Setelah berbagai kabar simpang siur beredar, akhirnya PSSI mengambil keputusan tidak memperpanjang kontrak Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-19. Hal ini diutarakan Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, pada Selasa (21/11) di kantor PSSI.
Sebelumnya, isu bahwa organisasi tertinggi sepak bola negeri ini akan melepas pelatih asal Sumatera Barat memang sudah berembus kencang. Ini terjadi saat rapat Komite Eksekutif pada 9 November 2017 lalu.
Keputusan PSSI ini tidak lepas dari hasil yang kurang memuaskan di kualifikasi AFC U-19 di Korea Selatan. Memang, kualifikasi ini tidak berpengaruh apa-apa karena Indonesia sudah pasti lolos sebagai tuan rumah. Tetapi, kekalahan atas Korea Selatan dan Malaysia, membuat nasib mantan pelatih Bali United ini di ujung tanduk.
Sebelumnya, Timnas U-19 menjadi juara tiga di AFF U-19 di Myanmar. Hal ini tidak sesuai dengan target PSSI, karena targetnya adalah juara. Sekalipun begitu, penampilan Egy Maulana Vikri dan kolega patut diacungi jempol karena menampilkan permainan atraktif dan menjadi tim terproduktif selama turnamen (28 gol). Egy bahkan menjadi pencetak gol terbanyak dengan torehan delapan gol.
Tetapi coach Indra tidak semata-mata berhenti dari dunia sepak bola. PSSI memberinya tugas baru. Apa itu? Mencari bakat-bakat muda untuk dipersiapkan ke Olimpiade 2024 dan Piala Dunia 2034.
Saat dihubungi Football Tribe Indonesia, coach Indra tidak terlalu banyak berkomentar dan hanya mengatakan semua akan dijelaskan lebih rinci di bulan Januari.
Menanggapi isu keretakan di tim kepelatihan Timnas U-19, Indra hanya menanggapi dengan kalem, ”Belum apa-apa kok sudah retak. Tidak benar itu.”
Pembinaan usia muda: pekerjaan tanpa akhir yang kerap terlupakan
Setelah PSSI memutuskan melepas jabatan Indra Sjafri, pencinta sepak bola nasional pun heboh. Bahkan akun Instagram Ratu Tisha ramai diserbu para warganet. Media daring pun ramai dengan komentar-komentar yang menyayangkan bahwa PSSI secepat itu mengganti pelatih yang sudah menanamkan fondasi bermain yang efektif.
Kabar terakhir menyebutkan bahwa asisten pelatih timnas senior, Bima Sakti, akan menangani Timnas U-19 dan didampingi oleh legenda timnas dan Arema FC, Cristian Gonzalez. Tetapi coach Bima hanya sementara sampai nantinya akan ada pelatih baru yang ditunjuk oleh PSSI.
Baca juga: Rumor Pemecatan Indra Sjafri dan Sesat Pikir PSSI tentang Sepak Bola Usia Muda
Pengamat sepak bola, Anton Sanjoyo, mengemukakan pendapatnya terkait hal ini. “Saya tidak tahu masalah yang sebenarnya terjadi. Tetapi keputusan PSSI (mengganti Indra) menurut saya adalah hal yang gegabah. Indikator keberhasilan timnas usia dini tak semata-mata diukur oleh hasil saja, ada banyak aspek,” ujarnya saat dihubungi Football Tribe Indonesia di kantornya.
Pria yang kerap disapa Bung Joy juga mengatakan bahwa coach Indra sendiri juga punya keterbatasan mengumpulkan sumber-sumber pemain yang ada. Ini karena belum meratanya kompetisi usia dini di seluruh Indonesia.
“Sekarang standar AFC mengenai pembinaan usia dini kan tertera jelas. Harus berapa kali tanding. Jika PSSI mau memusatkan pembinaan di enam wilayah Indonesia saja, dan kompetisi dari U-12 hingga U-18 berjalan rutin, maka kita tidak akan kesulitan mencari pemain-pemain muda.”
Indonesia, negeri yang luas ini mempunyai banyak bakat sepak bola. Tetapi tidak semua daerah punya fasilitas yang memadai serta jaringan yang bisa memastikan bahwa para pemain potensial tersebut bisa berlanjut kariernya.
“Di DKI Jakarta saja, yang berjalan baru kompetisi U-13, U-14, dan U-16 seingat saya. Dan para SSB itu juga tidak punya koneksi ke klub-klub sepak bola profesional,” ujar pengamat yang kerap menjadi komentator sepak bola di televisi.
Banyak pemain muda berbakat yang kariernya tenggelam setelah masuk level senior. Tentunya, ada proses pembinaan yang terputus di sini. Dan sering sekali kita dengar alasannya adalah karena stamina yang kurang mumpuni. Padahal, menempa stamina dan kemampuan bukan hal instan.
Lalu, apa prioritas utama selepas Indra Sjafri tidak menjadi pelatih Timnas U-19? Bung Joy yang aktif mengurus Liga Kompas Gramedia (LKG) ini mengemukakan lebih baik PSSI memastikan semua klub wajib punya unit pembinaan usia dini.
Memang bukan perkara mudah, tetapi bukankah pemain-pemain top dunia juga berawal dari pembinaan di klub? Bukan masalah harus merekrut pelatih selevel Zinedine Zidane atau Jose Mourinho, tetapi semua akan sia-sia jika pembinaannya mandek. Semoga saja PSSI bisa mewujudkan pembinaan usia dini yang lebih merata di seluruh Indonesia dan semua klub bisa fokus mengembangkan bakat-bakat mudanya.
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee251)