Mungkin sekitar satu dekade lalu, penggemar sepak bola dunia antusias menyambut kemunculan pemain Portugal bernama Luís Carlos Almeida da Cunha alias ‘Nani’. Kemampuannya yang mendekati Cristiano Ronaldo seolah membuat dunia memiliki dua Ronaldo. Sekarang, di usianya yang memasuki 31 tahun, cukup disayangkan Nani masih belum mampu lepas dari bayang-bayang sahabatnya itu.
Luís Carlos Almeida da Cunha lahir pada 17 November 1986 di Praia, Tanjung Verde. Orang tuanya yang asli warga Tanjung Verde, sebuah negara kepulauan di Afrika, dan berimigrasi ke Portugal sewaktu dirinya masih bayi. Masa kecilnya berlangsung sedikit tragis.
‘Nani’ kecil diasuh oleh bibinya di sebuah distrik miskin di kota Lisbon. Dalam usia yang masih bayi, Nani sudah ditinggalkan ayahnya yang menghilang entah ke mana dan ibunya yang berimigrasi lagi ke Belanda.
Namun, justru tragedi keluarga itu membawa sedikit berkah baginya. Antonia Almeida, bibi yang mengasuhnya, sangat menyayangi dan mendukung penuh impian Nani untuk menjadi seorang pesepak bola profesional. Pada usianya yang menginjak tujuh tahun, Antonia mengurusi si kecil Nani yang akhirnya bergabung dengan tim lokal, Real Massamá.
Tak perlu waktu lama bagi sebuah klub besar untuk mencium talenta gemilang anak ini. Pada usianya yang kesembilan, Nani mulai berlatih dengan akademi Sporting Club de Portugal, atau yang lebih kita kenal dengan Sporting Lisbon. Nani melakukan debut profesionalnya bersama klub tersebut pada tahun 2005 dan memenangkan Taça de Portugal (Piala Portugal) pada musim keduanya, pada saat usianya masih 19 tahun. Pada akhir musim tersebut, ia dinobatkan sebagai Pemain Muda terbaik untuk bulan Mei 2007.
Penampilan gemilangnya bersama Sporting pun akhirnya berlanjut pada kepindahan ke Liga Inggris. Raksasa Inggris, Manchester United, mendatangkannya dengan biaya sebesar 22 juta paun pada bulan Juli 2007. Tak sampai dua bulan kemudian, Nani langsung memenangkan gelar bersama Setan Merah, yaitu trofi Community Shield. Seiring perjalanannya di klub tersebut, ia lebih banyak menjadi bayang-bayang rekan senegaranya, Cristiano Ronaldo. Kebetulan, keduanya berposisi sebagai penyerang sayap dan sama-sama diorbitkan akademi Sporting Lisbon.
Secara personal, Nani dan Ronaldo cukup akrab. Selain menjadi mentor, Ronaldo juga sempat menampung Nani di rumahnya ketika rekannya itu baru datang di kota Manchester. Selain Nani, saat itu juga ada Anderson, pemain baru Manchester United dari Brasil, yang direkrut dari Porto.
Dalam sebuah wawancara dengan goal.com , Nani mengakui sahabatnya itu sangat membantu dirinya. “Bantuan Ronaldo sangat penting bagi kami (dan Anderson). Saat itu kami masih sangat muda dan dia (Ronaldo) sudah berpengalaman. Dia tahu cara menghadapi segala sesuatu di Inggris; baik itu jalanan maupun aturan lalu lintas. Situasi di Inggris sangat berbeda dibandingkan dengan Portugal.”
Kolaborasi Nani dan Ronaldo pun membuahkan sejumlah trofi, termasuk gelar juara Liga Primer Inggris dan Liga Champions 2008/2009. Namun, ketika Ronaldo pindah ke Real Madrid pada musim panas 2009, dunia pun sadar bahwa ada perbedaan mencolok di antara keduanya. Nani bukanlah pemain dengan mental pemenang seperti rekannya tersebut.
Pemain bertinggi badan 175 sentimeter ini memang memenangkan berbagai gelar lagi setelahnya, antara lain tiga gelar Liga Primer Inggris, Piala Liga Inggris, dan Piala Dunia Antarklub. Namun, ia gagal memenuhi ekspektasi dengan mengambil alih posisi Ronaldo sebagai pemain kunci. Akhirnya, dalam tiga tahun terakhir, ia pun berpindah-pindah klub, antara lain Sporting Lisbon, Fenerbahce dan Valencia. Lambat laun, penggemar sepak bola mulai melupakannya. Orang tahu pemain ini memang masih eksis, tapi tak lagi dianggap spesial.
Untungnya, Nani termasuk ke dalam skuat tim nasional Portugal yang memenangkan Piala Eropa 2016. Setidaknya, publik negaranya akan selalu menganggapnya salah satu pahlawan di gelar bersejarah tersebut. Meski demikian, karier klub pemain ini tak kunjung membaik. Di saat Valencia sedang berbenah untuk memperbaiki performa, dirinya malah disingkirkan oleh pelatih Marcelino Garcia.
Kini, Nani bermain di Serie A Italia bersama Lazio. Lagi-lagi, dirinya tak dianggap sebagai pemain penting. Hingga November 2017, ia hanya dipasang empat kali, tanpa sekalipun menjadi starter. Meski demikian, satu gol yang dicetaknya ketika Lazio menang besar 5-1 di kandang Benevento menegaskan dirinya masih bertaji.
Selamat ulang tahun, Nani, sang bayang-bayang dari CR7.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.