Eropa Lainnya

Martin Skrtel, Sang Kepala Martil dari Slovakia

Saat ini, lini belakang Liverpool tengah menjadi sasaran kritikan dari banyak pencinta sepak bola, tak terkecuali dari pendukungnya sendiri. Sektor pertahanan The Reds memang cukup mengkhawatirkan, sebab di antara tim top six Liga Primer Inggris, skuat asuhan Jürgen Klopp bersama Arsenal yang berada satu peringkat di bawah mereka menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling banyak, mencapai 20 gol dari 16 pertandingan.

Salah satu penyebabnya adalah, bek-bek yang dimiliki oleh Liverpool saat ini kurang agresif, kurang sangar lebih mudahnya. Pemain-pemain seperti Joel Matip, Dejan Lovren, Ragnar Klavan, dan Joe Gomez, meskipun relatif cukup solid, namun mereka bukanlah sosok yang membuat pemain lawan jeri. Bisa dikatakan pemain belakang Liverpool terakhir yang memenuhi kriteria sebagai pemain agresif nan garang adalah Martin Skrtel, dan jelas sosok berkepala martil dari Slovakia ini dirindukan oleh kubu Merseyside merah.

Skrtel terakhir kali membela Liverpool di tahun 2016 lalu, sebelum akhirnya pindah ke Turki dan tergabung bersama salah satu klub besar di sana, Fenerbahce. Pemain yang kini menjabat sebagai kapten timnas Slovakia ini mengawali karier sepak bola professionalnya bersama klub lokal bernama Trencin di tahun 2001.

Skrtel akhirnya pindah ke klub yang lebih besar di tahun 2004, direkrut oleh salah satu klub dengan reputasi tinggi di Rusia, Zenit Saint Petersburg. Bermain di Rusia yang terkenal keras, Skrtel menjelma sebagai bek muda yang terkenal agresif, namun kemampuan bertahannya tak tertutup oleh kerasnya permainan yang ia tampilkan di lapangan.

Pemain yang masih berambut lebat ketika bermain di Rusia ini juga berhasil menyumbangkan trofi Liga Primer Rusia bagi Zenit di tahun 2007, dan akhirnya nama Skrtel menjadi buruan tim-tim di liga besar Eropa, seperti Valencia, Tottenham Hotspur, dan tentunya Liverpool. Nama terakhir menjadi klub beruntung yang berhasil meminang bek tengah tangguh ini.

Di bursa transfer Januari musim 2007/2008, Skrtel resmi dipinang oleh Liverpool dengan mahar senilai 6,5 juta paun. Manajer Liverpool saat itu, Rafael Benitez, menyatakan bahwa Skrtel adalah pemain bertahan yang tangguh, andal dalam duel udara, dan juga cepat. Tak hanya itu, mentalitas sang bek Slovakia yang agresif memang sangat dibutuhkan saat itu.

Tentunya, kehidupan di Inggris tak langsung berjalan mudah baginya. Kecepatan permainan di Liga Primer Inggris tentunya berbeda dengan Rusia, dan Skrtel tentu membutuhkan adaptasi untuk melakukan penyesuaian dengan kecepatan permainan di Inggris. Imbasnya, beberapa laga awal yang ia lakoni tak berjalan dengan baik, namun perlahan-lahan, ia akhirnya mampu memantapkan diri sebagai bagian penting dari lini pertahanan Liverpool.

Di beberapa musim awalnya di Anfield, Skrtel mesti menjalani rotasi dengan bek tangguh lainnya, Daniel Agger, sebagai pendamping dari legenda klub, Jamie Carragher. Namun, ketika Carra menua, kolaborasi Agger dan Skrtel menjadi salah satu yang terbaik di Inggris.

Di musim 2011/2012, perpaduan antara dua pemain yang memiliki banyak tato di badan ini makin membaik, namun Skrtel menjadi pihak yang lebih menonjol, hingga ia diganjar gelar sebagai Pemain Terbaik Liverpool di akhir musim. Berkat permainannya yang tak tedeng aling-aling, ia juga dijuluki sebagai “The Terminator” oleh para Kopites.

Skrtel terkenal sebagai pemain yang loyal. Delapan tahun ia habiskan bersama Liverpool, jangka waktu yang tentunya tidak sebentar. Bukan berarti dirinya tak menarik bagi klub-klub lain, Skrtel sempat digoda oleh klub-klub seperti Manchester City, Napoli, dan Wolfsburg, namun sang Terminator memilih untuk bertahan di Merseyside.

Pemain yang identik dengan nomor punggung 37 ini dikenal akan permainannya yang agresif, namun bersih. Untuk ukuran pemain yang keras ketika bermain di Inggris, ia hanya mendapat satu kartu merah sepanjang kariernya di Liga Primer Inggris. Ia tergolong sebagai pemain bertahan yang pintar, mampu melakukan tekel tepat waktu, namun juga cukup cepat untuk melakukan marking.

Ia juga tergolong rajin mencetak gol, terlebih melalui situasi bola mati karena ‘kepala martil’-nya yang kuat dalam menyundul bola. Dalam 320 penampilan di Liverpool, ia mampu mencetak 18 gol. Tentunya, yang paling membekas adalah ketika ia mencetak dua gol di menit-menit awal laga ke gawang Arsenal dan mengantarkan timnya menang telak dengan skor 5-1 di musim 2014/2015. Sepanjang kariernya, ia mampu mencetak 26 gol, sebuah angka yang lumayan bagi seorang pemain bertahan.

Namun, bukan berarti ia tanpa cela. Karena permainannya yang keras, ia sempat terlibat perkelahian dengan beberapa pemain, satu yang paling diingat tentunya ketika ia menginjak kiper Manchester United, David de Gea di tahun 2015, yang berujung pada pelarangan bermain dalam tiga laga berikutnya.

Selain itu, ia juga terhitung kurang beruntung. Ia tercatat sebagai pemain kedua yang paling sering membuat gol bunuh diri di Liga Primer Inggris, dengan total tujuh gol ia cetak ke gawang sendiri, sama dengan catatan mantan rekan setimnya, Carragher, dan ‘hanya’ kalah dari mantan bek Manchester City dan Aston Villa, Richard Dunne.

Kini, memasuki senja kariernya, Skrtel masih menjadi bagian integral dari skuat Fenerbahce. Tak hanya itu, timnas Slovakia juga masih membutuhkan tenaganya, meskipun ia gagal membawa negaranya ke Piala Dunia 2018 nanti. Namun, tentu mentalitas dirinya sangat dibutuhkan Liverpool saat ini, yang saat ini sedang krisis agresivitas terutama di lini belakang. Bagi pendukung Liverpool, bukan tak mungkin, sang kepala martil dari Slovakia yang satu ini akan dikenang sebagai salah satu ikon tim.

Happy birthday, Skrtelminator!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket