Didatangkan dari Bayer Leverkusen senilai 22 juta euro dengan predikat sebagai pengoper andal plus raja tendangan bebas, Hakan Çalhanoğlu justru gagal menunjukkan performa terbaiknya di awal musim bersama AC Milan. Dari tujuh laga yang telah dilakoninya di Serie A, ia hanya memiliki 374 menit bermain dan baru menyumbang satu asis.
Apa yang terjadi pada Çalhanoğlu benar-benar di luar ekspektasi Vincenzo Montella sekaligus para Milanisti yang baik hati. Sebagai salah satu rising star di Bundesliga, pemain asal Turki ini diharapkan dapat menjadi jenderal baru di lini tengah Milan untuk menggantikan Riccardo Montolivo yang mulai menua. Namun, kenyataannya sejauh ini jauh panggang dari api.
Dalam dua bulan pertama, pria berusia 23 tahun ini memang sudah bermain tujuh kali di Serie A, tetapi tiga di antaranya dimulai dari bangku cadangan, dan baru menyumbang satu asis. Lebih parah lagi, ketika Milan kalah dari AS Roma dua pekan yang lalu, Çalhanoğlu mendapat kartu merah yang membuatnya harus absen di Derby Della Madonnina.
Dalam petikan wawancaranya di La Gazzetta dello Sport, Çalhanoğlu mengakui bahwa masa adaptasinya di Milan tidak berjalan dengan mudah. “Sulit untuk kembali ke performa terbaik setelah empat bulan tidak bermain karena hukuman. Apalagi, di sini (Milan) aku tidak punya penerjemah, tetapi aku selalu berusaha memahami perintah pelatih.”
Sebelum hijrah ke Milan, Çalhanoğlu memang sempat vakum dari lapangan hijau selama empat bulan ketika masih berseragam Bayer Leverkusen. Terhitung dari bulan Februari hingga Juni 2017 ia dipaksa absen, akibat pelanggaran kontrak muda ketika bermain di Karlsruhe SC.
Dalam pernyataan yang dirilis FIFA, Çalhanoğlu melanggar kontrak muda karena ia sebenarnya telah menyetujui surat kepindahan dari Karlsruhe ke Trabzonspor pada 2011 lalu. Namun, kenyataannya ia tak pernah kembali ke Liga Turki, hingga direkrut Hamburger SV sebelum dibeli Bayer Leverkusen pada 2014.
Empat bulan memang rentang waktu yang sangat lama untuk menghilang dari lapangan hijau, dan bolehlah itu menjadi alasan bagi Çalhanoğlu yang belum tampil memuaskan sejauh ini bersama I Rossoneri. Akan tetapi, sampai kapan alasan ini akan terus diapungkan?
Di skuat Milan saat ini, hanya Montolivo dan Çalhanoğlu yang memiliki kemampuan untuk mengatur ritme permainan. Manuel Locatelli dan José Mauri masih terlalu muda, sedangkan Giacomo Bonaventura lebih beringas jika ditempatkan lebih ke depan. Begitu pula dengan Franck Kessié yang lebih bertipikal penjelajah.
Mau tak mau, suka tidak suka, Çalhanoğlu harus segera “memotong” masa adaptasinya, karena Milan sangat butuh sentuhan terbaik dari pemain asal Turki ini secepatnya. Dengan semakin menuanya Montolivo dan keringnya poin yang didapat Milan di Serie A dalam tiga pekan terakhir, umpan-umpan presisi serta eksekusi tendangan bebas mematikan dari Çalhanoğlu akan sangat dinantikan.
Jumat dini hari esok, Milan akan menjamu AEK Athens dalam lanjutan Liga Europa. Jika memang Serie A masih terlalu sulit untuk ditaklukkan Çalhanoğlu, setidaknya ia bisa memulai kiprah positifnya di kompetisi Eropa, yang sejauh ini telah diukir dengan satu gol dan dua asis.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.