Setiap kali memperbincangkan laga panas di kancah sepak bola, maka pertandingan yang melibatkan AC Milan kontra Internazionale Milano dalam tajuk Derby Della Madonnina, El Clasico yang mempertemukan Barcelona dan Real Madrid, serta Superclasico di antara Boca Juniors dan River Plate, pastilah masuk ke dalam daftar tersebut.
Tiga duel di atas mempunyai akar sejarah begitu kuat, dengan berbagai macam latar belakang seperti status sosial dan politik yang terlibat di dalamnya. Hingga saat ini pun, partai Derby Della Madonnina, El Clasico, dan Superclasico masih dianggap sebagai laga sepak bola yang tak boleh dilewatkan begitu saja.
Bergeser ke tanah Jerman, ada sebuah laga yang gaungnya begitu membahana di telinga penikmat sepak bola. Partai dengan label Der Klassiker itu mempertemukan dua klub paling sukses di sana yakni Bayern München dan Borussia Dortmund.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, bersama Hamburger SV, dua klub ini merupakan tim dengan gelimang prestasi paling lengkap di Jerman. Titel Bundesliga, Piala Jerman, Piala Super Jerman, Piala/Liga Champions, Piala UEFA/Liga Europa, Piala Winners, Piala Interkontinental/Piala Dunia Antarklub jadi barisan piala yang pernah dikoleksi salah satu atau bahkan keduanya.
Tak sampai di situ, masing-masing kesebelasan juga sangat andal dalam menelurkan bakat-bakat pesepak bola hebat yang kelak menjadi pemain utama di tim nasional Jerman. Dimulai sejak era Franz Beckenbauer dahulu sampai kini diwakili oleh Julian Weigl dan kawan-kawan.
Namun bila ditelusuri lebih jauh, partai sengit yang mempertemukan Bayern dan Dortmund sesungguhnya tidak benar-benar klasik macam Derby Della Madonnina, El Clasico, ataupun Superclasico. Bahkan ada sejumlah pengamat sepak bola yang menyebut bahwa Der Klassiker merupakan laga yang wujud rivalitasnya ahistoris.
Diakui atau tidak, opini tersebut memang cukup beralasan sebab tak ada partitur-partitur penting layaknya kultur, persaingan antarkota, ataupun sejarah masa silam yang menjadi benang merah sengitnya duel Bayern dan Dortmund. Orang-orang Jerman pun mengatakan jika Der Klassiker ‘hanyalah’ laga yang muncul akibat pencapaian kedua kubu di atas lapangan alias murni karena sepak bola.
Titik didih dari rivalitas yang terjadi antara Bayern dan Dortmund baru benar-benar terasa sejak era 1990-an silam. Kala itu, Dortmund yang sebelumnya ‘bukan siapa-siapa’, secara mengejutkan naik daun sebagai kekuatan baru di tanah Jerman dengan keberhasilan mereka mencaplok sejumlah gelar bergengsi.
Gelagat apik yang diperlihatkan Die Schwarzgelben itu mengusik dan menyakiti hati Bayern yang sedari awal jadi kesebelasan paling dominan di Jerman. Sejak saat itulah, tensi panas selalu menyeruak tatkala partai Der Klassiker berlangsung.
Uniknya, walau keduanya terlibat relasi panas di atas lapangan hijau, hubungan antara Bayern dan Dortmund di luar lapangan justru terkesan amat romantis. Bagaimana tidak, saat Dortmund mengalami krisis finansial di era 2000-an kemarin, Die Bayern yang notabene adalah tim saingan malah datang dengan sukarela mengulurkan tangan guna memberi bantuan.
Jumlah kepergian pemain dari Dortmund ke Bayern pun tak terhitung banyaknya karena hampir semua bintang dari klub yang bermarkas di Stadion Signal Iduna Park tersebut seringkali digoda untuk hengkang ke Stadion Allianz Arena. Tak heran bila Dortmund sempat dilabeli sebagai feeder club untuk Bayern karena para bintangnya selalu menyetujui tawaran hijrah.
Saya pun berani bertaruh, keadaan-keadaan di atas takkan muncul dengan begitu entengnya dalam rivalitas AC Milan-Internazionale Milano, Barcelona-Real Madrid dan Boca Juniors-River Plate. Sebab level kebencian dalam Derby Della Madonnina, El Clasico, dan Superclasico, berada pada titik yang lebih tinggi.
Walau tensi yang meliputi duel Der Klassiker tak seklasik beberapa pertarungan ternama antarklub di sejumlah liga Eropa, namun memandang remeh duel Bayern dan Dortmund bukanlah hal yang bisa diiyakan begitu saja. Partai ini tetaplah menarik untuk disaksikan dan layak buat senantiasa diperbincangkan sampai kapanpun.
Pada Sabtu ini (4/11), keduanya akan kembali bersua kembali dalam laga Der Klassiker jilid pertama di kompetisi Bundesliga 2017/2018 dengan Die Schwarzgelben akan bertindak sebagai tuan rumah.
Menyongsong partai ini, kondisi bertolak belakang justru terjadi di tubuh kedua tim. Dortmund yang dilatih Peter Bosz sedang mengalami periode yang kurang baik lantaran gagal menang di lima pertandingan pamungkas mereka di seluruh ajang. Sementara Bayern justru sedang menikmati grafik positif di tangan pelatih anyar rasa lama, Jupp Heynckes, usai mengemas lima kemenangan berturut-turut pada lima partai terakhir mereka.
Walau angin tampak bertiup ke kubu Bayern, tak menutup kemungkinan jika tim tuan rumah justru bisa meraih momentum bangkit dengan menggulung rivalnya tersebut. Ya, dalam kondisi apapun, persaingan klasik ahistoris Bayern dan Dortmund akan selalu berjalan dengan seru!
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional