Kegagalan Italia melaju ke Piala Dunia 2018 akhirnya berimbas pada jajaran orang-orang di balik layar. Setelah Gian Piero Ventura dipecat, kali ini giliran presiden federasi sepak bola Italia (FIGC), Carlo Tavecchio, yang meletakkan jabatannya.
Namun, Tavecchio tidak mengundurkan diri dengan lapang dada karena ia berdalih keputusannya ini dilandasi oleh tekanan dari berbagai pihak, dan turut dipengaruhi oleh kesalahan Ventura meracik taktik.
Selain itu, dalam pidato pengunduran dirinya, pria berusia 74 tahun ini justru mengumbar semua hal positif yang dilakukannya selama menjabat presiden FIGC, seakan tak terima kalau ia juga disalahkan akibat tidak lolosnya Italia ke Rusia 2018.
Berikut adalah petikan pidato Tavecchio setelah mundur dari FIGC, yang disarikan dari ESPN dan Evening Standard.
“Carlo Tavecchio harus bertanggung jawab akibat Gian Piero Ventura. Kita (Italia) gagal lolos ke Piala Dunia, dan itu sangat membuatku kecewa. Bukan sebagai presiden, tapi sebagai warga negara.”
“Italia bermain sangat buruk. Melawan pemain yang setinggi hampir dua meter, kita malah berulang kali melepas umpan silang. Kita seharusnya melawannya dengan memainkan pemain-pemain kecil. Ada sekitar 100 ribu penduduk Neapolitan di Milan, dan 20 ribu di antaranya ada di stadion. Bagaimana bisa seorang Lorenzo Insigne (penyerang Napoli) tidak dimainkan di sana?”
Lebih lanjut, Tavecchio kemudian membacakan semua pencapaian yang diraihnya semasa menjadi orang nomor satu di FIGC. Di antaranya adalah keberhasilan mengembangkan sepak bola wanita, meloloskan empat tim ke Liga Champions, restrukturasi di Coverciano, dan pemakaian VAR di Serie A.
“Apakah kita meloloskan empat tim ke Liga Champions karena saya memakai jaket biru hari itu? Bukan, tapi karena saya adalah orang pertama yang bicara ke UEFA dan FIFA. Apakah (Michele) Uva menjadi wakil presiden UEFA karena dia cantik? Dan anggota dewan FIFA, Evelina Christillin, terpilih juga karena cantik? Siapa yang membuatnya terpilih?”
Khusus untuk penggunaan VAR, Tavecchio mengklaim bahwa ia adalah salah satu orang pertama yang berbicara ke mantan presiden FIFA, Sepp Blatter, kalau sepak bola membutuhkan teknologi.
Lebih lanjut, Tavecchio juga membantah kalau para pelatih enggan menangani Gli Azzurri jika dirinya masih menjabat presiden FIGC.
“Saya sudah berbicara ke empat atau lima pelatih ternama, tapi mereka semua sibuk. Tidak ada satupun yang mengatakan tidak karena ada Tavecchio. Itu bohong, karena saya sudah berbicara ke mereka semua.”
Carlo Tavecchio memang dikenal sebagai sosok kontroversial di sepak bola Italia. Sebelumnya, ia juga sempat tersandung kasus rasisme karena menyebut pemain Afrika sebagai Opti Poba, yang berarti pemakan pisang.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.