Nasional Bola

Wiljan Pluim: “Kami Saling Memahami di Lapangan Berkat ‘Bahasa Sepak Bola’”

Wiljan Pluim, adalah sosok yang tak henti-hentinya menjadi sorotan di PSM Makassar. Ia memang baru bergabung dengan PSM pada paruh kedua musim kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu. Namun, kontribusinya luar biasa. Ia sekarang menjadi tumpuan lini tengah PSM sekaligus menjadi salah satu pemain yang paling sering diwaspadai tim lawan.

Baru-baru ini, PSM memutuskan untuk mengajukan perubahan status pemain kelahiran 4 Januari 1989 ini menjadi marquee player. Ini didasari pengalaman  Pluim merumput di Liga Utama Belanda (Eredivisie) bersama beberapa klub, antara lain Vitesse Arnhem dan Roda JC Kerkrade.

Football Tribe Indonesia berkesempatan mewawancarai Pluim secara langsung lewat sambungan telepon. Berikut ini hasil wawancara jurnalis Football Tribe (FT) dengan Wiljan Pluim (WP):

FT: Bagaimana kehidupanmu setelah sekitar 9 bulan lebih tinggal di Makassar? 

WP: Sangat baik. Hidup saya di sini menyenangkan. Fasilitas di Makassar bagus. Saya tinggal di apartemen bagus, sering mengunjungi restoran bagus, tempat-tempat berbelanja yang bagus, semuanya menyenangkan.

Saya juga cukup sering mengunjungi Bali bersama pacar saya. Bali adalah pulau yang snagat menakjubkan. Kehidupan saya di Indonesia selama ini cukup menyenangkan.

FT: Baiklah, saya ingin mulai dengan beberapa pertanyaan berkaitan dengan sepak bola Indonesia. Siapa lawan terberat yang pernah kamu hadapi di Indonesia?

WP: Untuk musim lalu, menurut saya Persipura. Seperti diketahui, mereka akhirnya keluar sebagai juara. Mereka benar-benar tim yang luar biasa. Arema juga bagus, meskipun mereka gagal menjadi juara. Namun, saya yakin musim ini mereka akan lebih kuat lagi.

FT: Tapi minggu lalu PSM melangsungkan pertandingan persahabatan melawan Persipura, skor berakhir imbang 2-2 dan kamu berhasil mencetak gol penyama kedudukan. Bagaimana perasaanmu?

WP: Ah, tentu saja saya senang. Sayang, tim kami gagal menang. Padahal, menurut saya kami pantas menang di pertandingan itu.

FT: Tadi itu tim lawan yang kamu anggap kuat. Bagaimana dengan pemain lawan yang kamu anggap berbahaya?

WP: Banyak pemain bagus di Liga Indonesia. Tapi, salah satu yang saya anggap berbahaya adalah penyerang Persiba asal Brazil, Marlon (Da Silva). Ia sangat bagus. Juga tahun ini, (Michael) Essien akan bermain di Indonesia. Kami harus mewaspadainya.

FT: Kombinasi kamu di lapangan dengan Rasyid Bakri cukup padu. Apakah kalian punya kiat-kiat khusus?

WP: Tidak, semuanya mengalir saja. Rasyid adalah pemain tengah yang sangat bagus, salah satu yang terbaik di Indonesia. Kami tidak butuh waktu lama untuk saling memahami satu sama lain, maka kami bisa bekerja sama dengan baik di lini tengah PSM.

FT: Apakah kamu masih mengalami kendala komunikasi dengan pemain-pemain lain? Kendala bahasa mungkin?

WP: Sekarang semuanya terasa lebih mudah. Saya sudah mempelajari beberapa kata dasar dalam bahasa Indonesia, jadi sudah tidak terasa sulit. Lagipula, pemain-pemain lokal cukup memahami bahasa Inggris, jadi tidak ada masalah. Intinya, kami semua saling memahami karena kami dipersatukan oleh ‘bahasa sepak bola’.

FT: Sedikit pertanyaan serius nih. Beberapa waktu lalu sebuah pendapat kamu sempat menjadi sorotan, yaitu pendapat bahwa pemain muda harus cukup siap jika ingin menjadi pilihan utama di klub masing-masing. Ada tanggapan tambahan tentang itu?

WP: Ya, pendapat saya masih tetap sama. Saya memahami bahwa memang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan pemain muda di kompetisi agar bisa mencetak pemain-pemain muda berkualitas. Namun, saya juga berpikir bahwa bagaimanapun, seorang pemain yang menjadi pilihan utama haruslah benar-benar siap. Tak peduli apakah dia berusia muda atau tua.

FT: Baru-baru ini, PSM ingin memanfaatkan peraturan tentang marquee player dengan meng-upgrade statusmu menjadi seorang marquee player. Bagaimana tanggapanmu tentang itu?

WP: (tertawa) Jujur saja, awalnya saya bahkan tak tahu apa arti ‘marquee’ dalam bahasa Inggris. Ketika akhirnya saya paham maksudnya ‘marquee player’, saya tetap berpikir itu hanya sebuah istilah atau penamaan.

Ah, saya pribadi tidak terlalu peduli apakah saya berlabel ‘marquee player’ atau bukan. Jika memang perubahan status saya berguna bagi klub, baiklah, tidak apa-apa. Tapi sekali lagi, menurut saya itu penamaan saja.

FT: Pertanyaan ini sedikit personal. Apakah kamu merindukan bermain di Belanda atau Eropa?

WP: Ya, tentu saja. Maksudku, pasti ada saat-saat ketika saya merindukan pengalaman saya di Eropa. Namun yang paling penting, saya sangat bahagia di sini (Makassar). Beberapa hal di Indonesia memang sangat berbeda dari Belanda, seperti kultur, mentalitas, dan lain-lain. Tapi, saya mulai terbiasa, dan semua berjalan baik sekarang.

FT: Terakhir dari saya, menurutmu bagaimana kans PSM di Liga Indonesia musim ini?

WP: Kans kami cukup bagus. Feeling saya sendiri juga cukup bagus. Suasana tim PSM sangat menyenangkan. Saya cukup optimis jika kami bisa memaksimalkan hasil-hasil di setiap pertandingan, kami tetap berpeluang keluar sebagai juara.

FT: Baiklah, terima kasih banyak atas waktumu, Wiljan. Semoga sukses bersama PSM. Selamat beristirahat!

WP: Sama-sama. Terima kasih juga!

Demikianlah wawancara Football Tribe dengan Wiljan Pluim. Di pertandingan pertama Go-Jek Traveloka Liga 1 menghadapi Persela Lamongan pada Minggu 16 Januari 2017, Pluim mencetak satu gol dan mempertontonkan aksi-aksi yang memukau.

Ia cukup berkontribusi pada kemenangan 3-1 PSM atas Persela. Dengan kompetisi yang masih akan berjalan tujuh bulan ke depan, para penggila sepak bola Indonesia dijamin akan terhibur oleh aksi-aksi Pluim di lapangan hijau!

NB: Terima kasih dari penulis dan tim Football Tribe Indonesia kepada Robert Postma untuk semua bantuannya dalam wawancara ini.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.