Eropa Italia

Kaleidoskop Serie A 2017: Suka dan Duka dari Negeri Pizza

Selayaknya narasi kehidupan yang penuh dengan berbagai macam cerita, kompetisi sepak bola tertinggi di Italia, Serie A, turut menghadirkan banyak sekali kisah suka dan duka bagi para penggemarnya di tahun 2017 ini.

Lantas, apa saja hal-hal menarik yang datang dari Negeri Pizza? Berikut daftarnya:

 

Juventus dengan Genoa

Masih digdayanya Juventus di Italia

Lima Scudetto beruntun telah digapai Juventus selama musim 2011/2012 hingga 2015/2016. Akan tetapi, perolehan itu seolah belum cukup bagi La Vecchia Signora. Di pengujung musim 2016/2017 kemarin, mereka kembali menggondol titel Serie A keenamnya secara berturut-turut sekaligus mencatat rekor sebagai klub Italia pertama yang berhasil melakukannya.

Pada ajang Piala Italia, Juventus pun berhasil menggondol titel juara setelah menyudahi perlawanan Lazio di partai final dengan skor 2-0. Prestasi ini membuat koleksi trofi La Vecchia Signora di kompetisi ini bertambah menjadi 12 buah.

Sayang, kedigdayaan Paulo Dybala dan kawan-kawan di negeri sendiri gagal diduplikasi tatkala mentas di panggung antarklub Eropa. Lolos hingga partai final Liga Champions 2016/2017 dan berpotensi mengukir treble winners, paceklik titel Nyony Tua di kancah regional nyatanya kembali berlanjut usai tumbang dari Real Madrid dengan skor mencolok 1-4.

 

Atalanta pun mengukuhkan posisinya sebagai juara Grup E

Cerita manis Atalanta dan Crotone

Siapa bilang Serie A tak bisa memunculkan kisah manis dan heroik dari klub-klub papan tengah ataupun bawah? Musim 2016/2017 merupakan salah satu momen di mana pendapat itu bisa disanggah.

Tak diunggulkan untuk tampil bagus, Atalanta menghentak publik lantaran berhasil finis di peringkat empat klasemen akhir (pencapaian terbaik di sepanjang sejarah klub). Mereka mengangkangi nama-nama tradisional macam Lazio, AC Milan dan Internazionale Milano. Padahal, materi pemain mereka diisi oleh banyak pemain muda semisal Mattia Caldara, Andrea Conti, Franck Kessie, dan Andrea Petagna.

Sementara Crotone yang berstatus debutan di Serie A dan senantiasa berada di zona degradasi sepanjang musim, malah berhasil lolos dari jeratan degradasi secara dramatis.

Keberhasilan itu digapai Gli Squali pada giornata pamungkas. Kemenangan mereka atas Lazio dan kekalahan Empoli dari Palermo menjadi titik balik untuk kesebelasan yang berkandang di Stadion Enzo Scida ini. Berkat pencapaian itu pula, Davide Nicola yang juga pelatih Crotone, mengayuh sepeda sejauh 1.300 kilometer guna memenuhi nazarnya bila Gli Squali sintas.

 

Francesco Totti pensiun

Penggemar Serie A sejak era 1990-an tahu betul siapa sosok Francesco Totti. Dikenal sebagai salah satu pemain terbaik di generasinya, karier Totti tak seperti kebanyakan pemain yang sering bergonta-ganti klub.

Dirinya setia membela AS Roma sejak debut hingga mengakhiri kariernya di atas lapangan hijau pada tahun 2017. Totti yang kini berumur 41 tahun pun resmi jadi satu dari sedikit pemain yang berstatus one man club.

Bersama tim ibu kota, Totti yang bermain di lebih dari 700 laga dan mencetak 300-an gol selama kurang lebih 25 tahun, sukses menggondol satu Scudetto dan masing-masing dua gelar Piala Italia serta Piala Super Italia. Capaian itu dilengkapinya dengan titel Piala Dunia 2006 bareng tim nasional Italia.

 

Inilah AC Milan

AC Milan yang mencuri perhatian

Bicara prestasi, 2017 memang masih jadi kepunyaan Juventus. Namun bila membahas tentang kemampuan mencuri atensi, AC Milan adalah jawaban pastinya.

Seiring dengan berakhirnya era kepemimpinan Silvio Berlusconi, Milan secara resmi diakusisi oleh pengusaha asal Cina, Yonghong Li, dengan nominal sekitar 830 juta euro. Akusisi ini sendiri memunculkan ekspektasi Milanisti jika klub pujaan mereka bisa kembali ke trek yang benar.

Perhatian kepada I Rossoneri semakin menjadi-jadi di tahun 2017 usai mereka melakukan pergerakan masif pada bursa transfer musim panas. Sekurangnya ada 11 pemain baru yang didatangkan manajeman ke anyar ke Stadion San Siro. Mulai dari Leonardo Bonucci, Andrea Conti, Mateo Musacchio sampai Andre Silva. Padahal, banderol mereka tidak murah.

Sayang, kedatangan sejumlah nama baru itu tak membuat performa Milan memuaskan di atas lapangan. Di sejumlah laga, skuat bertabur bintang ini justru kalah secara mengenaskan. Alhasil, Vincenzo Montella pun jadi tumbal usai dipecat dari jabatannya sebagai pelatih beberapa waktu lalu dan disubstitusi oleh Gennaro Gattuso.

 

Skuat Italia

Kegagalan Italia ke Piala Dunia 2018

Tampil kurang meyakinkan sejak babak kualifikasi, Italia yang masih diperkuat oleh Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, dan Daniele De Rossi, harus puas finis di peringkat dua di bawah Spanyol.

Kenyataan tersebut membuat Gli Azzurri kudu melakoni partai play-off guna lolos ke Piala Dunia 2018. Swedia pun menjadi lawan Buffon dan kolega di fase tersebut. Tragis bagi Gli Azzurri, sepasang perjumpaan melawan wakil Skandinavia itu berakhir duka. Mereka kalah agregat 1-0 dan dipastikan absen di Rusia, mengulang kegagalan yang sama di tahun 1958.

Ketidakberhasilan itu sendiri menyulut emosi rakyat Italia dan tifosi Gli Azzurri di seluruh dunia. Alhasil, Giampiero Ventura yang berstatus sebagai pelatih timnas dan Carlo Tavecchio, presiden federasi sepak bola Italia (FIGC), menjadi public enemy nomor satu.

Publik menuntut mereka untuk mundur dari jabatannya sebagai bentuk pertanggung jawaban. Desakan tiada henti yang mereka terima akhirnya memaksa kedua sosok gaek untuk buat melepas jabatannya. Sementara empat pemain yang saya sebutkan di atas memilih untuk pensiun dari timnas.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional