Eropa Inggris

154 Tahun FA: Momentum Tepat Kebangkitan Sepak Bola Inggris

Pada tanggal 26 Oktober tahun 1863, di Freemason Tavern, London, sebanyak 12 klub melakukan pertemuan untuk membahas kemungkinan mendirikan badan organisasi sepak bola Inggris. Kejadian ini tercatat sebagai momentum didirikannya asosiasi sepak bola tertua di dunia yang kemudian diberi nama Football Associations atau FA.

Sebanyak 12 klub sepak bola mengirimkan perwakilan mereka untuk mengikuti pertemuan yang digelar di Freemasons Tavern, yang berada di wilayah Long Acre, London. 12 Klub ini bertemu untuk menyepakati perangkat dan peraturan yang nantinya akan digunakan sebagai fondasi terbentukan kompetisi sepak bola di Inggris.

Kesebelasan-kesebelasan yang hadir adalah Barnes, Crystal Palace, Civil Service Crusaders, Forest of Leytonstone, Kilburn, Blackheath, Kensington School, Percival House, Surbton, Blackheath Proprietary School, serta Charterhouse yang kemudian tidak sepakat untuk bergabung.

Sudah 154 tahun sejak pertemuan yang digelar di Freemasons Tavern, FA dan sepak bola Inggris mengalami masa indah maupun sulit. Mulai dari menjuarai Piala Dunia pada tahun 1966, hingga kenyataan pahit tidak berhasil melaju ke babak utama Piala Eropa pada tahun 2008. Dan di hari peringatan lahirnya badan sepak bola tertua di dunia ini, menjadi momentum yang tepat untuk negara yang mendaku sebagai pencipta sepak bola ini untuk bangkit dari keterpurukan.

Kredit: FA

Sepak bola Inggris sedang berada dalam tahapan yang baik

Sepak bola Inggris saat ini boleh dibilang sedang berada dalam tahapan yang sangat bagus sebab tim muda mereka berhasil meraih prestasi bergengsi. Tim U-20 Inggris berhasil menjuarai Piala Dunia usia muda yang digelar di Korea Selatan pada Juni lalu. Di saat yang bersamaan, tim U-19 Inggris berhasil memenangkan Turnamen Toulon.

Di Piala Eropa U-21 pun, sebenarnya mereka tampil baik dan melaju hingga semifinal. Hingga pada babak tersebut, mereka dikalahkan oleh Jerman yang kemudian keluar sebagai juara. Pencapaian yang diraih oleh tim muda Inggris sedikit memberikan tanda bahwa pembinaan usia muda mereka berada di jalan yang tepat.

Para pesepak bola Inggris, terutama yang berusia muda, sudah berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Memang masih ada beberapa kebiasaan di mana media di sana terlalu mudah memberikan penilaian yang begitu tinggi kepada seorang pemain muda, sehingga ia cepat layu. Tetapi secara keseluruhan, generasi sepak bola Inggris berada di tahap yang boleh dibilang lebih baik dari generasi sebelumnya.

Baca juga: Cara Jerman Mengembangkan Sepak Bola dan Upaya Inggris Meniru Langkah Serupa

Sosok Harry Kane menjadi ikon dari kebangkitan sepak bola Inggris itu sendiri. Meskipun masih mendapatkan banyak keraguan, kemampuan seorang Harry Kane harus diakui sudah mencapai level Eropa. Ia tidak lagi “jago kandang” atau hanya bermain bagus di kompetisi domestik saja. Dalam laga Liga Champions melawan Real Madrid, Kane tampil sangat baik, bahkan kemampuannya pun dipuji oleh banyak pihak di seantero Eropa.

Juga prestasi lain yang diraih oleh bocah ajaib, Marcus Rashford. Penyerang muda Manchester United tersebut melesat dan meraih posisi ketiga dalam penghargaan Golden Boy atau pemain muda terbaik Eropa pada tahun 2017 ini. Rasanya setelah sekian lama, akhirnya ada nama dari sepak bola Inggris. Sebelumnya, para pemenang atau bahkan sekadar nominasi penghargaan pemain muda terbaik, didominasi oleh Liga Spanyol dan Jerman.

Fenomena ini juga diperkuat dengan bagaimana kesebelasan-kesebelasan asal Inggris mulai kembali tampil baik di kompetisi Eropa. Seperti yang diketahui sebelumnya, tim-tim asal Inggris lebih banyak melakukan kekonyolan ketimbang prestasi. Kesuksesan Manchester United meraih gelar Liga Europa musim lalu juga menjadi salah satu acuan penting.

Fenomena ini hampir serupa dengan yang terjadi ketika sepak bola Jerman bangkit dan menyalip dominasi sepak bola Spanyol. Setelah kesuksesan meraih Piala Dunia pada tahun 2010, lalu memenangkan Piala Eropa dalam dua edisi beruntun di tahun 2008 dan 2012, sepak bola Spanyol sempat agak padam. Bakat-bakat sepak bola negara tersebut seakan padam, dan mulai digantikan generasi baru sepak bola Jerman, seperti Thomas Müller, Marco Reus, Mario Götze, dan Mesut Özil.

Kemunduran sepak bola Jerman sendiri sudah terlihat dengan bagaimana dua tim terkuat negara tersebut, FC Bayern Mïnchen dan Borussia Dortmund mulai kepayahan tampil di Eropa. Bahkan, FC Bayern seakan kehilangan wibawa mereka setelah dikalahkan Paris Saint-Germain. Dortmund juga kini kembali terancam ditinggal oleh bintang-bintang mereka, dan memungkinkan hijrah ke negara lain, dengan Inggris sebagai tujuan utama.

Sementara sepak bola Spanyol, sedang dalam kondisi stagnan mengingat rivalitas antara Real Madrid dan Barcelona semakin kuat. Inggris akan menghadapi persaingan berat dari Prancis, yang sudah diketahui juga menelurkan bakat-bakat hebat. Karena sudah terlihat dalam perebutan Golden Boy saja, dua nama asal Prancis, Ousmane Dembele dan Kylian Mbappe, berada di dua posisi teratas mengalahkan Rashford yang merupakan perwakilan sepak bola Inggris.

Meskipun memang memiliki banyak potensi besar untuk bangkit, sepak bola Inggris mesti memerhatikan banyak poin lain seandainya memang mereka ingin kembali menjadi poros sepak bola secara global. Karena seperti yang kita semua sudah tahu, Inggris sudah terkenal sebagai pembunuh ekspektasi.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia