Dalam berolahraga, cedera merupakan salah satu momok yang paling ditakuti oleh pelakunya, termasuk para pesepak bola. Karena cedera pasti akan mengganggu atau bahkan mematikan karier mereka. Di dunia olahraga sendiri, terdapat dua jenis cedera yang kerap muncul, yakni cedera langsung (traumatic injury) dan juga cedera tidak langsung (overuse injury).
Penyebab traumatic injury dapat dilihat dengan jelas apa penyebabnya, misalnya saja salah gerak, berbenturan (khususnya dalam olahraga kolektif) dan lain-lain. Kondisi itu pada akhirnya memicu robek atau putusnya jaringan-jaringan tertentu di dalam tubuh semisal otot, ligamen, tendon atau bahkan tulang.
Keadaan ini jelas membutuhkan penanganan medis khusus alias tidak bisa sembarangan. Karena berperilaku sembarangan justru akan membuat cedera tersebut membutuhkan waktu lama untuk disembuhkan. Pada titik ini, kebutuhan untuk berkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis jelas amat diperlukan.
Sementara overuse injury merupakan cedera yang diakibatkan tekanan berlebih di salah satu bagian tubuh yang terjadi berulang-ulang. Beban latihan yang begitu berat, misalnya pada kaki bagi para pesepak bola, serta waktu istirahat yang kurang akan membuat cedera ini dengan mudah menyerang. Salah satu tim yang rutin terkena masalah ini adalah Arsenal.
Penanganan dan perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat serta persiapan dalam pertandingan semisal warming up, stretching ataupun cooling down seusai bertanding yang kurang efektif dan maksimal, juga bisa memicu overuse injury.
Tatkala cedera, secara alamiah tubuh akan merespons dengan sejumlah tanda peradangan, misalnya kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan penurunan fungsi. Respons alamiah ini sendiri bertujuan untuk memulihkan jaringan yang mengalami gangguan.
Pembuluh darah pada bagian tubuh yang mengalami cedera biasanya akan mengalami pelebaran dengan tujuan mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen agar mempercepat proses pemulihan. Hal ini pula yang membuat bagian tubuh itu membengkak.
Dengan tingginya nutrisi dan oksigen yang dikirimkan, metabolisme tubuh pun secara otomatis ikut meningkat. Proses metabolisme tubuh ini yang menyisakan panas. Dan sisa metabolisme serta zat-zat kimia lain yang ada pada tubuh (baik yang dihasilkan tubuh maupun didapat lewat konsumsi makanan, minuman dan sebagainya) inilah yang kemudian merangsang saraf-saraf nyeri di bagian tubuh yang mengalami cedera sehingga membuat bagian tubuh itu mengalami penurunan fungsi.
Situasi ini sendiri yang kemudian membuat pelaku olahraga kerap bingung tentang cara menangani cedera yang tepat. Salah satu metode yang sering digunakan dalam proses pemulihan cedera tentu saja PRICER, seperti yang saya bahas di artikel sebelumnya. Meski begitu, ada istilah No HARM yang populer digaungkan sebagai salah satu perlakuan yang wajib dihindari dalam penanganan cedera. Lalu, apa itu HARM? Berikut definisi singkatnya.
Heat – atau panas adalah salah satu hal yang wajib dihindari ketika mengalami cedera. Contoh panas yang dimaksud adalah penggunaan balsem, minyak gosok, jahe, sauna dan shower panas. Menggunakan panas justru akan berakibat fatal karena meningkatkan pembengkakan di bagian yang mengalami cedera lantaran membuat pembuluh darah di sekitar organ tersebut semakin melebar sehingga proses penyembuhan bisa berlangsung lebih lama.
Alcohol – tak peduli siapapun anda, namun jangan coba sekali-kali menenggak minuman keras kala dihantam cedera. Karena minuman beralkohol malah akan memengaruhi proses pemulihan. Alkohol akan membuat bagian tubuh yang cedera sembuh lebih lama.
Running – walau punya kemampuan lebih, jangan pernah nekat mencoba berlatih atau berolahraga pada saat cedera. Idealnya, dibutuhkan istirahat total selama 48 sampai 72 jam agar pembengkakan berkurang dan penderita bisa mengevaluasi apa yang dialaminya, termasuk berkonsultasi dengan dokter. Istirahat yang cukup menjadi kunci penting dalam situasi ini dan sinyal positif dari dokter menjadi hal esensial sebelum penderita cedera dapat berlatih atau berolahraga kembali.
Massage – pijat sering menjadi pilihan kita, pelaku olahraga amatir, sebagai langkah pengobatan sekaligus pemulihan cedera terbaik. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, pijat merupakan hal yang paling dilarang untuk dilakukan terhadap atlet, utamanya setelah berolahraga. Pasalnya, metode pijat justru akan membuat aliran darah meningkat sehingga menimbulkan bengkak dan berpotensi menyebabkan cedera yang lain.
Gemar berolahraga memang baik, karena dengan begitu, kita dapat menempa tubuh agar senantiasa sehat. Namun perlu diingat, berolahraga secara berlebihan juga kurang apik sebab bisa menghadirkan cedera. Dan perlakuan terhadap cedera yang telah saya paparkan di artikel ini dapat dijadikan salah satu rujukan penting supaya cedera, andai kita alami, mendapat penanganan yang tepat dan aman.
Baca juga: Cedera Tumit dan Penanganannya
*Artikel ini disarikan dari berbagai sumber yang terpercaya
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional