Setiap pesepak bola mempunyai jalannya sendiri untuk menjadi sosok yang diandalkan, baik di tim nasional maupun di level klub. Tentunya tidak ada yang instan di dunia ini. Selain kemampuan mengolah bola yang baik, sikap yang baik dan mental yang kuat juga menentukan. Bagaimana si pemain bisa mengendalikan emosi apapun yang terjadi di lapangan itu juga berperan penting bagi tim.
Saddil Ramdani paham betul hal ini. Pencinta sepak bola tentunya masih ingat bagaimana pemain asal Sulawesi Tenggara ini diberi kartu merah sehingga timnas Indonesia U-19 kehilangan satu pemain saat melawan Thailand di babak semifinal AFF U-19 di Myanmar. Akibatnya, Egy Maulana Vikry dan kolega kesulitan membongkar lini belakang Thailand dan tunduk lewat adu penalti.
Awalnya memang Saddil yang terlebih dulu dilanggar oleh pemain Thailand. Lalu pemain yang berusia 19 tahun hari ini membalas kembali dan terjadilah keributan. Dan wasit hanya melihat kesalahan Saddil saja.
Pelatih Indra Sjafri sendiri juga menyayangkan keputusan sang pengadil lapangan hijau tersebut. Dan kartu merah Saddil memengaruhi permainan tim. Akibatnya, permainan Indonesia timpang sekalipun bisa memaksa tim Gajah Putih tersebut menang lewat adu penalti.
Sontak, pelanggaran tak perlu Saddil mendapat reaksi di dunia maya. Pemain yang juga mencetak gol indah di SEA Games 2017 ini langsung dikritik habis-habisan. Saddil pun memaklumi bahwa di zaman sekarang, seorang pesohor bahkan pemimpin pun harus siap dikritik di dunia maya jika melakukan hal yang dianggap tak berkenan.
Saddil sendiri tak kuat menahan tangis. Penyesalan pasti ada. Terlalu kejam jika Saddil harus terus menerus dikritik dan dihujat habis-habisan. Dia sendiri juga kerap absen di kompetisi Liga 1 demi persiapan membela tim nasional. Apa masih tidak dihargai?
Tetapi, sebagai pesepak bola profesional, mental harus kuat. Tidak ada alasan bagi Saddil untuk berlama-lama tepruruk akibat dihujat para warganet setelah mendapat kartu merah tersebut. Akhirnya dia membuktikan dirinya saat mencetak gol saat laga persahabatan melawan Thailand U-19, Oktober tahun lalu.
Lepas dari apapun, Indonesia patut bangga dan berharap pada anak muda satu ini. Pemain yang dikabarkan ingin pindah dari Persela musim depan ini termasuk pemain yang bisa bermain sebagai pemain sayap dan bek sayap. Pelatih timnas senior, Luis Milla Aspas, pernah menggeser posisi Saddil sebagai bek kiri saat Indonesia melakoni laga persahabatan melawan Guyana akhir November lalu.
Uniknya, para suporter timnas juga balik bersimpati pada Saddil saat dia dilanggar pemain Malaysia di Pra Piala Asia U-19 di Korea Selatan. Dan wasit justru tidak memberikan kartu merah pada Nabil Hakim Bokhari, pemain tim Harimau Malaya yang melanggar Saddil. Bahkan akun instagram Nabil ramai diserbu para warganet pendukung Merah-Putih.
Lalu bagaimana nasib Saddil di level klub? Sejumlah pemberitaan menyebutkan bahwa Saddil ingin pindah ke klub yang lebih besar. Sempat dikabarkan diincar PSM Makassar, tetapi akhirnya pelatih Aji Santoso mempertahankannya. Ada tujuh pemain musim 2017 yang masih bersama Laskar Joko Tingkir di musim depan (2018), salah satunya adalah Saddil.
Sepanjang tahun 2017, Saddil Ramdani juga mencatatkan penampilan impesif (selain kedua rekannya, Egy di Timnas U-19 dan Febri Hariyadi di Timnas U-23). Saddil termasuk salah satu pemain muda yang paling sering membela timnas di tiga level: Timnas U-19, Timnas U-23, dan timnas senior. Total, pemain sayap ini sudah bermain sebanyak 24 kali membela negara. Catatan yang tidak buruk bukan untuk pemain seusianya?
Di ajang Piala Asia U-19 dan Asian Games nanti, di mana Indonesia menjadi tuan rumah, tentunya para pencinta sepak bola nasional berharap banyak bahwa Saddil bisa memberikan kontribusi terbaiknya. Setiap manusia tak lepas dari kesalahan, pesepak bola pun demikian. Tetapi selalu ada kesempatan untuk bisa belajar dari kesalahan dan berusaha tak mengulanginya lagi.
Selamat tahun baru dan selamat ulang tahun, Saddil!
Author: Yasmeen Rasidi