Dunia Afrika

Abel Xavier, di Antara Rambut Pirang, Doping dan Mualaf

Kita sudah tidak heran lagi dengan penampilan dan gaya pesepak bola masa kini. Tato, sepatu warna-warni, potongan rambut aneh atau rambut disemir, sudah menjadi pemandangan sehari-hari di lapangan hijau. Mungkin Paul Pogba atau Neymar adalah sedikit contoh dari sekian banyak pesepak bola eksentrik. Tapi, ingatkah Anda dengan mantan pemain Portugal, Abel Xavier?

Pria kelahiran 30 November 1972 itu sudah pensiun total sebagai pesepak bola pada 2008. Selepas gantung sepatu, Xavier terjun menjadi pelatih dan kini sedang melatih timnas negara di mana ia dilahirkan, Mozambique, sejak tahun 2016 lalu. Meski pernah bermain untuk Benfica, Liverpool atau AS Roma, bukan prestasi melainkan penampilan nyentrik, kontroversi, dan kisahnya di luar lapangan yang membuat nama Abel Xavier dikenang.

Pertama, soal potongan dan warna rambut. Sebenarnya, penampilan Xavier saat di Real Oviedo atau PSV Eindhoven biasa saja. Paling hanya rambut gondrong terurai yang umum bagi pebola saat itu. Tetapi begitu main di kompetisi elite seperti Liga Primer Inggris, Xavier mulai nampak eksentrik. Rambutnya perlahan mulai terlihat blonde atau pirang. Bahkan, kumis hingga janggutnya berwarna sama seperti rambut atasnya. Mulai saat itu, tampilan kepala rambut putih menjadi trademark Xavier. Perbedaan hanya segi potongan rambutnya, seperti dreadlock mohawk ketika di Hannover 96.

Setelah rambut pirang, kontroversi juga menjadi teman karier Xavier selama hidup sebagai pesepak bola. Dilansir dari Daily Mail, pada tahun 2005, dia dinyatakan bersalah atas penggunaan doping bernama methandienone, suatu substans atau obat-obatan yang bisa meningkatkan kinerja fisik. Dia berkelit dengan mengaku membeli obat diet dari Amerika Serikat dan tidak tahu kalau di dalamnya mengandung zat yang telah dilarang dalam aturan anti-doping.

Xavier menerima larangan bermain 18  bulan dari UEFA, yang kemudian dikurangi hanya selama 12 bulan setelah banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga atau the CAS dilakukan. Dengan larangan itu, ia melewatkan final Piala UEFA ketika timnya saata itu, Middlesbrough, bertemu Sevilla di akhir musim 2005/2006, di mana timnya tersebut kalah. Setelah  menganggur, dia kembali bermain untuk The Boro semusim dan kemudian mendapat kontrak dua tahun bersama LA Galaxy di Major League Soccer (MLS).

Di Negeri Paman Sam, Xavier tak juga lepas dari kontroversi. Setelah kontraknya berakhir pada 2008, dia melakukan sesi wawancara eksklusif bersama jurnalis olahraga Amerika Serikat, Kyle McCarthy. Isi dari wawancara tersebut adalah perihal konfliknya dengan Ruud Gullit, yang kala itu menangani LA Galaxy.

Menurut Xavier, Gullit tak mampu membuat hubungan yang baik dengan hampir seluruh pemain, kecuali David Beckham. Konflik antara Xavier dan Gullit juga semakin menebal kala itu. Xavier disangka oleh Gullit berpura-pura cedera agar tak bermain di bawah perintah legenda Milan dan Belanda itu.

Setelah kontrakanya habis di LA Galaxy, Xavier memutuskan berhenti total sebagai pesepak bola pada tahun 2008. Namun, berita mengejutkan tak kunjung hilang darinya meski sudah sudah pensiun. Tak jauh selepas dirinya memutuskan pensiun dan di usia 38 tahun, Xavier memutuskan untuk menjadi mualaf atau berpindah keyakinan menjadi orang Islam. Selain berpindah keyakinan, Xavier pun mengganti nama kesehariannya dari semula Abel menjadi Faisal.

“Meski merupakan perpisahan yang emosional, saya berharap bisa terlibat pada suatu yang sangat istimewa ketika memasuki tahap baru dalam hidup saya”, ucap Xavier.

“Pada saat-saat sulit, saya telah menemukan kenyamanan dalam Islam. Secara bertahap saya belajar dari agama yang menganut kedamaian, kesetaraan, kebebasan. dan harapan. Ini sangat penting”, kata Xavier dikutip  dari goal.com. Setelah itu, ia aktif dalam misi kemanusiaan bersama lembaga-lembaga PBB.

Sebenarnya Xavier menyesali diri telah berpisah dari kehidupan sepak bolanya, tetapi ajaran baru yan ia yakini membimbingnya untuk tetap berpikiran positif. Namun, yang namanya gairah mau diapakan lagi, Xavier tak bisa bisa berpisah lama-lama dunia bola.

Selang empat tahun sejak pensiun, dia kembali ke lapangan hijau. Pada 2013, dia mulai perjuangan karirnya sebagai pelatih. Berturut-turut ia melatih Olhanense, Farense, Aves, dan saat ini sedang memimpin timnas negeri tanah leluhurnya, Mozambique, sejak 2016. Soal kariernya sebagai pemain di timnas Portugal, mantan bek kanan ini tak terlalu buruk. Berkat konsistensinya di Everton, dia pemain inti di Piala Eropa 2000 ketika Portugal melaju ke semifinal. Selain itu, Xavier juga masuk tim Selecao untuk Piala Dunia 2002.

Itulah lika-liku sekelumit kisah dari seorang bernama Abel “Faisal” Xavier. Penampilannya yang eksentrik, kasus doping, berseteru dengan Gullit dan ceritanya menjadi mualaf, akan selalu menjadi kenangan tersendiri bagi sepak bola.

Selamat ulang tahun, Abel!

Author: Haris Chaebar (@chaebar_haris)