Nasional Bola

Potensi Kembalinya Poros Tiga Gelandang Persib Bandung di Era Mario Gomez

Persib Bandung siap menyongsong era baru dan itu terlihat dari latihan perdana bersama pelatih baru Roberto Carlos Mario Gomez pada Rabu (13/12) lalu. Optimisme jelas terpancar dari skuat Maung Bandung bersama sang juru latih baru. Apalagi, mereka tentu ingin mencapai hasil yang lebih baik musim kompetisi mendatang, setelah terjerembab di peringkat 13 klasemen akhir Liga 1 musim lalu.

Riwayat pekerjaan Mario Gomez jelas mentereng. Ia merupakan tangan kanan pelatih eksentrik Hector Cuper, ketika yang bersangkutan menangani Internazionale Milano dan Valencia. Gomez juga menjadi sosok kunci dibalik kesuksesan Johor Darul Ta’zim (JDT) menjadi kesebelasan asal Asia Tenggara pertama yang berhasil meraih gelar juara Piala AFC pada tahun 2015 lalu. Gomez juga punya potensi besar menghadirkan banyak hal baru di tubuh Persib Bandung, termasuk dari aspek sifatnya taktikal, yaitu terkait poros tiga gelandang.

Poros tiga gelandang serupa dengan musim 2014

Ketika masih menangani Johor Darul Ta’zim, Gomez tersohor menggunakan skema baku 4-4-2, dengan ciri khasnya adalah ia menggunakan dua penyerang asing sebagai juru gedor tim. Meskipun demikian, ada kalanya pelatih asal Argentina ini menggunakan skema tiga poros gelandang dalam formasi baku 4-3-3. Salah satu momen di mana ia menggunakan formasi ini adalah di partai final Piala AFC tahun 2015 melawan kesebelasan asal Tajikistan, FC Istiklol.

Pembagian perannya boleh jadi terlihat sederhana. Gelandang asal Singapura, Harris Harun, akan bertugas sebagai pemutus serangan lawan. Apalagi kekuatan fisiknya membuat Harris bisa bermain lebih dalam dan bertindak sebagai Salida La Volpiana, peran yang biasa diemban Sergio Busquets.

Sementara Jazarin Jamaluddin atau Gary Stevens akan berperan sebagai penyambung antarlini. Peran seorang Safiq Rahim sebagai pengatur serangan menjadi begitu krusial di sistem ini. Poros tiga gelandang yang diusung oleh Gomez ini membuat Safiq bisa bergerak bebas. Anda bisa melihat di rekaman pertandingan partai final Piala AFC tahun 2015, di mana Safiq terus bergerak untuk mengalirkan bola, sekaligus membuka ruang bagi rekan-rekannya yang lain.

Pembagian peran yang diberikan Gomez kepada para gelandangnya adalah sesuatu yang familiar, bahkan bagi para penggemar Persib Bandung. Karena dalam sejarahnya, mereka sudah pernah melihat poros tiga gelandang yang kemudian berhasil membawa tim ke puncak kesuksesan. Fenomena ini terjadi pada dua kesempatan tim Maung Bandung berhasil menjadi juara nasional, yaitu pada Liga Indonesia I 1995 dan Liga Super Indonesia tahun 2014.

Pada keberhasilan meraih gelar juara pada tahun 1995, poros gelandang tim kebanggan masyarakat Jawa Barat ini diisi oleh Munir, Yudi Guntara, dan Yusuf Bachtiar. Munir berperan sebagai pemutus serangan lawan dan Yudi menjadi penyambung antarlini. Sementara untuk urusan serangan menjadi tugas dari seorang Yusuf Bachtiar.

Fenomena hampir serupa terjadi pada keberhasilan Maung Bandung menuntaskan dahaga gelar juara mereka hampir dua dekade kemudian. Hariono memainkan peran memutus serangan lawan, Firman Utina menjadi otak serangan, sementara Makan Konate mengimplentasikan alur serangan yang diinginkan oleh seorang Firman Utina.

Ada pakem yang hampir serupa dari tiga fenomena poros trio gelandang yang sudah disebutkan sebelumnya. Meskipun demikian, ada banyak hal lain yang mesti diperhatikan, terutama manajemen dan para penggemar. Karena pada akhirnya, yang dibutuhkan seorang Mario Gomez adalah diberikan waktu untuk menjalankan semua rencananya yang tentunya membutuhkan proses yang tidak sebentar.

Gomez mungkin butuh waktu sedikit panjang

Meskipun ada gambaran besar yang serupa terkait poros tiga gelandang yang diusung oleh Gomez dengan yang terjadi pada dua musim Persib berhasil menjadi juara, bukan berarti yang nantinya akan ditunjukan oleh pelatih asal Argentina tersebut akan sama dengan kesempatan-kesempatan sebelumnya.

Role atau perannya memang pada dasarnya hampir serupa, tentu Anda juga mengetahui ada perbedaan besar antara Yusuf Bachtiar dengan Makan Konate. Yusuf sangat apik ketika beroperasi di final third, umpan terobosannya kelas satu. Sementara Konate lebih memiliki daya jelajah dan energi. Maka, bisa jadi akan muncul hal yang berbeda di tubuh Persib di bawah arahan Mario Gomez. Tetapi boleh jadi, pakem atau skema serupa yang ia pakai di JDT akan kembali ia gunakan di Persib Bandung.

Ketimbang peran lain, peran pengatur serangan ini menjadi permasalahan yang pelik. Untuk memainkan peran yang hampir serupa dengan Harris Harun dan Gary Stevens, Persib sudah memiliki pemain untuk sektor tersebut. Hariono mungkin akan memainkan peran yang hampir serupa dengan Harris Harun, sementara Dedi Kusnandar atau Kim Kurniawan, bisa jadi akan memainkan peran yang hampir serupa dengan Stevens, atau bisa jadi peran ini akan diemban oleh Michael Essien.

Soal pengatur serangan ini yang selalu menjadi masalah terutama sejak Persib ditinggal Makan Konate. Sempat membaik ketika mereka mengontrak Robertino Pugliara dan Marcos Flores, musim lalu terjadi fenomena yang boleh dibilang agak konyol, sat Persib menggunakan seorang Michael Essien di posisi sentral tersebut, di mana pada akhirnya hal itu juga menjadi salah satu penyebab mengapa Maung Bandung tidak tampil maksimal musim lalu.

Maka selanjutnya yang dibutuhkan oleh Gomez adalah mencari pemain yang tepat untuk mengisi posisi pengatur serangan. Ia mungkin akan mencari pemain dengan tipe yang hampir serupa dengan Safiq Rahim. Paket lengkap gelandang bertenaga tetapi juga memiliki visi untuk mengatur permainan.

Kabarnya, sang pelatih juga sudah mengantongi  nama untuk pemain di posisi tersebut. Angin segar tambahannya adalah, Persib dikabarkan baru saja kedatangan kembali mantan gelandang andalan mereka, Eka Ramdani.

Seandainya memang mendapatkan pemain yang dibutuhkan, bukan berarti hal tersebut akan bisa langsung berjalan dengan baik. Perlu waktu dan proses sampai akhirnya sistem permainan dan skema yang diinginkan oleh Gomez bisa berjalan dengan benar-benar baik. Karena terkadang, yang terjadi sebenarnya kepada para pelatih yang pernah menangani Persib adalah mereka kurang diberikan waktu di samping tekanan besar yang datang dari berbagai arah.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia