Nasional Bola

Calon Juara Liga 1: Persipura Jayapura

Sempat terseok-seok di awal musim, kini Persipura Jayapura telah kembali ke habitatnya di papan atas. Dalam lima pekan tersisa, klub asal Papua ini dapat menjadi ancaman tersendiri bagi pemuncak klasemen, walaupun terpaut enam poin dari Bhayangkara FC.

Apa yang membuat tim asuhan Wanderley Junior ini tetap layak diperhitungkan sebagai kandidat juara? Berikut ini adalah ulasannya, yang kami racik berdasarkan performa Persipura musim ini:

Kredit: Persipura Jayapura

Kelebihan

Persipura adalah Barcelona-nya Indonesia. Sebuah persamaan yang tidak berlebihan, karena kedua klub tersebut memang bertumpu pada dua hal teknis yang sama di setiap musim, yaitu pembinaan pemain muda dan kebersamaan tim.

Baca juga: Kembalinya Sepak Bola Gembira Ala Persipura Jayapura

Berlokasi di pulau yang terkenal sebagai akademi alami untuk mengembangkan bibit pemain muda, Persipura tak pernah kehabisan talenta lokal untuk diorbitkan ke tim utama. Di Go-Jek Traveloka Liga 1 saat ini, ada Prisca Womsiwor, Marinus Wanewar, Yan Pieter Nasadit, hingga Osvaldo Haay, yang merupakan pemain binaan Persipura.

Penggunaan pemain muda hasil akademi ini dapat berdampak pada chemistry mereka ketika dimainkan di tim utama. Berbekal waktu bermain bersama yang sudah cukup lama, mereka tak perlu membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi dengan tim. Itulah yang menjadi kelebihan Persipura tiap musimnya.

Di Persipura, para pemain inti mereka saat ini sudah cukup lama bermain bersama. Ricardo Salampessy, Yustinus Pae, Ian Louis Kabes, dan Boaz Solossa sudah bermain untuk klub yang sama hampir satu dekade lamanya. Kerangka tim yang tak banyak berubah inilah yang membuat Persipura selalu dapat memainkan ciri khas mereka, yakni permainan cepat dari kaki ke kaki.

Kredit: Persipura Jayapura

Kekurangan

Penyerang-penyerang Persipura memang dahsyat. Addison Alves sudah mengemas 15 gol, kemudian Prisca Womsiwor, Boaz Solossa, dan Ferinando Pahabol secara berturut-turut mencetak tujuh, enam, dan lima gol. Sayangnya, ketajaman para juru gedor Mutiara Hitam tidak diikuti dengan meratanya sumber gol di kesebelasan berbaju merah-hitam ini.

Dari 21 pemain outfield yang telah dimainkan sejauh ini, memang ada 13 pemain yang sudah mencetak gol, tetapi jumlah gol mereka sangat bertumpu pada para penyerang. Lini kedua yang seharusnya bisa menjadi solusi kebuntuan, hanya menyumbang nama Ian Louis Kabes dan Osvaldo Haay yang menjadi pencetak gol terbanyak di posisi itu, tapi masing-masing hanya berjumlah tiga gol.

Bagaimana dengan lini belakang? Hanya Ricardo Salampessy, Ruben Sanadi, dan Anis Tjoe yang pernah mencatatkan namanya di papan skor. Itu pun berjumlah tak lebih dari dua. Padahal, bek tengah bisa menjadi pemecah kebuntuan saat Persipura menghadapi situasi bola mati. Kegagalan mencetak gol ke gawang PSM dan Madura United di kandang sendiri contohnya. Ketika lini depan tumpul, para bek dan gelandang tak bisa diharapkan mendulang gol.

Keadaan inilah yang ditakutkan akan menghambat upaya Persipura untuk mengejar titel juara. Dengan selisih enam poin, Mutiara Hitam tidak bisa hanya mengharapkan para juru gedor mereka untuk terus mencetak gol, tapi juga dibarengi dengan ancaman dari lini kedua bahkan ketiga. Persija dan Barito Putera adalah contoh terbaik dari hal ini.

Pemain kunci

Yoo Jae-hoon (Kanan). Kredit: Persipura Jayapura

Yoo Jae-hoon

Addison Alves boleh memamerkan jumlah golnya, Boaz Solossa juga boleh berbangga dengan 12 asisnya, tetapi pemain yang akan menjadi kunci Persipura untuk mengejar titel juara musim ini adalah sang kiper yang telah mengabdi pada Persipura selama tujuh tahun lamanya, yaitu Yoo Jae-hoon.

Penjaga gawang berusia 34 tahun ini merupakan satu-satunya pemain yang tak tergantikan di Persipura dan selalu bermain di setiap pekan. Bersama Persija Jakarta, Persipura adalah klub yang tak pernah sekali pun mengganti kipernya musim ini.

Krusialnya peran Yoo Jae-hoon memang tak perlu diragukan lagi. Dengan 60 penyelamatan yang telah dilakukannya sejauh ini, ia membawa Persipura menjadi kesebelasan dengan jumlah kebobolan terminim di posisi lima besar, yakni hanya 30 gol. Bahkan, jika dilihat dari klasemen secara kesuluruhan, hanya Persija, Borneo FC, dan Persib yang kebobolan lebih sedikit dari Mutiara Hitam.

Pentingnya kehadiran Yoo Jae-hoon di bawah mistar gawang Persipura kurang lebih sama dengan Bayern München yang sangat bergantung pada Manuel Neuer. Top skor tim boleh absen, kreator gol suatu saat juga akan buntu, tetapi Yoo Jae-hoon harus tetap ada di daftar susunan pemain inti Persipura. Jika tidak, gawang Persipura akan sangat terancam.

Kredit: Persipura Jayapura

Potensi di pertandingan sisa

Jadwal sisa Persipura musim ini tergolong ringan. Asalkan mereka bisa meraup poin penuh di pekan ke-30, 31, dan 32, sedangkan empat tim di atasnya tidak melaju mulus, Persipura dapat memperpanjang napas mereka untuk memburu gelar juara hingga pekan ke-33 bahkan 34.

Dari lima laga tersisa, tiga di antaranya berstatus partai kandang, dan dalam tiga pekan ke depan Persipura akan sangat diuntungkan oleh faktor jarak. Setelah menjamu Persija, Imanuel Wanggai dan kolega akan bertandang ke markas Perseru, lalu kembali ke Jayapura untuk menjamu Arema FC. Untuk melakoni tiga partai hidup-mati ini, Persipura tidak perlu melakukan perjalanan jauh, karena tetap berkutat di Papua.

Jika ketiganya dapat dilalui dengan hasil sembilan poin, maka Persipura akan memiliki keuntungan lain, karena dua lawan sisa di atas kertas dapat ditaklukkan dengan mudah. Meski harus bertandang ke Pakansari, PS TNI jelas bukan lawan sepadan bagi Persipura, dan menutup musim dengan kemenangan di kandang sendiri melawan Sriwijaya FC bisa menjadi kado manis bagi para Persipuramania. Apalagi, jika trofi juara dapat kembali dibawa ke Stadion Mandala.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.