Eropa Inggris

Warisan Class of 92 Manchester United pada Sosok Harvey Neville

Terkadang, bukan hanya benda yang bersifat materil saja yang diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Mimpi dan cita-cita juga bisa jadi merupakan sesuatu yang diturunkan dari seorang ayah kepada anaknya. Banyak orang tua berharap anak-anak mereka bisa melakukan sesuatu yang sudah mereka lakukan. Bahkan, harapannya justru bisa lebih baik.

Class of 92 milik Manchester United yang berisikan David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt dan Neville bersaudara memang memilki catatan karier yang luar biasa. Mereka masih disebut-sebut salah satu generasi terbaik yang diproduksi dari pembinaan usia muda sebuah klub.

Meskipun sudah tercatat dalam sejarah, sayang sepertinya mereka tidak bisa menurunkan warisan mereka kepada anak-anak mereka. Sementara para pemain angkatan mereka seperti Patrick Kluivert, Lilian Thuram, bahkan Zinedine Zidane, sudah melihat anak-anak mereka bermain di lapangan yang sama dengan mereka. Class of 92 sepertinya masih mencari-cari siapa sosok yang akan melanjutkan warisan mereka di dunia sepak bola.

Putra-putra David Beckham seperti lebih mewarisi kebiasaan sang ibu. Brooklyn, Romeo dan Cruz lebih sering terlibat dalam dunia non-sepak bola. Bahkan sang putra sulung, Brooklyn, sudah mematenkan profesinya sebagai seorang juru foto. Padahal Brooklyn sempat beberapa kali bermain untuk tim-tim level usia muda di Inggris sana. Tapi kemudian ia tidak melanjutkannya.

Sementara semua anak perempuan Gary Neville, tidak ada satupun yang bersentuhan dengan sepak bola. Anak lelaki dari Ryan Giggs dan Nicky Butt masih kecil dan belum ada tanda-tanda ia akan terjun di dunia sepak bola seperti ayah mereka. Pun dengan Aaron Scholes, putra gelandang legendaris, Paul Scholes, yang sepertinya akan memilih bidang lain.

Harapan justru muncul dari anggota Class of 92 yang paling inferior dan paling sering diremehkan, Phil Neville. Putranya, Harvey, sedang meniti karier di Spanyol.

Alumnus akademi Manchester City, kini tengah merajut karier bersama Valencia

Harvey merupakan putra sulung Phil, buah cintanya dengan Julie Killilea yang ia nikahi pada tahun 1999. Sama seperti kebanyakan pesepak bola yang menurunkan kecintaan mereka kepada anak-anaknya, Harvey kemudian ikut terjun di dunia sepak bola seperti sang ayah. Uniknya, meskipun sang ayah merupakan bagian besar dari sejarah Manchester United, Harvey justru menimba ilmu di akademi tim rival sekota, Manchester City.

Harvey berada di sana hingga tim kelompok usia di bawah 13 tahun. Prestasi terbaiknya adalah ketika berhasil membawa tim usia muda City menjadi juara di sebuah turnamen internasional usia muda yang digagas oleh Liga Primer Inggris. Ia berada satu angkatan atau satu tim dengan Shaqueel, putra dari Robin van Persie. Juga dengan dua putra kembar Darren Fletcher, Jack dan Tyler.

https://www.instagram.com/p/2D00e3AQQz/

Ketika sang ayah mendapatkan pekerjaan di Spanyol bersama Valencia, Harvey juga ikut hijrah dan di sana ia bergabung dengan tim muda Valencia. Tercatat saat ini, Harvey merupakan bagian dari tim Cadete A atau tim kelompok usia 15 sampai 16 tahun. Hebatnya, Harvey sekarang masih berusia 14 tahun. Dengan kata lain, ia bermain dengan rekan-rekan yang berusia satu atau dua tahun lebih tua dari dirinya.

Berbeda dengan sang ayah yang merupakan pemain di lini pertahanan, Harvey merupakan pemain yang lebih banyak beroperasi di area penyerangan. Ia cukup memiliki kemampuan yang baik untuk anak seusianya, serta kaki kiri dan kanan yang sama baiknya. Tekniknya semakin terasah karena ia menimba ilmu di sepak bola Spanyol. Anda bisa melihat salah satu buktinya ketika ia mencetak sebuah gol dari sepak pojok.

Melihat gaya bermain Harvey yang sepertinya jauh lebih baik secara teknik ketimbang sang ayah, ditambah pengalaman bermain di iklim sepak bola Spanyol, tentu harapannya karier sepak bolanya bisa terus melaju hingga level profesional.

Karena sementara ini, hanya ia yang akan menjadi tumpuan agar warisan Class of 92 bisa terus ada.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia