Dalam konstelasi sepak bola nasional, provinsi Jawa Timur bisa disebut sebagai salah satu kutub sepak bola nasional. Ada banyak sekali klub-klub profesional asal Jatim yang berkiprah di kasta tertinggi Liga Indonesia. Bahkan, beberapa di antaranya juga sanggup menjadi yang terbaik di tanah air seperti yang ditunjukkan Arema Malang, Persebaya Surabaya dan Petrokimia Putra Gresik.
Salah satu kesebelasan yang dalam kurun satu dekade terakhir begitu konsisten tampil di level atas adalah Persela Lamongan. Sebelum era 2000-an, bisa jadi publik kurang familiar dengan nama kesebelasan yang lahir pada tahun 1967 silam ini.
Hal tersebut bisa dikatakan wajar sebab Laskar Joko Tingkir sebelumnya lebih banyak berkutat di Divisi Satu atau Divisi Dua. Sampai akhirnya, momen menembus kasta tertinggi di sepak bola nasional hadir di tahun 2003 silam.
Walau performa mereka terbilang stabil dan konsisten, nyatanya keberadaan Persela di kasta teratas Liga Indonesia selama sepuluh tahun terakhir tak membuat mereka jadi salah satu kandidat juara di setiap musim. Mereka masih kalah bersaing dengan jagoan-jagoan tradisional seperti Arema, Persib Bandung, Persija Jakarta, Persipura Jayapura atau Sriwijaya F.C.
Status klub yang bermarkas di Stadion Surajaya ini pun lebih lekat dengan predikat tim papan bawah. Hal itu sendiri dapat kita lihat dari grafik Persela kala mengakhiri kompetisi di setiap musimnya. Praktis, prestasi terbaik Choirul Huda dan kawan-kawan selama beredar di level tertinggi sepak bola nasional adalah peringkat empat musim 2011/2012 (ketika itu liga diselenggarakan dalam format satu wilayah) dan finis di babak 8-besar musim 2013/2014 (di saat liga kembali menggunakan format dua wilayah).
Sumber daya yang terbatas, khususnya finansial, kerap disebut-sebut sebagai salah satu alasan mengapa Persela agak kesulitan bersaing dengan tim-tim lain yang lebih besar. Padahal, publik telah mengakui bahwa skuat Persela memiliki kapabilitas yang cukup untuk bersaing sebagai calon juara. Terlebih, klub kebanggaan LA Mania ini juga sering menelurkan bakat-bakat muda dengan kualitas apik semisal Dendy Sulistyawan dan Saddil Ramdhani.
Dan ketika dipercaya manajemen untuk menjadi pelatih Persela sejak turnamen pra-musim Piala Presiden 2017 kemarin guna menggantikan Aji Santoso yang berlabuh ke Arema, Heri Kiswanto juga dibebani target untuk mengangkat prestasi Laskar Joko Tingkir ke level yang lebih tinggi. Pelatih kelahiran Banda Aceh itu sendiri dikontrak selama satu musim.
Sayangnya penampilan Persela di Piala Presiden 2017 kurang menggigit dan mereka harus angkat koper lebih cepat usai gugur di babak penyisihan grup. Padahal, manajemen telah mendatangkan beberapa penggawa anyar yang punya kualitas di atas rata-rata seperti Agung Pribadi, Eka Ramdani, Juan Revi dan Samsul Arif guna mendongkrak prestasi tim secara keseluruhan.
Kegagalan di turnamen pra-musim itu membuat manajemen Persela melakukan banyak evaluasi. Alhasil, beberapa pemain yang dirasa tak sesuai skema andalan coach Heri Kiswanto pun didepak. Contohnya adalah pemain asal Jepang, Ken Matsumoto.
Manajemen tentu berharap jika kondisi serupa justru terulang saat Laskar Joko Tingkir berlaga di Go-Jek Traveloka Liga 1 musim ini, nama baru kompetisi tertinggi di tanah air menggantikan Indonesia Super League (ISL).
Dan menyambut kickoff Go-Jek Traveloka Liga 1, manajemen Persela pun terus mengintensifkan proses seleksi pemain guna mencari figur yang dibutuhkan coach Herkis, sapaan akrab Heri Kiswanto. Beberapa nama asing pun ikut dalam seleksi tersebut namun sampai saat ini Persela baru mencomot satu pemain saja yakni gelandang asal Jepang, Kosuke Uchida.
Selain mengebut proses seleksi, Persela juga melakoni agenda laga uji coba melawan beberapa kesebelasan. Hal ini menjadi salah satu prioritas utama buat menguji semua aspek yang ada di dalam tim. Mulai dari menyatunya para pemain baru, kekompakan tim secara keseluruhan, skema permainan yang dikembangkan pelatih dan lain sebagainya.
Setidaknya ada tiga laga uji coba yang sudah dilakukan oleh Choirul Huda dan kawan-kawan sejauh ini yaitu melawan Persatu Tuban, Persip Pekalongan dan PS Sumbawa Barat. Dari ketiga laga itu, tak sekalipun Persela menelan kekalahan. Catatan tersebut tentu saja membuat coach Herkis puas namun dirinya tetap mengevaluasi penampilan anak asuhnya.
“Kemenangan 4-0 (melawan PS Sumbawa Barat) tentu saja menggembirakan. Terlebih pertandingan tadi berjalan cukup sulit karena kondisi lapangan yang buruk akibat hujan deras. Namun, kami akan mengevaluasi semua aspek yang ada supaya di kompetisi liga nanti kami bisa tampil maksimal”, papar sang pelatih saat ditemui Football Tribe Indonesia usai laga melawan PS Sumbawa Barat (2/4).
Bila menilik komposisi skuat Persela musim sejauh ini, coach Herkis pun seolah ingin menyesuaikan segala sesuatunya seperti regulasi yang sudah ditetapkan PSSI. Misalnya saja kewajiban memiliki lima pemain U-23 dan batasan dua orang pemain yang berusia di atas 35 tahun.
Untuk kasus pertama, Persela dalam hal ini juga telah memenuhi persyaratan tersebut. Ahmad Nur Hardianto, Bobby Wirawan, M. Fahmi Al Ayyubi, Rio Pratama Valentino dan Saddil Ramdhani, merupakan nama-nama penggawa muda milik Laskar Joko Tingkir yang berusia di bawah 23 tahun.
Sementara untuk poin kedua, Persela juga hanya mengontrak dua pemain yang usianya di atas 35 tahun seperti ketentuan yang dibuat PSSI. Kedua figur tersebut adalah kiper sekaligus legenda Persela, Choirul Huda, dan Zainal Arifin.
Lebih jauh, melihat komposisi skuat yang dimiliki Persela sejauh ini (dengan kemungkinan masih akan menambah beberapa pemain baru lagi jelang bergulirnya liga) maka LA Mania pun patut optimis bahwa kesebelasan kesayangannya bisa tampil lebih baik ketimbang sebelum-sebelumnya.
Keberadaan Choirul Huda di bawah mistar adalah jaminan rasa aman bagi pemain-pemain lain. Pun begitu dengan tembok kokoh di sektor belakang yang kerap diisi Zainal Haq atau Aang Suparman dan legiun asing asal Brasil, Marcio Rozario.
Sementara di lini tengah, Eka Ramdani, eks jenderal lapangan tengah Persib Bandung, bakal bertindak sebagai pengatur permainan tim bersama Agung Pribadi, Juan Revi ataupun Kosuke. Untuk sektor depan, pilihan utama coach Herkis tampaknya mengerucut pada nama Ivan Carlos dan Samsul Arif. Walau begitu, keberadaan Nur Hardianto dan Saddil juga bisa menjadi alternatif lain yang bisa dimainkan eks pelatih PSS Sleman tersebut.
Coach Herkis sendiri melontarkan jawaban unik ketika Football Tribe Indonesia menanyainya perihal marquee player yang mungkin akan direkrut Persela.
“Hal itu akan dibicarakan dengan pihak manajemen. Tapi jangan salah sangka, semua pemain yang dimiliki Persela sekarang ini marquee player, lho”, kelakar sosok berusia 61 tahun tersebut yang kontan membuat saya tergelak.
Persiapan yang cukup matang, mempunyai skuat yang mumpuni plus seorang pelatih berpengalaman bisa jadi modal yang bagus untuk Persela agar bisa bersaing di Go-Jek Traveloka Liga 1 musim ini. Meski begitu, masih akan ada pertanyaan klasik yang mengemuka untuk Laskar Joko Tingkir.
Akankah mereka bisa melepaskan label tim papan bawah dengan tampil kompetitif musim ini?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional