermain. Giliran tampil ini terjadi bukan karena ada yang cedera, melainkan keperluan rotasi dan memberi kesempatan untuk semua pemain,” tegas Gabriel.

Bersama Valencia, Gabriel mendapatkan dua hal yang gagal disediakan Arsene Wenger, yaitu kepercayaan dan keadilan. Ketika mendapatkan dua hal itu dari Valencia, Gabriel bisa menunjukkan bukti dari omongannya sendiri bahwa dirinya memang berkualitas. Bahkan, musim ini, Gabriel adalah salah satu penampil terbaik untuk Los Che. Video berikut menjadi buktinya:

Langkah Gabriel bersama Valencia adalah langkah yang sebetulnya berat setelah masa-masa penuh penderitaan bersama Arsenal. Namun ia menyambut situasi tersebut dan menapaki setiap langkah dengan kesadaran seorang pejuang. Bersama Valencia, mereka bergandengan tangan saling meneguhkan demi satu kata: bangkit!

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen