Posturnya menjulang tinggi. Melihat perawakannya, ia lebih terlihat seperti bek tengah, atau target man di lini depan. Namun, ia sangat jauh dari kriteria dua posisi tersebut. Sentuhan bolanya sangat halus, pandai menciptakan peluang, pun menyelesaikannya sendiri.
Wiljan Pluim, legiun asing asal Belanda milik PSM Makassar, telah membuktikan bahwa di Liga Indonesia, playmaker tidak harus bertubuh kecil dan berlari cepat. Yang harus diutamakan adalah kecerdasan, pintar memutuskan kapan menahan dan melepas bola, dibarengi dengan teknik sepak bola yang baik dan benar.
Dalam sebuah adegan di film Goal, Santiago Munez mendapat pelajaran berharga bahwa bola bergerak lebih cepat dari pemain. Bola akan lebih cepat masuk ke area pertahanan lawan jika dialirkan secara kontinu dengan rapi dari pemain ke pemain. Hal itu pula yang dilakukan Pluim di PSM.
Eks pemain Vitesse Arnhem dan Willem II Tilburg ini membuat serangan PSM menjadi lebih hidup. Para penyerang ia manjakan dengan umpan-umpan matang, para gelandang ia bantu menguasai lini tengah, dan para bek dimudahkan untuk membangun serangan dengan memberikan bola padanya.
Sekilas terlihat seperti glorification of main character dalam tokoh Fahri di film Ayat-Ayat Cinta 2, tapi memang benar begitu adanya. Pluim adalah idola di Juku Eja, mulai dari rekan setim, pelatih, para petinggi, hingga agennya sendiri pun memujinya.
“Kualitasnya di atas rata-rata,” ujar Robert René Alberts, pelatih PSM.
“Pluim adalah aset berharga PSM,” kata Munafri Arifuddin, CEO PT PSM.
“Dia banyak diminati klub luar Indonesia, tapi loyalitasnya pada PSM luar biasa.” puji Robert Postma, agen Pluim.
Pujian yang tak berlebihan. 12 gol dan 9 asis yang dibuatnya musim lalu adalah bukti otentik bahwa peran Pluim sangat vital di PSM. Dalam semusim ia hanya absen dua kali, dan dari 32 pertandingan tersebut semuanya dilakoni dari menit pertama. Predikat top skor klub pun digenggamnya, bersama Ferdinand Sinaga di Liga 1 musim lalu.
Torehan tersebut juga meningkat pesat dari perolehannya di musim pertama berseragam PSM, saat bermain di Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016. Dengan kemajuan seperti itu, ada kemungkinan Pluim bisa lebih berkembang lagi di tahun ketiganya bersama Juku Eja.
Harapan tersebut sudah mulai terlihat, setidaknya dari durasi perpanjangan kontrak terbarunya. Kontrak gelandang setinggi 194 sentimeter ini telah diperpanjang 4 tahun, yang akan membuatnya tetap berada di PSM hingga tahun 2021.
Meski demikian, perlu diwaspadai juga bahaya yang tersimpan dari performa impresif Pluim, yakni ketergantungan. Sebab, ketika Pluim absen, sangat terasa ada yang hilang dari permainan PSM, seakan-akan bermain tanpa nyawa.
Contohnya saat melawan Barito Putera di putaran pertama musim lalu. Tanpa Pluim di atas lapangan, PSM kesulitan membongkar pertahanan kokoh tim asuhan Jacksen F. Tiago, dan harus puas bermain imbang 1-1 di kandang, Laga tersebut merupakan kali pertama PSM gagal memetik angka penuh di Stadion Mattoanging musim lalu.
2018 akan menjadi tahun ketiga Wiljan Pluim di PSM Makassar. Layaknya sebuah trilogi film, jilid pertama, kedua, dan ketiga selalu menyajikan kisah tersendiri, selalu memiliki kesan tersendiri. Akhir ceritanya juga berbeda-beda.
Jika di musim pertamanya Pluim sanggup menaikkan peringkat PSM di TSC A 2016, dan di musim keduanya ia dapat membawa Juku Eja finis di peringkat tiga, menarik untuk ditunggu apa yang akan dipersembahkan Pluim di musim ketiganya.
Selamat ulang tahun yang ke-29, Wiljan Pluim!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.