Turun Minum Serba-Serbi

Safe Standing: Mari (Kembali) Berdiri di Stadion

Lou Brookes kehilangan saudaranya, Andrew, dalam tragedi Hillsborough. Itu petaka yang menyeramkan: sembilan puluh enam pendukung Liverpool, yang pada hari itu seharusnya melawan Nottingham Forest pada putaran semifinal Piala FA 1988/1989, tewas akibat tribun berdiri yang penuh sesak oleh manusia dipadu dengan kesalahan fatal yang diambil oleh polisi yang bertugas.

Lebih dari tujuh ratus orang lainnya terluka dalam tragedi paling mematikan sepanjang sejarah sepak bola Britania Raya ini. Tragedi itulah yang mendasari Laporan Taylor, yang melarang adanya tribun berdiri di stadion-stadion dua divisi tertinggi Liga Inggris. Sampai hari ini, tak ada stadion di Liga Primer Inggris maupun divisi Championship yang mengizinkan penonton untuk berdiri sambil menonton.

Namun, tak sampai tiga dekade selepas Hillsborough, tribun berdiri kini kembali digulirkan di kancah sepak bola Inggris. Adalah Football Supporters Federation (FSF), sebuah organisasi suporter sepak bola di Inggris dan Wales, yang menggulirkan kembali hal ini.

Tujuan utama FSF adalah untuk memperkuat suara suporter sepak bola yang semakin terpinggirkan oleh kuasa korporat di lapangan hijau. Salah satu cara mereka mendapatkan perhatian publik sejak beberapa tahun yang lalu adalah mengembalikan kembali tribun berdiri dalam bentuk safe standing.

Jika Anda memerhatikan kebanyakan tribun berdiri di stadion di Indonesia, maka Anda hanya akan menemukan teras beton tanpa kursi maupun penghalang. Itu adalah bentuk tribun berdiri yang paling kuno: bentuk yang sama yang dipakai di The Kop lama di Anfield, di Hillsborough dan banyak stadion klasik Eropa lainnya.

Safe standing berbeda. Setiap tingkat teras tribun memiliki penghadang keamanan dan tiap penonton memiliki zona masing-masing alih-alih bertumpuk di satu deret. Penghadang tersebut memiliki mekanisme pengunci untuk memasang kursi bila diperlukan, misalnya untuk pertandingan level internasional yang tak memperbolehkan penonton berdiri. Bentuk ini disebut rail seat.

Setiap stadion Bundesliga memiliki bagian safe standing; tribun kuning Borussia Dortmund di Westfalenstadion adalah contoh terbaik. Di Amerika Serikat, San Jose Earthquakes telah memiliki bagian safe standing sejak 2014, dan akan disusul oleh Orlando City, Los Angeles FC dan Minnesota United dalam waktu dekat.

Safe standing juga sebenarnya telah tiba di Britania Raya. Pada akhir tahun lalu, raksasa Skotlandia, Celtic FC, membongkar satu bagian Celtic Park untuk membangun bagian safe standing berkapasitas enam ribu orang. Setidaknya 21 klub anggota Football League memilikinya, hanya karena mereka tak diwajibkan untuk mematuhi Football Spectators Act (Undang Undang Penonton Sepak Bola), salah satu buah hasil rekomendasi Laporan Taylor.

Argumen yang mendukung kembalinya tribun berdiri antara lain adalah untuk mengembalikan intensitas dan minat penonton yang dianggap telah lama hilang dari sepak bola Inggris. Tren menunjukkan bahwa jumlah penonton setia di stadion-stadion di Inggris semakin menurun sejak diperkenalkannya konsep all-seater.

Sir Alex Ferguson pernah menyebut atmosfer Old Trafford “sepi seperti di pemakaman” karena imbas hal ini. Survei FSF pada tahun 2012 menunjukkan bahwa 91,1 persen suporter di Inggris ingin dapat memilih untuk berdiri atau duduk saat menonton di stadion dan 54 persen mengatakan akan lebih memilih berdiri. Safe standing akan mengembalikan keriuhan pekik dukungan suporter bagi tim yang berlaga.

Tiket untuk tribun berdiri juga akan lebih murah. Lagi-lagi, harga tiket yang terlalu mahal menjadi alasan para penonton untuk enggan datang ke stadion. Rataan harga tiket di Liga Primer Inggris musim lalu adalah 54 paun, sementara tiket berdiri di sebuah pertandingan Bundesliga dapat didapat dengan harga serendah 15 paun saja.

Pihak Premier League sendiri telah memulai proses konsultasi dengan pemerintah Inggris soal kemungkinan diterapkannya safe standing, dipelopori oleh ketua eksekutif, Richard Scudamore. Tak kurang dari figur seperti pemilik West Ham United, David Gold dan bos Arsenal, Arsene Wenger, sudah dikabarkan sepakat dengan ide ini. Sekelompok suporter Chelsea bahkan telah meminta agar Stamford Bridge yang tengah direnovasi, agar dilengkapi dengan tribun berdiri.

Namun, tak seperti di Jerman atau Amerika Serikat, akan selalu ada alasan emosional yang membayangi proses kembalinya tribun berdiri di Inggris. Duka lama Hillsborough tak akan mudah terobati. Liverpool akan menjadi pemain yang penting dilibatkan sekiranya upaya Scudamore ingin berhasil diterapkan.

Hillsborough Family Support Group, organisasi yang mewakili kerabat para korban tragedi itu, menentang keras segala upaya untuk membalikkan rekomendasi Laporan Taylor. Everton, tim sesama Merseyside, diperkirakan akan berdiri bersama mereka seandainya Liverpool memutuskan untuk menentang safe standing.

Jalan masih panjang untuk bisa menyaksikan Liga Primer Inggris kembali diwarnai oleh sorak-sorai penonton berdiri di The Kop atau Stretford End. Tapi, dengan percakapan para pemegang kepentingan mulai mengarah ke sana, jalan kembali tribun berdiri tampaknya semakin dekat.

Itu sendiri diakui oleh mereka yang telah merasakannya sendiri: para kerabat Hillsborough. “Saya tahu dia benci (bila harus) duduk,” ujar Brookes tentang Andrew, yang berusia 26 tahun saat wafat. “Menonton sambil berdiri tak membunuhnya, tapi faktor lain, bisa jadi.”

Author: Ramzy Muliawan (@ramzymuliawan)
Penulis dan pembaca. Penikmat kopi hitam, punk rock dan Luca Toni.