Suara Pembaca

Melegitimasi Status Diklat Persib sebagai La Fabrica-nya Indonesia

Persib Bandung dikenal sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia dengan basis suporter yang luar biasa dan luas, karena penggemarnya bukan dari kota Bandung, atau Provinsi Jawa Barat saja, namun banyak juga dari luar Pulau Jawa. Klub yang berdiri sejak 14 Maret 1933 ini memang dikenal sebagai klub yang lebih sering mendatangkan pemain bintang demi memenuhi target juara yang selalu diemban Persib setiap musimnya, daripada mempromosikan pemain-pemain mudanya.

Banyak nama-nama pemain bintang yang pernah direkrut oleh klub yang memiliki julukan Maung Bandung itu, mulai dari pemain asing, hingga pemain Indonesia dengan label pemain tim nasional Indonesia. Nama-nama pemain asing yang pernah membela Persib seperti, Christian Bekamenga, Redouane Barkoui, Suchao Nutnum, Kosin Hathairattanakool, Milijan Radovic, hingga yang terbaru di Liga 1 Indonesia, Persib mendatangkan duo eks-Chelsea, Michael Essien dan Carlton Cole.

Sementara Muhammad Nasuha, Markus Horison, Maman Abdurahman, Firman Utina, Muhammad Ridwan, Budi Sudarsono, juga Cristian Gonzalez adalah beberapa nama berlabel ‘pemain timnas Indonesia’ yang pernah berkostum Maung Bandung. Bahkan pada musim 2010, Persib mendapat julukan ‘mini-timnas’ saat mendatangkan beberapa pemain yang membela Indonesia di Piala AFF 2010, yaitu Muhammad Nasuha, Tony Sucipto, dan Zulkifli Syukur.

Layaknya klub-klub besar yang memiliki target tinggi dari manajemen dan keinginan suporter untuk klub favoritnya menjadi juara, Persib harus menomorduakan upaya membawa pemain-pemain akademi naik kasta ke tim senior. Ini berpengaruh pada tidak berkembangnya pemain-pemain asli akademi yang kalah bersaing dengan pemain-pemain bintang, sehingga terbuang ke klub lain. Akan tetapi, bukan berarti pemain-pemain muda dari akademi Persib tidak memiliki kualitas. Sebaliknya, akademi Persib justru mampu menghasilkan pemain-pemain bertalenta.

Diklat Persib

Di Persib, akademi pemain muda dikenal dengan nama Diklat Persib. Diklat Persib didirikan sejak tahun 2013, untuk program jangka panjang supaya bisa melahirkan calon pemain bintang di masa depan, baik untuk Persib maupun timnas Indonesia. Eks-pelatih Persiba Balikpapan, Jaino Matos, ditunjuk menjadi pelatih pertama Diklat Persib tahun 2013.

Angkatan pertama Diklat Persib tahun 2013, berhasil mencetak total 31 pemain, namun tidak banyak pemain angakatn pertama yang sukses dan masih terdengar hingga saat ini. Hanya delapan pemain yang masih berkompetisi di Liga 1 Indonesia, yaitu Sutanto Tan dan Ryuji Utomo (Persija Jakarta), Hanif Sjahbandi (Arema FC), Abdul Aziz (Borneo FC), sementara Febri Haryadi, Achmad Basith, Henhen Herdiana, dan Gian Zola mampu menembus skuat senior Persib Bandung. Bahkan, Ryuji, Hanif, dan Febri, menjadi bagian Timnas U-22 asuhan Luis Milla yang meraih medali perunggu di SEA Games Malaysia 2017 beberapa waktu lalu.

Selain mereka, masih banyak pemain bintang yang pernah mengenyam pendidikan sepak bola dari akademi Persib di awal tahun 2000-an yang sebelum berganti nama menjadi Diklat Persib, bernama Persib Junior, dan justru kini mereka menjadi pilar penting di klubnya masing-masing. Mereka adalah Andritany Ardhiyasa (Persija), Ferdinand Sinaga (PSM), Jajang Mulyana (Bhayangkara FC), Asep Berlian (Madura United), dan Eka Ramdani (Persela). Sementara Atep, Wildansyah, Jajang Sukmara, Dedi Kusnandar, dan Tantan, juga lebih dahulu sukses di klub lain, sebelum kembali ke Persib dan bertahan hingga musim ini.

Melihat alumnus Diklat Persib tersebut, ternyata di balik transfer bintang yang setiap musimnya dilakukan oleh manajemen Persib Bandung, terdapat bakat-bakat luar biasa yang “disingkirkan”, justru menuai sukses dan menjadi bintang di luar Persib. Hal ini mengingatkan saya pada Real Madrid. Mengapa Real Madrid ? Jika Anda berpikiran seperti saya setelah melihat hal-hal di atas, Anda pasti akan mengerti.

La Fabrica milik Real Madrid

Real Madrid merupakan salah satu klub terbesar dan terkaya di dunia. Sebagai klub dengan basis suporter yang luar biasa, jelas para suporter menuntut El Real selalu berprestasi sebaik-baiknya bahkan menjadi juara. Dengan adanya ekspektasi dan tuntutan tersebut, manajemen klub melakukan berbagai cara agar timnya bisa selalu meraih banyak trofi setiap musimnya.

Membeli pemain bintang yang sudah jadi pun menjadi pilihan yang diambil untuk meraih sukses secara instan. Pada saat Real Madrid sibuk mendatangkan banyak pemain berlabel bintang atau dikenal dengan generasi ‘Los Galaticos’ jilid 1 seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, Nazario Ronaldo, Fabio Cannavaro, dan David Beckham. Juga ‘Los Galaticos’ jilid 2 lewat nama Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka, Karim Benzema, hingga Gareth Bale. Di saat yang sama juga, mereka menyia-nyiakan bakat-bakat dari akademi La Fabrica yang sukses di klub lain, seperti Juan Mata, Alvaro Negredo, Esteban Cambiasso, hingga Marcos Alonso.

Juan Mata dan Alvaro Negredo sama-sama menemukan popularitas dan bentuk permainan terbaiknya saat berseragam Valencia CF. Lalu, karier Esteban Cambiasso juga bersinar di klub asal Italia, Internazionale Milan0, dan ikut membantu Inter memenangi treble winners musim 2009/2010 di masa kepelatihan Jose Mourinho. Marcos Alonso, kariernya semakin gemilang saat memutuskan hijrah ke klub Liga Inggris Chelsea, sejak musim 2016/2017 dan langsung memenangi gelar juara liga Inggris di musim tersebut. Ia hengkang dari Madrid tahun 2010 silam untuk mendapatkan waktu bermain lebih banyak.

Persamaan Persib dengan Real Madrid

Melihat bagaimana Real Madrid dan Persib memperlakukan pemain dari akademi, terdapat kesamaan antara keduanya. Kedua akademi itu sebenarnya mampu menghasilkan pemain-pemain hebat nan berkualitas, dan bukan sekadar klub kaya yang hobi mendatangkan pemain-pemain bintang saja. Namun, tuntutan prestasi memang menjadi kewajiban atau target yang harus dicapai setiap musimnya, sehingga risiko untuk mempromosikan pemain muda dan memberikan pemain-pemain yang minim pengalaman tersebut untuk bermain memang biasa dihindari oleh klub-klub penantang gelar.

Tapi Real Madrid dan Persib di tahun 2017 ini mulai berani mempromosikan pemain-pemain dari akademi mereka. Zidane menjadi faktor menjamurnya pemain akademi Madrid yang masuk ke tim utama. Sejak menjabat posisi pelatih, Januari 2016 silam, nama-nama seperti Jese Rodriguez, Borja Mayoral, hingga yang teranyar Achraf Hakimi, berhasil menembus skuat utama El Real.

Sementara Persib mempromosikan beberapa pemain muda (Henhen, Gian Zola, Puja Abdillah, Achmad Basith, dan Angga Febriyanto) untuk memenuhi regulasi wajib memainkan pemain U-23 di kompetisi Liga 1 Indonesia musim lalu.

Selain di Persib, beberapa nama pemain Diklat Persib juga bersinar di klub lain, misalnya Alfaath Fathier (Persiba), Sutanto Tan (Persija), dan Erwin Ramdhani (PS TNI), mereka sukses menjadi pemain inti di klubnya masing-masing. Ini menjadi bukti Persib kepada Bobotoh terutama pencinta sepak bola yang meragukan akademi Diklat Persib, bahwa mereka memiliki pemain berkualitas di akademinya.

Dengan banyaknya pemain bintang hasil didikan Diklat Persib yang menjamur di Indonesia saat ini, masih mau meragukan La Fabricanya Indonesia Bobotoh?

Author: Muhammad Fajar Rivaldi (@RivaldiFF99)