Sejak beberapa minggu yang lalu, Mesut Özil terus-menerus menjadi bulan-bulanan kritik. Tak hanya dari media dan suporter, bahkan ada legenda Arsenal yang dengan frontal menyerang pemain asal Jerman tersebut. Namun, tidak semua mantan pemain menyerang Arsenal menyerang Özil. Robert Pires justru melakukan pembelaan terhadap Özil.
Martin Keown, mantan pemain Arsenal, menyerang Özil secara terbuka. Serangan tersebut berawal dari sikap pemain berusia 28 tahun yang masih enggan membicarakan potensi perpanjangan kontrak. Özil bahkan dikabarkan akan hengkang di bulan Januari nanti, atau paling lambat di akhir musim dengan status bebas transfer
Mengetahui situasi tersebut, tanpa tedeng aling-aling, Keown menyerang Özil dalam sebuah wawancara dengan BBC Radio 5 Live. “Saya rasa, Özil menguji kesabaran Arsene Wenger lebih keras ketimbang pemain lainnya. Tiba-tiba ia cedera ketika hanya bermain selama sembilan menit saat melawan West Bromwich Albion (WBA). Jadi, karena hanya bermain selama sembilan menit, bagaimana ia bisa cedera?”
“Menurut saya, di bagian tertentu, ia sudah merasa tak bersama Arsenal lagi. Secara psikologis, secara mental, ia sudah meninggalkan sepak bola (Arsenal). Mungkin saat ini Wenger tengah berusaha mendapatkan kompensasi terbaik dari dirinya,” tambah Keown. Secara khusus, Keown juga menegaskan bahwa Özil sudah seperti “alat yang rusak”. Sebuah serangan yang bakal membuat kuping Özil terasa panas.
Tidak senada dengan mantan rekan satu timnya, Pires justru merasa Arsenal, dan para pemain lainnya, tidak menunjukkan kesatuan yang dibutuhkan. Mantan pemain berdarah Prancis tersebut menyebut Özil sebagai seorang “prajurit yang ingin memenangi sesuatu” namun tengah dibuat frustasi oleh kinerja The Gunners di jendela transfer.
“Özil adalah sosok prajurit yang ingin memenangi sesuatu, dan saat ini ia menunjukkan ekspresi kecewa karena Arsenal tidak mampu membangun skuat yang bisa memenangi sesuatu. Arsenal hanya mengeluarkan uang untuk membeli Alexandre Lacazette. Kebijakan itu tak cukup untuk berkompetisi di level tertinggi,” tegas Pires kepada Sport Bild.
Ucapan Pires memang seperti menemukan kebenarannya, ketika Arsenal sangat kesulitan untuk bersaing, setidaknya, di empat besar Liga Primer Inggris saat ini. Bahkan, kekalahan terkahir di tangan Watford semakin menunjukkan bahwa skuat Arsenal tak cukup bagus untuk berkompetisi di level paling tinggi.
Dan di tengah keterpurukan tersebut, banyak suporter yang terlalu mudah menyalahkan Özil yang “terlihat” sering kehilangan minat bermain ketika Arsenal kalah. Memang, Özil tak sepenuhnya bebas dari dosa. Tetapi, sungguh tidak bijak apabila hanya menuding Özil sebagai biang kekalahan. Secara kolektif, Arsenal memang tidak bermain sebagai sebuah kesatuan.
Masalah yang dihadapi Arsenal bukan hanya sebatas Özil seorang. Masalah Arsenal terlalu kompleks, mulai dari pelatih yang jago mengambil keputusan yang salah, hingga banyak pemain yang tak berada dalam performa terbaik.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen