Nasional Bola

Osvaldo Haay: Sekelebat Tari Yospan di Shah Alam

AFF 2004, nama Boaz Solossa ditahbiskan menjadi pemain masa depan Indonesia. Ia tajam, sangat percaya diri, dan penuh determinasi. SEA Games 2017, Osvaldo Haay, menegaskan bahwa Papua, adalah salah satu produsen pemain bintang untuk timnas Indonesia.

Laga Grup B SEA Games 2017 antara Indonesia melawan Thailand berakhir sama kuat, 1-1. Nuansa tegang sempat sedikit terasa sebelum pertandingan ini dimulai. Secara tradisi, Thailand adalah lawan berat untuk Indonesia. Kegamangan dan bayangan membuka SEA Games dengan kekalahan sempat terapung.

Namun, di atas lapangan, skuat asuhan Luis Milla justru tampil lebih tegas, setidaknya di 15 menit pertama. Beberapa kali, dua penyerang sayap Indonesia mendapatkan kesempatan untuk melepas umpan silang atau melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti. Agresif dan terlihat penuh percaya diri, Indonesia menekan Thailand.

Namun, skuat Gajah Putih tersebut nampaknya sudah terlatih dengan tekanan. Mereka meredam setiap peluang Indonesia dengan baik. Praktis, meski terus menekan di awal pertandingan, sebenarnya, Indonesia tak bisa dengan bersih mencapai gawang Thailand. Justru, di tengah usaha deras membuka pertahanan Thailand, Indonesia membuat kesalahan.

Kurniawan Kartika Aji, kiper skuat Garuda, salah mengantisipasi jalur bola. Bukannya menyongsong ketika bola hasil umpan silang kehilangan lajunya, Kartika Aji justru berusaha memetik ketika bola masih melayang dengan deras. Meski terlihat mudah digapai, bola seperti itu sulit untuk dijinakkan. Karena kiper harus merenggangkan punggung ke belakang sembari melompat dan membuka jari-jarinya.

Perlu ketepatan dan perhitungan. Blunder terjadi dan Thailand memimpin.

Setelah Thailand memimpin, Indonesia seperti kehilangan daya dobrak. Determinasi turun drastis dan hampir semua cara menyerang bisa dinetralkan barisan pemain Thailand. Salah satu cara yang masih digunakan Indonesia adalah memanfaatkan situasi satu lawan satu si sisi lapangan, di ruang yang cukup lebar.

Dan situasi ini membuat kemampuan Osvaldo Haay tertarik keluar.

Kredit: KL2017

Keberanian menerobos

Pemain berusia 19 tahun cukup tenang ketika situasi satu lawan satu terjadi. Sebenarnya, Osvaldo tak menunjukkan kekayaan trik olah bola untuk melewati lawan. Boleh dikata, ia efisien ketika harus meladeni bek lawan. Osvaldo hanya menggeser bola menjauhi lawan, lalu memanfaatkan akselerasi untuk mengejar bola.

Pun, Osvaldo bisa berpikir dengan cepat. Sehingga akselerasi dan perubahan arah membuatnya seperti menukik dengan tiba-tiba. Membuat lawan tertinggal satu langkah dan pemain Persipura Jayapura tersebut bisa menerobos dari sisi badan lawan. Keberaniannya menerobos merupakan senjata yang ampuh jika terus diasah.

Pemain yang rajin membaca Alkitab ini juga tak bingung ketika bermain di tempat sempit. Ia bisa mempertahankan bola, sembari mencari celah untuk menerobos. Meski dipepet tiga pemain Thailand misalnya, ia sempat berhenti bergerak selama kurang dari dua detik sebelum menggeser bola menjauhi lawan.

Berkat keberanian menerobos ini, Indonesia mendapatkan penalti. Bek Thailand, yang sudah terlanjur menjulurkan kaki sebagai respons gerakan tiba-tiba Osvaldo, tak bisa berbuat banyak. Laju kencang Osvaldo berbenturan dengan kaki lawan yang sudah terjulur.

Gerakan ini sangat sederhana. Ingat, semakin sederhana sebuah gerakan, maka tingkat bahaya justru meningkat. Contohnya adalah betapa efisiennya Cristiano Ronaldo di Liga Champions musim lalu. Ia tak lagi mengumbar banyak step-over. Ronaldo memanfaatkan teknik stop and go untuk mengelabuhi lawan dan mencapai ruang yang ideal untuk memaksimalkan peluang.

Apakah Osvaldo bisa seefisien Ronaldo memanfaatkan situasi? Jelas bisa. Syaratnya mudah: disiplin dan kerja keras.

Previous
Page 1 / 2