Berita besar di akhir Go-Jek Traveloka Liga 1 datang dari PSM Makassar. Peringkat tiga Liga 1 2017 itu bergerak cepat dalam memagari playmaker asingnya asal Belanda, Wiljan Pluim. Pemain yang termasuk ke dalam tiga besar daftar pemain terbaik Liga 1 tersebut menandatangani kontrak bersama PSM hingga akhir tahun 2021.
Dalam sebuah konferensi pers, Pluim mengungkapkan hasil pertemuannya dengan CEO PSM, Munafri Arifuddin dan agennya, Robert Postma. Pemain berusia 28 tahun ini bersedia memperpanjang kontrak hingga 2021 karena merasa senang terlibat bersama sepak bola Indonesia yang sedang berkembang. Ia juga berharap dengan resminya kesepakatan antara dua pihak, semoga berbagai rumor yang mengaitkan kepindahannya ke beberapa klub lain akan berhenti.
Agen Pluim, Robert Postma, tak membantah bahwa pemainnya itu memang diincar banyak klub luar negeri. Selain beberapa klub Liga Indonesia, juga ada beberapa klub dari Malaysia, Thailand, dan bahkan Korea Selatan. Namun, ia menolak mereka karena sang pemain sangat betah berseragam PSM, apalagi atmosfer sepak bola khususnya suporter di kota Makassar sangat luar biasa.
Munafri sendiri sebagai perwakilan dari PSM mengakui bahwa inisiatif untuk memperpanjang kontrak diambilnya karena banyak klub yang sering menggoda Pluim. Meski demikian, ia tak membeberkan nilai kontrak dan hanya membenarkan jumlah gaji yang diperoleh Pluim mengalami peningkatan.
Inisiatif PSM ini adalah angin segar bagi sepak bola Indonesia karena menunjukkan klub-klub peserta mulai berani mengontrak pemain untuk jangka panjang. Klub lain, Bali United, juga melakukan langkah sama dengan memperpanjang kontrak Irfan Bachdim hingga 2020.
Langkah PSM dan Bali United sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2015 lalu, Arema pernah melakukan terobosan dengan mengajukan kontrak lima tahun untuk pemainnya, Francisco ‘Kiko’ Insa. Hanya saja, entah bagaimana kontrak tersebut putus di tengah jalan.
Insa memang tampil menawan pada turnamen Piala Jenderal Sudirman pada tahun 2015 lalu. Setelah berhasil memikat hati manajemen Arema, pemain kelahiran Spanyol ini langsung disodori kontrak hingga tahun 2020. Namun, tak sampai setahun kemudian, pemain ini lalu dipinjamkan ke Bali United pada gelaran Torabika Soccer Championship 2016.
Namun, justru di klub Bali tersebut, Insa terlibat masalah indisipliner. Kabarnya, ia sering berbohong sedang sakit atau cedera untuk menghindari sesi latihan. Manajemen Bali United yang gerah dengan kelakuannya pun akhirnya mendepak sang pemain. Nasibnya pun terlunta-lunta karena setelah musim kompetisi selesai, manajemen Arema pun memutuskan tak akan lagi menggunakan jasa mantan pemain Elche B itu itu.
Kelanjutan kontrak ini seolah menguap setelah sang pemain direkrut klub Liga Malaysia, Pahang FA. Kemudian pada tahun 2017, Insa resmi memperoleh kewarganegaraan Malaysia karena garis keturunan dari neneknya. Sang pemain pun sedang menikmati karier barunya sebagai pemain nasional dan berkompetisi di kasta pertama liga negara tersebut.
Baca juga: Menunggu Kiko Insa dan Kakaknya Tampil Membela Tim Nasional Malaysia
Ia sama sekali tak terlihat mempersoalkan kontrak lima tahunnya yang putus di tengah jalan. Mungkin, Arema pun bisa dibilang beruntung karena kasus ini tak berlanjut.
Namun, dari kasus Insa terlihat bahwa kontrak berdurasi lama juga bisa menjadi kerugian klub Indonesia. Merasa terlindungi dalam waktu lama, pemain bisa berlaku tak profesional karena merasa sudah di atas angin. Semoga saja pemain-pemain yang dikontrak lama seperti Pluim nantinya tak seperti itu.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.