Turun Minum Serba-Serbi

Saran dan Kritik untuk Indonesia Fantasy League Liga 1

Tak ingin ketinggalan dengan Fantasy Premier League (FPL) dan beberapa liga fantasi dari liga-liga top Eropa lainnya, Go-Jek Traveloka Liga 1 juga merilis gim serupa bernama Indonesia Fantasy League (IFL). Dimulai sejak putaran kedua, IFL telah dimainkan oleh ribuan pencinta sepak bola nasional.

Mengusung sistem poin yang serupa dengan liga-liga fantasi luar negeri, IFL sebenarnya juga dapat menjadi candu bagi para manajernya. Namun, ada beberapa kekurangan yang harus segera disempurnakan gim ini agar semakin realistis dan menarik banyak peminat.

Realistis, karena harga beberapa pemain di gim ini kurang sesuai dengan performa pemain di atas lapangan. Boaz Solossa salah satunya. Musim ini jumlah golnya tak terlalu banyak, tapi kapten Persipura Jayapura ini dibanderol harga 14,7. Meski ia menjadi pemain dengan jumlah asis terbanyak saat ini, daya tarik utama seorang penyerang di liga fantasi adalah gol, dan Boaz tidak memilikinya musim ini.

Bandingkan dengan Sylvano Comvalius yang tampil buas bersama Bali United, atau Ilija Spasojević yang menjadi andalan baru Bhayangkara FC. Keduanya merupakan pemain dengan rataan gol terbaik musim ini, tetapi hanya dihargai 9,00. Sangat murah dan tentunya menjadi pemain yang laris diburu para manajer IFL hampir setiap pekannya.

Tampaknya, pengembang gim ini masih menggunakan database pemain di liga fantasi Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016 lalu. Di musim itu, Boaz dan beberapa pemain lainnya seperti Esteban Vizcarra, Cristian Gonzales, dan Marcel Sacramento memang tampil beringas, sehingga wajar dibanderol dengan harga tinggi. Namun, ketiganya musim ini kalah pamor dengan para pemain baru.

Nah, harga pemain baru inilah yang kemudian menjadi perdebatan. Para pemain yang baru menjalani musim pertamanya (atau yang kembali lagi setelah hengkang sekian lama), selain marquee player di Liga Indonesia, pengembang gim menetapkan harga yang sama, yaitu 9,00. Kebijakan ini menurut saya kurang tepat, karena tidak sesuai dengan kenyataan terkini.

Tribes bisa memperkirakan, ada berapa banyak manajer yang berani memasang Boaz atau Vizcarra, yang mana harga mereka melambung tinggi tapi jumlah gol atau asis mereka tidak merata tiap pekannya. Dengan dana 100 di setiap pekan, memasang pemain dengan banderol lebih dari 11 adalah perjudian yang sangat besar.

Perkecualian memang terjadi untuk beberapa pemain seperti Wiljan Pluim atau William Pacheco, karena keduanya tetap tampil menawan musim ini. Namun, menurut saya, sebaiknya harga pemain disesuaikan lagi dengan performa terkini para pemain. IFL baru dimulai di putaran kedua, dan seharusnya pengembang gim tidak kesulitan melakukan hal ini ketika hendak merilisnya.

Perlu beberapa fitur tambahan

Dengan jumlah peminat yang cukup banyak, IFL Liga 1 memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi gim populer di kalangan pencinta sepak bola. Namun, untuk ke depannya, mereka harus menambahkan beberapa fitur untuk memudahkan para penggunanya.

Merujuk pada fitur-fitur di FPL, ada baiknya IFL Liga 1 juga mencantumkan fitur untuk mencari pemain dengan harga yang sesuai dengan sisa uang. Itu akan sangat memudahkan manajer untuk memilih pemain mana yang akan dipasang. Keterangan tentang sang pemain tidak harus selengkap FPL seperti kemungkinan mencetak gol atau peluang di pertandingan itu, karena susunan pemain di IFL tiap pekannya berganti.

Kedua, membuat gim ini tersedia di ponsel dengan pengadaan fitur private league mungkin juga akan sangat berguna. Saat ini, IFL menganut sistem klasemen nasional dengan hadiah jersey klub di tiap pekan untuk manajer terbaik di minggu itu. Bentuk promosi yang bagus sebenarnya, tapi akan semakin seru jika para manajer dapat membuat liga sendiri dengan hadiah yang mereka tentukan sendiri, seperti liga-liga mini di FPL.

Terakhir, adalah tentang sistem penggunaan dana. Di IFL manajer tidak bisa menggunakan dananya sampai habis untuk membeli pemain, harus tersisa 0,20 atau 0,30 agar bisa mendaftarkan timnya. Artinya, dana yang tersedia bagi para manajer tidak 100 bulat, dan ini salah satu poin penting yang harus diperbaiki ke depannya.

Dengan budget 100, hanya diharuskan memilih 11 pemain, dan dapat mengganti semua pemain tiap pekannya, sebenarnya membuat gim ini lebih mudah dibanding FPL. Oleh karena itu, semoga musim depan pengembang gim IFL Liga 1 dapat melakukan beragam perubahan agar gim ini semakin menarik untuk dimainkan.

Ayo, bentuk dan susun tim fantasimu. Jadilah juara setiap pekan!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.