Dunia Afrika

Menari Bahagia seperti Asamoah Gyan

Yang selalu teringat ketika keluar nama Asamoah Gyan bukan soal bagaimana keahliannya menyarangkan bola ke gawang lawan, melainkan soal tarian yang ia sering lakukan sebagai bagian dari selebrasi selepas mencetak gol. Selain itu, Gyan juga dikenal karena mengenakan nomor punggung yang tidak biasanya dikenakan oleh para penyerang, yaitu nomor punggung tiga.

Sementara tarian yang sering ia lakukan, sebenarnya hanyalah tarian sederhana yang bisa banyak dijumpai di Afrika sana. Soal nomor punggung tiga yang kemudian menjadi begitu identik dengan Gyan ternyata memiliki filosofi menarik.

Angka tiga menurut Gyan merupakan semacam momentum untuk melakukan sesuatu. Salah satu yang biasanya ia selalu ambil contoh ketika ditanya mengapa mengenakan nomor punggung tiga adalah seperti ketika mengangkat sesuatu yang berat. Angka tiga yang disebut setelah angka satu dan dua, merupakan penanda bahwa seseorang akan melakukan aksi atau mengangkat beban mereka. Terkadang, apabila tidak mengenakan nomor punggung tiga, Gyan akan mengenakan nomor punggung 33.

Nama Gyan melejit ketika ia membela Udinese pada medio 2003 hingga 2008. Ia kemudian semakin tersohor setelah bermain untuk timnas Ghana di Piala Dunia 2006. Setelah turnamen akbar yang diadakan di Jerman tersebut, karier Gyan terus melejit. Dari Udinese ia kemudian hijrah ke Sunderland di mana ia semakin dikenal. Menyumbang satu gol dalam kemenangan Sunderland atas Chelsea di Stamford Brigde, menjadi salah satu memori indah Gyan di Inggris. Setelahnya, ia lebih banyak menghabiskan kariernya di benua Asia.

Yang spesial dari Gyan bukan karena Gyan bermain untuk timnas Ghana di tujuh Piala Afrika dan tiga Piala Dunia, melainkan karena di Ghana sana ia terkenal sebagai semacam malaikat kematian bagi orang-orang terdekatnya. Nyatanya, Gyan merupakan versi ekstrem terhadap fenomena yang terjadi kepada seorang Aaron Ramsey.

Baca juga: Kapten Timnas Ghana Luncurkan Bisnis Maskapai Penerbangan

Menjadi sesuatu yang tidak biasa karena ada pepatah yang  menyebut, kejadian terjadi sekali merupakan kebetulan, yang kedua kali masih merupakan kebetulan, sementara apabila terjadi ketiga kali dan seterusnya, tentu ini merupakan pattern atau suatu bentuk yang mesti sangat diperhatikan.

Salah satu yang paling awal terjadi adalah selepas Piala Dunia 2006 di mana Ghana tampil cukup baik di debut Piala Dunia mereka, meskipun mesti berada satu grup dengan tim kuat, Brasil. Gyan kemudian membuat pesta atas pencapaian yang mereka lakukan di Piala Dunia. Beberapa saat sebelum pesta usai, tiba-tiba beredar kabar bahwa adik dari Isaac Vorsah, bek tengah Ghana, tewas karena keracunan makanan.

Setelah Piala Afrika 2012, Gyan pergi melepas penat bersama beberapa kawannya. Dalam kondisi mabuk, ia kemudian menumbangkan seseorang hingga terkapar. Beberapa hari kemudian, orang yang dihantam Gyan tersebut meninggal dunia.  Yang terbaru adalah kejadian selepas Piala Dunia di Brasil tahun 2014 lalu. Gyan berlibur bersama musisi hip-hop Ghana, Castro, yang anehnya kemudian menghilang bersama kekasihnya lalu ditemukan tewas baru-baru ini.

Agak merinding bukan membacanya?

Tetapi yang mesti diingat dari seorang Asamoah Gyan bukanlah hal tersebut, melainkan bagaimana kemampuan hebatnya mencetak gol, serta selebrasi menari yang ia lakukan setelah melakukannya. Rasanya dalam tarian tersebut mengandung kebahagiaan yang sangat besar. Yang paling terbaik tentu selebrasi yang ia lakukan setelah membobol gawang Amerika Serikat di menit akhir dalam sebuah pertandingan di Piala Dunia 2010.

Gyan kini sudah berusia 31 tahun dan terus bertualang ke berbagai negara. Tempat pelabuhannya saat ini adalah Turki. Ia kini bermain untuk Kayserispor. Apakah suatu hari nanti ia akan bermain di kompetisi sepak bola Indonesia? Yang pasti hari ini merupakan hari ulang tahun dari penyerang Ghana kelahiran 22 November 1985 ini. Mari kita rayakan dengan tari dan tawa, sama seperti dengan apa yang Gyan lakukan setiap berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan.

Selamat ulang tahun, Asamoah Gyan!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia