Eropa Lainnya

Phillip Cocu: Dulu Gelandang Serbabisa, Kini Juru Taktik Andal

Belanda bukan hanya terkenal sebagai penghasil pemain-pemain sepak bola kelas dunia, melainkan juga juru taktik andal. Nama-nama seperti Rinus Michels dan kemudian Johan Cruyff, adalah dua orang yang mengubah cara dunia memandang taktik sepak bola.

Kini, salah satu juru taktik lihai yang masih menunggu kesempatan menangani tim di luar Belanda adalah Phillip Cocu. Ia adalah pelatih hebat yang memimpin PSV Eindhoven menguasai Eredivisie 2017/2018 ini.

Cocu dianggap cukup berhasil mengembangkan beberapa pemain muda PSV, salah satunya Memphis Depay. Sepeninggal Memphis, Cocu kini mengembangkan nama-nama lain seperti Adam Maher dan Marco van Ginkel. Para gelandang ini cukup beruntung bisa berguru dari salah satu gelandang tangguh semasa aktif sebagai pemain dulu.

Sebagai pemain, Cocu dikenal sebagai sosok gelandang agresif dan serbabisa. Dengan kelebihan berupa kaki kiri yang kuat, pemain ini bisa juga dipasang sebagai bek kiri maupun penyerang sayap kiri. Keberadaan Cocu di lini tengah melengkapi lini tengah setiap klub yang dibelanya dan tentu saja tim nasonal Belanda.  Lahir di Eindhoven pada 29 Oktober 1970, masa remaja Cocu dihabiskan di akademi AZ Alkmaar sebelum pindah ke Vitesse Arnhem pada tahun 1990.

Di Vitesse-lah, bakatnya terlihat jelas oleh publik sepak bola Belanda, tak terkecuali pelatih tim Oranje, Dick Advocaat. Pelatih tersebut bahkan memanggilnya untuk mempersiapkan tim Belanda yang akan dikirim ke Piala Dunia 1994. Pada saat itu, usia Cocu masih 23 tahun. Sayang, ia gagal terpilih untuk berangkat ke Amerika Serikat. Pada akhirnya, sang pemain harus menunggu dua tahun lagi untuk melakukan debut internasionalnya.

Pada usia 24 tahun, ia akhirnya memutuskan untuk pindah ke kota kelahirannya, Eindhoven. Klub kota tersebut, PSV, rela membayar klausul pelepasan kontraknya dari Vitesse. Ia kemudian membantu PSV untuk meraih gear juara Eredivise 1996/1997.  Tiga tahun kemudian, Barcelona pun mengangkutnya ke Liga Spanyol.

Barcelona pada saat itu mengalahkan para peminat lain seperti Real Madrid, Lazio, dan Internazionale Milano untuk mengamankan tanda tangan Cocu. Pria bertinggi badan 182 sentimeter ini bermain selama enam tahun di Camp Nou. Namun, hanya satu gelar juara La Liga berhasil dipersembahkannya untuk klub Catalonia tersebut.

Penampilan gemilangnya di Barcelona akhirnya membuahkan panggilan ke Piala Dunia. Cocu merupakan salah satu pilar De Oranje yang tampil impresif di Piala Dunia 1998. Sayang, mereka gagal melangkah ke final setelah dikalahkan Brasil lewat adu penalti.

Baca juga: Tidak Ada Air Mata untuk Belanda

Cocu kembali ke PSV pada tahun 2004. Sebagai pemain dengan segudang pengalaman, ia pun dipercaya menjadi kapten. PSV sukses mendominasi Eredivise dengan keluar sebagai juara tiga tahun berturut-turut. Setelah itu, Cocu yang sudah berusia 37 tahun memutuskan untuk menghabiskan tahun terakhir kariernya di Timur Tengah. Ia membela Al-Jazira di Liga Uni Emirat Arab selama setahun, sebelum akhirnya gantung sepatu pada tahun 2008.

Setelah gantung sepatu, Cocu tak membuang-buang waktu untuk beristirahat. Minat besarnya kepada dunia kepelatihan mengantarkannya ke kursi asisten pelatih Bert can Marjwik di tim nasional Belanda untuk Piala Dunia 2010. Meski lagi-lagi menjadi saksi kegagalan Belanda di final, sedikit banyak ilmu kepelatihannya pun bertambah. Cocu akhirnya memperoleh lisensi untuk melatih pada tahun tersebut.

Panggilan dari PSV pun datang pada tahun 2012. Pada saat itu, klub Eindhoven tersebut baru saja memecat pelatih mereka, Fred Rutten. Cocu pada awalnya hanya ditugaskan sebagai pelatih sementara. Musim pertamanya membuahkan gelar juara Piala Belanda musim 2012/2013, sehingga kontraknya pun diperpanjang.

Lanjutan cerita kepelatihan Cocu di PSV pun diwarnai beragam kesuksesan. Ia mengantarkan klub milik perusahaan Phillips ini menjuarai Eredivise dua kali, yaitu musim 2014/2015 dan 2015/2016. Meski gagal keluar sebagai juara di musim 2016/2017, Cocu masih dipertahankan, terutama karena kelihaiannya memotivasi pemain-pemain muda.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.