Kolom

Romelu Lukaku: Berawal dari Saling Tunggu

Plot twist terjadi ketika Romelu Lukaku, yang sebelumnya tengah didekati Chelsea secara intensif, justru memalingkan muka ke Old Trafford, istana megah Manchester United.

Beberapa hari sebelum berita keberhasilan United mendapatkan Lukaku, Antonio Conte disebut tengah meradang dengan manajemen yang terlihat kurang aktif di bursa transfer. Manajer asal Italia tersebut ingin masalah penjualan Diego Costa disegerakan. Tujuannya, supaya Chelsea bisa segera fokus mencari pengganti dan memperkuat lini lainnya.

Maklum, meski sudah mendapatkan Antonio Rudiger, pendekatan Chelsea kepada Tiemoue Bakayoko dan Alex Sandro berjalan terlalu lama. Jika kehilangan terlalu banyak waktu untuk mengurusi dua transfer tersebut, dikhawatirkan, Conte tak akan sempat melakukan pendekatan kepada calon pengganti Diego Costa.

Masalah penjualan Costa sendiri sungguh pelik. Chelsea siap melepas si pemain ke klub mana saja asal bersedia melunasi banderol si pemain. Sebuah klub dari Cina disebut berniat mendatangkan penyerang galak berpaspor Spanyol tersebut. Namun, Costa sedikit “mempersulit” keadaan dengan mengungkapkan bahwa ia hanya ingin hengkang ke Atletico Madrid.

Peliknya, Atletico sendiri tak bisa melakukan pembelian karena tengah menjalani masa larangan membeli pemain. Tarik-ulur antara Costa dan Chelsea berjalan alot sebelum akhirnya situasi mengerucut kepada satu keputusan. Costa akan bergabung bersama Atletico, dengan menanggung risiko tak bisa bermain selama enam bulan, sebelum larangan transfer tersebut dicabut Januari 2018 nanti.

Ketika benang kusut transfer Costa sudah menemui jalan terang, The Blues berani secara terbuka menyatakan akan memulangkan Lukaku ke Stamford Bridge. Negosiasi sudah berjalan dan nilai transfer antara 60 hingga 70 juta paun menjadi pokok pembicaraan. Lukaku sendiri menyambut baik peluang bermain di klub lamanya lantaran terbukanya kesempatan bermain di Liga Champions.

Namun, proses mendatangkan Lukaku sendiri pun membutuhkan waktu. Setidaknya ada dua alasan:

Pertama, Everton ingin mencari pengganti penyerang yang bisa bermain sebagai target man. Saat ini, Everton sudah mendapatkan Sandro Ramirez dari Malaga. Pemain muda asal Spanyol tersebut memang seorang pemain depan. Namun, lulusan akademi Barcelona tersebut bukan seorang target man yang bisa mendominasi kotak penalti.

Baca juga: Mengintip Gerak-Gerik Everton di Bursa Transfer

Bagaimana dengan Davy Klaassen? Klaassen lebih seperti gelandang serang, meski ia bisa didorong bermain lebih ke depan menjadi pemain depan. Namun sekali lagi, ia bukan sosok target man seperti Lukaku.

Oleh sebab itu, menjadi masuk akal ketika Everton masuk dalam pemberitaan media di Inggris sebagai salah satu klub yang berminat kepada Olivier Giroud. Potensi kedatangan Alexandre Lacazette membuat masa depan Giroud menjadi buram. Tanpa ada Lacazette saja, bomber jangkung asal Prancis tersebut sudah kehilangan banyak menit bermain musim lalu.

Saga Giroud ini semakin menarik ketika West Ham sudah menyebut nilai transfer di 20 juta paun. Dari Prancis, Marseille bahkan berani menyediakan 28 juta paun untuk memulangkan Giroud.

Situasi menjadi pelik bagi Everton apabila Giroud memilih balik kucing ke Prancis. Artinya, mereka akan kehilangan satu buruan potensial untuk menggantikan Lukaku. Artinya juga, Chelsea harus menahan diri lebih lama lagi untuk mengajukan proposal transfer menggaet calon pengganti Diego Costa tersebut.

Di tengah aksi saling menunggu tersebut, United datang dengan penawaran yang konkret, yaitu uang dengan nilai mencapai 75 juta paun. Selain itu, United dan Everton juga tengah berada dalam proses negosiasi potensi transfer Wayne Rooney. Everton punya keinginan memulangkan Rooney ke Goodison Park, sedangkan United tak lagi membutuhkan jasa penyerang asal Inggris tersebut.

Jika Everton mempermudah usaha United mendapatkan Lukaku, maka secara “sopan santun”, mereka bisa lebih mudah mendapatkan Rooney. Salah satu potensi ganjalan kepindahan Rooney ke Everton adalah masalah gaji. Jika United “berhutang budi” kepada Everton, bisa saja, mereka siap menanggung sebagian gaji Rooney.

Jadi, dilihat dari sisi ekonomi, Everton mendapat nilai lebih dari menjual Lukaku ke United, ketimbang memulangkannya ke Chelsea. Berawal dari saling menunggu, Chelsea akan kehilangan salah satu target penting mereka.

United sendiri sebenarnya juga tengah dalam “masa menunggu” kejelasan keikhlasan Real Madrid melepas Alvaro Morata. Juru gedor asal Spanyol tersebut sudah sejak dua bulan yang lalu disebut “segera” bergabung dengan United. Memang, nilai transfer sudah disepakati, pun dengan rincian kontrak si pemain. Namun, Madrid tak kunjung memberi lampu hijau.

Usaha United menikung Chelsea mendapatkan tanda tangan Lukaku menjelaskan dua indikasi. Pertama, United tak ingin dipermainkan Madrid perihal Morata. Mereka punya uang dan ingin segera mendapatkan kejelasan. Langkah ini merupakan langkah terbaik yang memang harus diambil klub mana saja, yaitu ketika Anda punya uang, jangan mau dibuat menunggu. Pertimbangkan juga faktor persiapan menjelang musim baru.

Indikasi kedua adalah, Jose Mourinho lebih membutuhkan target man untuk menggantikan Zlatan Ibrahimovic. Lukaku akan menegaskan sisi Mourinho yang pragmatis. Mou tak butuh permainan indah. Ia butuh kemenangan dan siap melakukan cara termudah untuk mendapatkannya. Lukaku akan bisa digunakan United untuk bermain seperti saat mereka mengalahkan Ajax di final Liga Europa.

Pada akhirnya, semua kembali ke Chelsea sendiri. Apakah mereka mau terus dibuat menunggu oleh Atletico? Oleh Costa yang membandel? Atau menyatakan dengan tegas bahwa segera jual Costa ke Cina dan alihkan buruan ke Morata.

Di atas kertas, Morata tak kalah dengan level Lukaku. Bahkan mungkin akan lebih sesuai dengan cara bermain Eden Hazard dan Pedro Rodriguez. Yang pasti, Chelsea punya banyak alternatif, namun harus disegerakan. Jangan mau menunggu lagi. Jemput bola, bung!

Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen