Kolom Nasional

Asnawi Mangkualam: Gelandang Masa Depan PSM

Akhir-akhir ini ada satu nama yang sering diperbincangkan publik sepak bola di Sulawesi Selatan. Ia adalah Asnawi Mangkualam Bahar.

Pemain ini masih berusia sangat muda. Ia lahir pada tanggal 4 Oktober 1999 dan merupakan putra dari legenda PSM pada dekade 1990-an, yaitu Bahar Muharram. Meski demikian, kita kesampingkan sejenak pembahasan tentang sang ayah, karena pasti Asnawi sendiri ingin dikenal orang atas kemampuannya sendiri, bukan mengikut ke nama besar ayahnya.

Pada pertandingan Indonesia U-22 melawan Myanmar, 20 Maret 2017 kemarin, Asnawi menjadi salah satu pilihan pelatih Luis Milla. Ia masuk di babak kedua pertandingan yang berakhir dengan kekalahan tim merah-putih dengan skor 1-3. Karena pertandingan tersebut termasuk ke dalam agenda resmi FIFA, maka hitungannya, Asnawi telah melaksanakan debutnya bagi tim nasional. Ia pun  resmi menjadi salah satu pemain termuda asal PSM Makassar yang pernah memperkuat tim nasional.

Jika kita melihat sedikit ke belakang, pada bulan November 2016 lalu, Asnawi juga mencetak sebuah sejarah. Ia memecahkan rekor pencetak gol termuda dalam sejarah sepak bola Indonesia. Pada saat itu, ia mencetak gol bagi Persiba Balikpapan ketika berhadapan dengan tuan rumah Bali United. Pada saat itu, usianya baru menginjak 17 tahun 5 hari!

Nama Asnawi sebenarnya selalu berada di dalam radar tim nasional usia muda. Pada tahun 2013, ia sudah tergabung dalam tim nasional U-16 untuk ajang Piala AFF U-16 di Malaysia. Ia menjadi satu-satunya pemain asal Indonesia timur yang lolos seleksi timnas U-16 arahan Sutan Harhara.

Sayangnya, Asnawi menelan pil pahit di ajang tersebut. Di final melawan tuan rumah Malaysia, ia gagal mengeksekusi salah satu tendangan ketika pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalti. Indonesia pun gagal mmbawa pulang gelar juara.

Setelah itu, sang putra dari Bahar Muharram ini selalu menjadi bahan pemberitaan media-media di Sulawesi Selatan, setiap kali ia tergabung di level timnas U-19. Namun, cahayanya baru bersinar terang ketika memperkuat tim Sulawesi Selatan di Pekan Olahraga Nasional (PON) 19 yang berlangsung pada tahun 2016 di Jawa Barat

Tim Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dinakhodai pelatih senior, Syamsuddin Umar, meruntuhkan semua prediksi yang tak memperhitungkan mereka. Sulsel sukses melangkah ke final turnamen sepak bola PON sebelum menyerah ke tangan Jawa Barat lewat adu penalti. Asnawi sendiri merupakan salah satu aktor tepenting meraih medali perak tersebut, terutama dengan gol tunggalnya ke gawang Kalimantan Timur di perempatfinal.

Setelah itu, nama Asnawi pun menjadi rebutan. Persiba menjadi klub yang beruntung memperoleh tanda tangannya. Pelatih Jaino Matos saat itu bahkan langsung mempercayai Asnawi mengisi salah satu posisi di lini tengah Persiba. Hasilnya adalah gol bersejarah yang dicetaknya ke gawang Bali United.

Untuk musim kompetisi Liga Indonesia yang segera bergulir, PSM berhasil memulangkan putra asli daerah tersebut. Asnawi memikat perhatian Robert Rene Alberts, pelatih PSM, sehingga memasukkannya ke dalam rencana jangka panjang tim PSM.

Di lini tengah Juku Eja, Asnawi bahu-membahu dengan para seniornya, Rasyid Bakri, Syamsul Chaeruddin dan Rizky Pellu, serta satu gelandang asing, Wiljan Pluim. Petinggi PSM, Munafri Arifuddin, mengamini bahwa Asnawi bisa mempermudah PSM untuk memenuhi persyaratan pemain muda yang wajib dimainkan.

Mungkin tantangan baru kepada Asnawi nantinya adalah membuktikan kemampuannya selama memperkuat panji Juku Eja. Pada saat bersamaan, pemilik  nama yang sama dengan mantan gubernur  Sumatera Selatan di dekade 1960-an ini juga harus membagi konsentrasi antara tim nasional dan klub.

“Saya sampaikan kepada Asnawi agar tampil maksimal selama seleksi‎, sehingga pihak-pihak yang selalu mengkritik bahwa Asnawi masuk di PSM bukan karena saya, tetapi karena prestasinya lah yang membuat dia (Asnawi) berada di PSM,” begitu pesan sang ayah, Bahar Muharram ketika Asnawi memperoleh panggilan timnas beberapa minggu lalu.

Kerja keraslah, Asnawi!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.