Nasional Bola

Ilham Udin Armaiyn, yang Katanya Tidak Nasionalis

Sebuah umpan silang dari Febri Hariyadi mengarah ke tengah kotak penalti Islandia. Bagi para pemain Islandia yang berpostur tinggi besar, bola-bola seperti ini tentu bukan masalah. Febri sendiri sepertinya juga hanya berspekulasi melakukannya, karena tidak ada satupun target man yang dimiliki timnas. Namun, justru di situ berkahnya.

Kiper Islandia terlihat tenang, maju untuk memotong umpan silang Febri dengan menangkapnya. Sekali lagi, bola seperti itu seharusnya adalah makanan empuk bagi pemain Islandia, dan tidak adanya pemain Indonesia yang jago berduel udara saat itu, seharusnya juga menjadi keuntungan bagi tim tamu. Namun, di situ mukjizatnya.

Tangkapan kiper Islandia tidak sempurna. Bola terlepas, dan mengarah tepat ke pemain berpostur kecil di depannya, yang memakai jersey berwarna merah dengan rambut agak gondrong. Bernomor punggung 20, Ilham Udin Armaiyn menceploskan bola ke gawang Islandia, mencetak gol pertama di pertandingan itu, juga yang pertama di all-new Gelora Bung Karno.

Totalitas

Bagi para penggemar fanatik sepak bola nasional, nama Ilham Udin tentu sudah tak asing di telinga, tapi bagi para masyarakat umum, Ilham Udin Armaiyn bukan pemain dengan nama besar. Di kategori usianya, ia kalah tenar dengan Evan Dimas, di timnas masih kalah pamor dengan nama-nama senior, dan musim lalu di klub lebih sering muncul sebagai super-sub.

Akan tetapi, itu bukan halangan bagi pemain Selangor FA ini untuk bersinar.

Musim lalu di awal musim, ia bukan pilihan utama di Bhayangkara FC. Berdiri sebagai pilihan ketiga di belakang Thiago Furtuoso dan Guy Junior, tapi Ilham menolak menyerah. Predikat top skor klub sempat digenggamnya, meski cukup banyak laga yang dimulainya dari bangku cadangan.

Bahkan ketika Ilija Spasojević datang dan tugas sebagai pendulang gol harus ia serahkan ke pemain asal Montenegro itu, Ilham tidak mempermasalahkan. Ia tetap menjalankan perannya sesuai yang diinginkan Simon McMenemy, tanpa komplain, tanpa mengeluh, walau rekening golnya menyusut drastis.

Ketika namanya tidak tercantum di skuat SEA Games 2017, ia pasti kecewa, tapi tidak berlebihan. Hasrat terpendam untuk bereuni dengan mantan rekan-rekannya di Timnas U-19 seperti Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama Pranata, Hargianto, dan Evan Dimas, ia lampiaskan dengan tampil prima di klub.

Kegagalan masuk skuat SEA Games 2017 menjadi keberhasilan yang tertunda, karena setelah membawa Bhayangkara FC juara, Ilham menjadi salah satu pemain non-SEA Games dan non-senior yang menjadi langganan timnas.

Tribes bisa melihat kembali susunan starter skuat Indonesia senior melawan Islandia semalam, hanya Ilham Udin Armaiyn seorang, yang bukan pemain senior dan tidak bermain di pesta olahraga se-Asia Tenggara tahun lalu.

Ilham bahkan juga dua kali menjadi bayang-bayang Spaso. Selain di Bhayangkara FC musim lalu, ia juga menjadi pelapis Spaso di timnas saat ini. Namun sekali lagi, Ilham justru memperlihatkan bahwa ia juga layak menghuni susunan pemain utama, tidak melulu berperan sebagai pahlawan dari bangku cadangan.

Ketika kepindahannya ke Selangor terancam gagal, Ilham juga tidak langsung murka. Ia dengan sabar menanti kepastian itu tiba, padahal tawaran sebesar itu mungkin tidak datang dua kali, dan kesempatan itu harus diambilnya saat itu juga.

Hingga di laga semalam, Ilham membuat sejarah di Stadion Utama Gelora Bung Karno pasca-renovasi. Gol pertama di stadion lama berwajah baru di ibu kota, melawan kontestan Piala Dunia, dan disaksikan langsung oleh Pak Ketua.

Ilham Udin Armaiyn, yang katanya tidak nasionalis jika berkarier di luar negeri, justru menjadi satu-satunya pemain yang bisa menjebol gawang Islandia, negara yang jumlah penduduknya tak lebih banyak dari populasi warga Jawa Timur, dalam kunjungan singkat mereka ke negara besar yang kerap berperilaku seperti anak kecil ini.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.