Beruntunglah para penikmat sepak bola di era 1990-an dan 2000-an. Salah satu kenikmatan menonton sepak bola pada masa-masa itu adalah duet Andy Cole dan Dwight Yorke di Manchester United. Chemistry kedua pemain tersebut di ini depan Setan Merah menyempurnakan keahlian David Beckham dalam mengirimkan umpan-umpan matang.
Selain Cole dan Yorke, tim asuhan Alex Ferguson ketika itu masih memiliki nama Ole Gunnar Solksjaer dan Teddy Sheringham. Akhirnya, Ferguson sering bergantian memasang duet ujung tombak di lini depan. Namun, yang paling duluan meraih kepercayaan sang pelatih adalah Cole.
Andrew Alexander Cole yang akrab dipanggil Andy Cole, sebenarnya merupakan produk akademi Arsenal. Namun, ia meninggalkan klub London Utara tersebut untuk mndapatkan lebih banyak kesempatan bermain. Namanya terangkat dalam satu setengah musim membela Newcastle United, yaitu pada musim 1993/1994 dan separuh musim 1994/1995.
Pemain kelahiran 15 Oktober 1971 ini berperan besar bagi pencapaian bersejarah Newcastle, yaitu finis di urutan ketiga Liga Primer Inggris 1993/1994 dan berhak tampil di kompetisi Piala UEFA pada musim selanjutnya. Kesempatan ini adalah penampilan pertama The Magpies di kompetisi antarklub Eropa selama lebih dari dua puluh tahun. Bersama klub berseragam putih-hitam tersebut, Cole tampil impresif dengan mencetak total 68 gol dalam 84 pertandingan.
Penghargaan sebagai pemain muda terbaik musim 1993/1994 membuat Manchester United tertarik untuk mendatangkannya. Niat Ferguson memboyong anak muda kelahiran Nottingham ini akhirnya kesampaian pada pertengahan musim 1994/1995. Cole menandatangani kontrak bersama Red Devils pada bulan Januari 1995, dengan mahar sekitar 7 juta paun plus Keith Gillespie.
Selama membela Manchester United, Cole telah berpasangan dengan beberapa pemain hebat di lini depan. Dari sang raja asal Prancis, ‘King Eric’ Cantona, hingga winger genius asal Rusia, Andrei Kanchelskis, dan tentu saja, trio Yorke-Sheringham-Solksjaer. Namun, yang paling berkesan bagi para pencinta sepak bola dunia adalah chemistry Cole dan Yorke.
Sejak kedatangan Yorke pada awal musim 1998/1999, duet ini menjelma menjadi salah satu duet penyerang paling mengerikan di Eropa. Bersama-sama, Yorke dan Cole mencetak 97 gol untuk Manchester United. Mereka juga memenangi tiga gelar Liga Primer Inggris, serta masing-masing satu Piala FA dan trofi Liga Champions.
Uniknya, baik Cole maupun Yorke gagal mencetak gol di final bersejarah Liga Champions 1999 melawan Bayern München. Namun, digantinya duet ini oleh Sheringham dan Solksjaer justru membawa tuah tersendiri bagi Manchester United. Seperti kita ketahui bersama, kedua pemain pengganti ini masing-masing mencetak gol di injury time untuk membalikkan keadaan menjadi 2-1. Red Devils akhirnya memenangi trofi juara Liga Champions keduanya pada saat itu.
Uniknya, sudah rahasia umum kalau Cole dan Sheringham saling membenci satu sama lain. Seperti pernah diberitakan The Independent, Cole menyimpan dendam sejak Sheringham dianggapnya berperilaku negatif kepadanya di tim nasional Inggris. Sejak saat itu, keduanya dikabarkan tak pernah saling bertegur sapa. Namun, keduanya tetap menjaga profesionalitas di tim yang mereka bela bersama. Kerja sama Cole dan Sheringham tetap terjalin baik di Manchester United maupun tim nasional Inggris.
Sejak kedatangan penyerang tajam asal Belanda, Ruud van Nistelrooy, baik Cole dan Yorke sama-sama tersingkir dari tim utama Manchester United. Cole akhirnya memilih untuk pindah ke Blackburn Rovers pada musim dingin 2001, disusul oleh Yorke enam bulan kemudian. Kerja sama keduanya berlanjut di klub tersebut, dan sempat membawa Blackburn finis di posisi enam musim 2002/2003.
Duet yang telah bersama selama enam tahun ini akhirnya berpisah jalan pada akhir musim 2003/2004. Yorke memilih Birmingham City, sedangkan Cole kembali ke klub masa remajanya, Fulham. Beberapa musim terakhir Cole dihabiskan dengan berpindah-pindah dari satu klub ke klub lain. Manchester City, Portsmouth, Birmingham City Sunderland, dan Burnley dalah deretan klub yang pernah dibelanya.
Pada usia 37 tahun, Cole akhinya menutup karier profesionalnya di klub kota kelahirannya, Nottingham Forest. Sepanjang sembilan belas tahun kariernya, ia menjadi pencetak gol terbanyak ketiga dalam sejarah Liga Primer Inggris dengan 187 gol. Sayang, pria keturunan Jamaika ini sangat jarang memperkuat tim nasional Inggris. Ia hanya pernah membela Three Lions sebanyak lima belas kali dengan catatan satu gol.
Pada 15 Oktober 2017, pemain yang memberi warna tersendiri kepada dunia sepak bola di dekade 1990-an ini berulang tahun yang ke-46. Ia sedang meniti karier untuk menjadi pelatih sepak bola, sambil sesekali terlihat di layar televisi sebagai komentator.
Happy birthday, Andy Cole!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.