Pelan tapi pasti, Addison Alves menunjukkan bahwa dirinya adalah salah satu juru gedor asing paling bertaji di Go-Jek Traveloka Liga 1 2017. Torehan sebelas golnya dalam sembilan belas pertandingan bukanlah prestasi sembarangan, mengingat usianya yang tahun ini akan menginjak 36 tahun.
Persipura Jayapura terbilang beruntung mendatangkan pemain Brasil ini. Keputusan Mutiara Hitam menolak penggunaan marquee player dan memilih Addison sempat dipertanyakan. Semua orang tahu Persipura sudah banjir talenta di lini depan. Ditambah lagi usia sang pemain yang memang sudah tidak muda lagi.
Namun, Addison membuktikan diri. Bukan hanya tampil segar di setiap pertandingan, ia juga mampu beradaptasi dengan cepat dan menjalin kerja sama yang baik dengan Boaz Solossa dan Prisca Womsiwor di lini depan. Gol-golnya memang tidak langsung datang di pekan-pekan pertama kompetisi. Namun, setelah putaran kedua bergulir, Addison seperti meledak. Salah satu aksi briliannya adalah mencetak trigol ketika Persipura menggulung tim kuat, Bali United.
Pemain kelahiran Brasilia ini memang sudah tidak asing dengan sepak bola Indonesia. Maklum, ia sudah pernah membela PSIS Semarang dan Persela Lamongan sebelum membela Persipura. Perjalanan kariernya juga cukup berwarna karena melibatkan pengalamannya menjajal Liga Brasil, Spanyol, dan Thailand.
Sebelas tahun merasakan iklim sepak bola Spanyol
Banyak yang tak mengetahui beberapa catatan manis Addison Alves di masa lalu ditorehkannya di Spanyol. Pemain yang memulai karier di klub Brasil, Santa Maria ini, datang untuk pertama kali ke Spanyol dalam usia yang cukup muda, 21 tahun.
Pada tahun 2002, dirinya dikontrak Huracan, klub yang berlaga di liga regional Spanyol. Hanya bertahan setahun, Addison dibajak oleh sesama klub liga regional, Atletico Bembibre. Di klub inilah ia mencetak banyak gol di kompetisi kasta keempat Spanyol tersebut.
Ia mencetak lebih dari tiga puluh gol dalam semusim untuk Bembibre. Reputasinya ini membuat Cultural Leonesa tertarik dan mengontraknya untuk periode 2006 hingga 2008. Pengalaman bermain di Cutural, yang berkompetisi di Segunda Division B, lumayan mendewasakan Addison. Meski hanya sukses mencetak delapan belas gol dalam dua musim, ia sukses mencuri perhatian klub Segunda Division, Hercules Alicante.
Sayang, Hercules tak pernah memercayainya untuk memperkuat tim utama. Addison langsung dipinjamkan ke klub Segunda Division B lain, Cartagena. Sejak saat itu, banyak klub di ruang lingkup Segunda B yang ingin menggunakan jasanya. Selama lima tahun setelah direkrut Hercules, Addison selalu laris direkrut klub-klub kecil Spanyol. Berturut-turut, ia memperkuat Puertollano, Burgos, dan Coruxo.
Barulah pada tahun 2013, pemain berpostur 177 sentimeter ini mencoba tantangan baru. Ia mendarat di Semarang untuk memperkuat PSIS di kompetisi Divisi Utama, kasta kedua Liga Indonesia. Kerja samanya dengan playmaker Uruguay, Ronald Fagundez, membuahkan sembilan gol. Catatan ini memikat Persela Lamongan, klub yang akhirnya melambungkan namanya di sepak bola Indonesia.
Meski tampil cukup garang di Persela, Addison hanya bertahan setahun. Terhentinya Liga Indonesia dan godaan dari Liga Thailand membawanya ke Negeri Gajah Putih. Kepindahannya dipengaruhi keberadaan pelatih asal Brasil, Stefano Teco Cugurra, yang pada saat itu melatih Osotspa FC.
Pada usianya yang sudah di atas 30 tahun, Addison pun mengisi perjalanan karier di Thailand untuk memperkuat dua klub, PC Osotspa dan Royal Navy. Perjalanannya pun berakhir ketika Thai League dihentikan di tengah jalan pada akhir 2016 untuk menghormati suasana berkabung wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej.
Akhir cerita, Addison Alves memilih untuk kembali ke Indonesia pada awal 2017. Kali ini ia memilih Persipura sebagai tempatnya berlabuh. Pada usia 36 tahun, belum ada tanda-tanda gaya bermain Addison melambat atau melemah. Bisa jadi, ia akan menjadi pemain kunci Persipura dalam perjalanan merebut gelar juara Liga 1 2017.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’