Nasional Bola

Kaleidoskop Sepak Bola Indonesia di 2017: Tawa, Duka, Dagelan, dan Optimisme

Butuh energi ekstra untuk tetap menjaga akal sehat dan kepala agar tetap dingin untuk memastikan diri kuat menulis kaleidoskop sepak bola Indonesia sepanjang tahun 2017. Tahun ini adalah tahun pertama liga kembali berjalan setelah sanksi FIFA, juga tahun di mana PSSI memiliki ketua umum baru yang ‘luar biasa’ hebat.

Mari kita putar waktu sejenak melalui artikel ini, dan menengok apa saja yang terjadi di sepak bola negeri tercinta dalam satu tahun kalender ini:

 

Geliat yang ditunjukkan Persebaya

Persebaya is back!

Setelah lama ‘dipaksa’ menghilang dan tempatnya secara surealis digantikan oleh Persikubar Kutai Barat yang bermetamorfosis tiga kali lewat Bonek FC, Surabaya United, hingga Bhayangkara FC (maaf saja, kami menolak lupa!), klub sejati yang berpusat di Surabaya, Persebaya, resmi dipulihkan status keanggotaannya oleh Edy Rahmayadi di Kongres PSSI bulan Januari 2017 lalu di Bandung. Bersama Bajul Ijo, beberapa klub dengan nama tak asing seperti Arema Indonesia, Persewangi Banyuwangi, Persema Malang, hingga Persibo Bojonegoro, juga mengikut jejak The Green Force yang dipulihkan statusnya sebagai anggota PSSI.

 

Luis Milla Aspas berlabuh di Indonesia

Juara Piala Eropa U-21 bersama generasi emas Spanyol ini dikontrak PSSI pada 20 Januari 2017, dengan durasi sampai Asian Games 2018 nanti. Bersama timnas Garuda, Milla dibebani target untuk mencatat prestasi yang gemilang, salah satunya medali emas SEA Games 2017 di Malaysia, yang mana kembali berakhir kegagalan dan mendapat perunggu. Tahun 2018 akan menjadi panggung sejati kualitas pelatih kalem berusia 55 tahun ini.

 

rezim PSSI subsidi PT. Liga Indonesia Baru (LIB)

Liga 1 resmi bergulir

Setelah vakum karena sanksi FIFA, sesaat usai gelaran turnamen pramusim, Piala Presiden 2017, Liga 1 yang disponsori Go-Jek dan Traveloka resmi digulirkan dengan partai perdana yang mempertemukan juara bertahan kompetisi terakhir, Persib Bandung, meladeni Arema FC.

 

Sutan Zico

Panen besar talenta muda Indonesia

2017 adalah tahunnya kemunculan pemain muda berbakat. Dari Timnas U-16 asuhan Fachri Husaini yang sukses di sebuah turnamen di Vietnam, muncul nama penyerang belia, Sutan Zico, yang menjadi bintang. Beberapa bulan sebelumnya, Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri kala itu juga memukau pencinta sepak bola Indonesia dengan bakat-bakat belia seperti Rachmat Irianto, Muhammad Luthfi Kamal, Rifad Marasabessy, Hanis Saghara, Rafly Mursalim, hingga sang wonderboy, Egy Maulana Vikry. Panen besar!

 

Kegagalan (lagi) di SEA Games 2017

Datang dengan skuat yang bisa jadi salah satu yang terbaik sejak era SEA Games 2011, skuat Garuda Muda harus takluk oleh lawan klasik, Malaysia, di laga semifinal, dengan skor tipis saja, 1-0. Kegagalan di semifinal memang bisa ditebus oleh medali perunggu usai mengalahkan Myanmar 3-1, namun menurut Pak Edy, selaku Ketua PSSI, capaian Timnas U-23 disebut mengecewakan. Legowokeun, bosqu….

 

 

Choirul Huda

Selamat jalan Choirul Huda

Jelang pengujung tahun, dan di fase akhir Liga 1, publik Tanah Air dikejutkan dengan berpulangnya salah satu kiper legendaris Indonesia, serta salah satu one man club, Choirul Huda, usai kolaps tak sadarkan diri di laga kontra Semen Padang. Usai dilarikan ke rumah sakit dan ditangani dokter, kiper yang menancapkan statusnya sebagai legenda abadi Surajaya ini mengembuskan napas terakhir di rumah sakit, masih dengan jersey Persela-nya dengan nomor punggung 1. Selamat jalan Cak Huda, legend never die…..

 

Bobotoh Piala Indonesia 2018

Dagelan PSSI dan nyawa suporter yang meregang di stadion

2017 ini, dengan berat hati, kita harus melepas tiga manusia terbaik: Ricko Andrean, Catur Yuliantono, hingga Banu Rusman. Ketiga almarhum tewas dan meninggalkan banyak pekerjaan rumah bagi para suporter dan pengurus PSSI untuk meningkatkan lebih lagi keselamatan nyawa suporter di atas apapun tentang sepak bola.

Ricko meninggal seusai laga Persib Bandung kontra Persija Jakarta di Bandung, pada pertemuan pertama. Hanya karena salah tuding sebagai anggota suporter tim tamu, almarhum Ricko harus meregang nyawa sia-sia.

Almarhum Catur Yuliantono sendiri meregang nyawa usai terkena petasan yang dilempar dan mengenai kepalanya lalu merenggut nyawa. Dalam laga uji coba kontra Fiji kala itu, Catur terkena lemparan petasan yang dinyalakan dari atas tribun dan masih membuka luka lama bahwa barang-barang berbahaya masih saja bisa masuk ke dalam stadion dan sialnya, kembali merenggut nyawa.

Yang terakhir, dan belum tertangkap pelakunya, kematian suporter Persita Tangerang, Banu Rusman, yang harus meregang nyawa karena dikeroyok segerombolan tentara yang datang menonton laga Persita kontra PSMS Medan. Kematian Banu yang dijanjikan oleh Pak Edy akan diusut tuntas dan ditemukan pelakunya, sampai detik tulisan ini rilis, masih belum menemui titik terang dan kejelasan. Pak Edy, sehat, Pak?

Terakhir, seperti biasa, melengkapi 2017 yang penuh nestapa, PSSI kembali dengan dagelannya. Pemindahan jadwal, play-off khusus, kontroversi wasit asing, hingga kasus Mohamed Sissoko dibalik juaranya Bhayangkara FC. Dagelan apa lagi di tahun depan, PSSI?

 

Asis Sylvano Comvalius
Sylvano Comvalius

Sylvano Comvalius taklukkan Liga Indonesia

Di musim pertamanya di Tanah Air, penyerang bercambang lebat ini langsung memecahkan rekor 34 gol Peri Sandria yang sudah bertahan di selama 22 tahun lamanya. Di akhir musim, penyerang Belanda ini mengakhiri kompetisi dengan 37 gol. Kini, Sylvano memutuskan hengkang dari Bali United dan berlabuh di Thailand bersama Suphanburi FC.

 

Ilija Spasojevic

Bhayangkara FC juara Liga 1

Ciyeee, met yaw, traktirannya mana nich, bosqu?

 

Humor nasionalisme sebagai penutup 2017

Pak Edy Rahmayadi menutup 2017 dengan cara patriotistik: barangsiapa meninggalkan Indonesia untuk berkarier di luar, akan dicoret dari PSSI. Ntap soulz, bosqu, idolaqqu……

***

Sampai jumpa di 2018 dan tetap optimis Tribes, karena harapan, yang membuat waktu selalu berharga untuk dijalani

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis