Suara Pembaca

Dependensi PSM pada Wiljan Pluim

Jika PSM diibaratkan sebagai seorang cendikiawan, maka, Wiljan Pluim adalah sebuah buku.

Sepanjang hayatnya, hanya ada dua malam dia tidak membaca buku: malam ketika ayahnya wafat dan malam pernikahannya. Begitulah Ibnu ‘Arabi berkisah tentang “mentornya”, Ibnu Rushd. Kalimat tersebut termaktub di dalam buku Mencari Belerang Merah yang dianggit oleh Claude de Addas.

Apa yang dijelaskan oleh Ibnu ‘Arabi, dengan gamblang menggambarkan ketergantungan seorang filsuf besar, Ibnu Rushd, pada sebuah buku untuk menghasilkan pemikiran-pemikirannya.

Fragmen ketergantungan Ibnu Rushd akan bacaan, juga terlihat pada tim, PSM Makassar. Dependensi atau ketergantungan pada Wiljan Pluim, masih terlihat hingga laga terakhirnya di kandang Mitra Kukar.

Sejak mengawali debutnya bersama PSM, di kandang Persela (2/9), dalam lanjutan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Pluim nyaris tak pernah absen dari daftar starting eleven PSM Makassar. Secepat kilat, tim Juku Eja langsung berada di papan atas klasemen. Padahal sebelumnya (putaran pertama) PSM harus megap-megap di zona degradasi. Wiljan Pluim seakan menjadi Zeus (raja para dewa dalam mitologi Yunani) yang mengubah Ayam Jantan dari Timur, menjadi tim yang kembali menakutkan.

Kemampuan mengolah bola, umpan yang mematikan, serta visi bermain yang cerdas, sukses membuat pemain yang mengawali karier di Vitesse Arnhem tersebut, menjadi roh permainan PSM. Alur dan tempo permainan Juku Eja, sangat bergantung di kaki pemain asal Zwoole, Belanda, ini.

Wiljan Pluim termasuk pemain yang unik. Jika biasanya pemain jangkung terkesan kaku, tidak demikian dengan pria bertinggi 190 sentimeter ini. Dia mampu mempertontonkan skill-nya saat mengecoh dua hingga tiga orang pemain lawan. Bahkan oleh komentator di TV, ia dijuluki ballerina yang menari di tengah lapangan.

***

Memasuki musim kedua di PSM, peran pria kelahiran 4 Januari 1989 ini, masih terlihat vital. Gerbong pemain bintang yang masuk ke PSM, tak menggoyahkan status Wiljan Pluim sebagai nyawa permainan.

Disokong oleh segudang gelandang pekerja, mulai dari, Rasyid Bakri, Rizky Pellu, Syamsul Chaeruddin, M. Arfan, Asnawi Mangkualam hingga Marc Klok, membuat Pluim semakin nyaman memainkan perannya sebagai pengatur irama permainan.

Tanpa mengecilkan gelandang lain di Indonesia, tak berlebihan jika kita menyebutkan bahwa: Wiljan Pluim adalah gelandang dambaan tiap penyerang di Indonesia. Maka, siapapun penyerangnya, tak sulit untuk mencetak gol jika dimanjakan oleh umpan-umpan Wiljan Pluim.

Lalu, bagaimana jika Wiljan Pluim harus absen?

Melihat tingginya intensitas pertandingan di Liga 1, udah sewajarnya jika coach Robert Rene Albert, mulai memikirkan solusi saat Pluim harus absen. Kemampuan individu Pluim, yang di atas rata-rata, membuat pemain lawan tak jarang harus bermain keras untuk menghentikannya. Selain itu, faktor kelelahan saat terus-menerus dimainkan, membuat pemain yang telah membukukan satu gol ini, rentan terkena cedera. Beruntung, kondisi Wiljan Pluim hingga saat ini, masih prima.

Ketergantungan PSM pada Pluim, juga mengingatkan kita pada sosok Sang Proklamator, Ir. Soekarno, saat ditahan di penjara Banceuy, Bandung. Begitu bergantungnya Bung Karno pada buku, membuat istrinya kala itu, Inggit Garnasih, harus menyuplai buku secara ilegal, dengan jalan disembunyikan di dalam stagennya, saat mengunjungi sang suami di penjara.

Bukan tanpa sebab, pihak pemerintah Hindia-Belanda, sadar betul jika, Soekarno dan buku adalah sebuah ancaman bagi mereka. Terbukti, buku-buku hasil selundupan Inggit, mampu membuat Bung Karno, menelurkan sebuah pledoi yang amat menggemparkan kala itu, Indonesia Menggugat. Sebuah pledoi yang tak hanya menampar pihak pemerintah Hindia-Belanda, namun juga, membuat Bung Karno semakin lama di penjara.

PSM harus belajar pada kisah Arsenal. Bagaimana tim asal London tersebut, sangat bergantung pada sosok Alexis Sanchez. Hal yang membuat sang profesor, Arsene Wenger, mati kutu saat Sanchez harus menepi karena cedera. Tak ayal jika harus sedini mungkin jajaran kepelatihan PSM menyiapkan waktu istirahat yang tepat agar Wiljan Pluim terus bugar dan tampil konsisten.

Seperti yang dikatakan oleh, Karl Marx: bahaya dari ketergantungan akan membuat terhambatnya perkembangan. Andai PSM ingin berbicara banyak di musim terbaru Liga 1, mereka harus memperhatikan betul bagaimana bila Pluim harus absen dan tak mengganggu performa tim.

Author: Adnan Ilham Rahim