Eropa Inggris

Callum Wilson dan Perjuangannya Melawan Dua Cedera Parah

Sebuah cerita luar biasa dihadirkan penyerang AFC Bournemouth, Callum Wilson. Pemain berusia 25 tahun ini akhir pekan lalu mencetak hattrick ke gawang salah satu tim calon kuda hitam Liga Primer Inggris musim ini, Huddersfield Town. Yang membuatnya luar biasa, torehan ini dibuatnya sekembali dari cedera panjang yang sempat membuatnya absen sembilan bulan.

Wilson membuktikan bahwa cedera parah bukanlah hambatan baginya untuk terus bermain di level tertinggi sepak bola Inggris. Cedera kerusakan ligamen lutut kiri yang dialaminya Februari 2017 lalu, merupakan yang kedua kali baginya dalam dua tahun. Sebelumnya, Wilson pernah mendapatkan cedera lutut kanannya pada September 2015 yang membuatnya absen selama tujuh bulan.

Bagi seorang pemain muda, hal ini tidak mudah untuk dihadapi. Seorang Roberto Baggio saja nyaris memutuskan untuk pensiun ketika ia mengalami cedera parah di usia muda. Ada juga kekhawatiran bahwa cedera parah akan meninggalkan trauma bagi yang mengalaminya, setidaknya akan terjadiperubahan gaya bermain yang kemudian berpengaruh pada prestasi.

Namun bagi Wilson, cedera tersebut bukanlah halangan, terutama jika kitamelihat kebangkitannya dari dua cedera parah itu.

 

Didikan Coventry City

Berbicara asal usul, Wilson merupakan jebolan dari akademi Coventry City, klub kota kelahirannya. Coventry memang dikenal sempat diperkuat penyerang-penyerang top Inggris, dimulai dari era George Hudson hingga kemudian Terry Bly dan duet Dion Dublin-Darren Huckerby, meski mereka bukanlah produk asli akademi klub. Namun memang, selepas era Dublin-Huckerby, kesebelasan ini belum lagi menemukan penerus yang sepadan dengan mereka di posisi tukang gedor gawang lawan.

Harapan besar tersemat pada seorang anak muda bertubuh 180 sentimeter, tidaklah terlalu besar untuk mengintimidasi bek-bek lawan, dan kebetulan memang cara bermain anak ini berbeda. Cara bermain Callum Wilson tidak seperti Dublin, seorang target man dengan tenaga yang besar dan finishing touch yang baik, yang mana gol-gol sundulan dan tendangan keras dari dalam kotak penalti mendominasi.

Ia lebih mirip Huckerby, second striker, rekan dari Dubiln yang lincah dan mengandalkan kecepatan. Namun melihat permainan di lapangan, kedua pemain ini berbeda. Jika Huckerby bermain pada era 1990-an di mana hampir setiap pelatih memasangkan pemain cepat bertubuh kecil dengan penyerang big man, Wilson berada pada era yang tuntutan taktikalnya jelas berbeda.

Talenta Wilson sudah terlihat sejak musim 2013/2014 saat ia masih berusia 21 tahun. Berkompetisi di League One usai tersungkurnya klub berjuluk Sky Blues itu dari Championship Division semusim sebelumnya, Wilson berhasil mencetak 21 gol dari 37 pertandingan. Ia menorehkan catatan impresif itu dengan diselingi cedera dislokasi bahu yang sempat mengharuskannya beristirahat dua bulan. Tidak salah jika dikatakan bahwa kehebatan Wilson memang dimulai dari klub ini.

 

Dua cedera parah dalam waktu singkat

Namun demikian, Wilson memilih untuk berpisah dari klub kota kelahirannya ini. Musim 2014/2015, ia memilih untuk bergabung dengan Bournemouth dengan biaya yang dilaporkan sekitar tiga juta paun. Di klub bercorak merah-hitam yang berada di pantai selatan Inggris yang diapit Southampton dan Portsmouth ini, Wilson mencoba peruntungan baru.

Petualangan ini dijalani dengan sempurna pada awalnya. Bournemouth yang kala itu berkompetisi di Divisi Championship, atau setingkat lebih rendah daripada Liga Primer, mendapatkan tiket promosi pertama mereka sepanjang sejarah. Hal ini sebetulnya tak pernah terbayangkan oleh penduduk kota kecil yang sepi ini, yang terbiasa menjadi penonton bagi para raksasa. Yang lebih menggembirakan, 20 gol berhasil dilesakkan Wilson pada musim itu.

Ibarat perjalanan yang tidak selalu mulus, karier Wilson mendapati cobaan berat karena cedera lutut kanan yang parah, seperti yang diceritakan di awal tulisan ini. Padahal, tahun tersebut merupakan debutnya di Liga Primer Inggris dan namanya sempat diperbincangkan untuk memperkuat tim nasional senior Inggris kala berhasil mencetak lima gol dalam tujuh pertandingan, termasuk hattrick ke gawang West Ham United pada Agustus 2015. Cedera parah tersebut kemudian membuatnya hanya tampil 13 kali sepanjang musim.

Musim 2016/2017, Wilson kembali bangkit dan mencetak enam gol dalam 20 penampilannya. Namun giliran ligamen lutut kirinya yang mengalami masalah, hingga memaksanya beristirahat sampai awal musim 2017/2018.

Cedera kedua yang dialaminya pada Februari 2017 ini hampir membuatnya menyerah. “Satu kali cedera seperti itu sangatlah buruk, namun ketika mengalaminya untuk kedua kali, betul-betul seperti bencana. Kadang Anda akan meragukan diri sendiri, mampukah kembai ke level sebelum cedera,” ujar Wilson seperti dikutip dari Mirror. Bournemouth pun mengirimnya ke Philadelphia, Amerika Serikat, untuk menemui seorang ahli penanganan cedera atlet bernama Bill Knowles.

Namun kembali diakuinya, keberadaan dua anaknya memotivasinya untuk tetap bermain, selain dari proses penyembuhan yang dilakukannya di Amerika Serikat. Dan benar saja, di pertandingan ketiga setelah kembalinya ia merumput pada bulan November ini, ia mencetak hattrick.

Torehan gol-gol Wilson tidak hanya menolong dirinya sebagai pemain, tetapi juga membantu klub yang menjalani awal musim yang kurang mulus. Kemenangan atas Huddersfield ini, yang didahului kemenangan atas Newcastle United disambut dengan gembira oleh Eddie Howe, sang pelatih.

“Kemenangan beruntun ini adalah bantuan yang amat kami butuhkan. Kami harap, ini adalah pertanda perubahan ke arah yang lebih baik,” ujar Howe seperti disarikan dari Telegraph. Harapan ini terbuka lebar bagi Bournemouth dan Howe, karena ia memiliki penyerang berbakat sekaligus berkarakter kuat seperti Wilson. “Selama masa penyembuhan cedera, ia selalu positif dan memelihara antusiasme. Ia bekerja sangat keras untuk kembali ke bentuk permainan terbaik. Kualitasnya begitu terlihat dari kemampuan penyelesaian akhirnya pada pertandingan ini,” lanjut sang pelatih.

Jika terpilih memperkuat The Three Lions di Piala Dunia 2018 mendatang terlalu muluk-muluk baginya, setidaknya semoga ia menjalani musim ini dengan bebas dari cedera.

Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)