PSSI tak henti-hentinya mengocok perut penikmat sepak bola Indonesia. Setelah sempat ramai isu tanpa degradasi di Go-Jek Traveloka Liga 1, kini mereka menggebrak dengan komedi baru lebih segar! PSSI mengadakan jadwal play-off khusus untuk PSBK Blitar dan Persewangi Banyuwangi, jelang play-off Liga 2, untuk menentukan tim mana saja yang akan bertahan dan terdegradasi.
https://twitter.com/MafiaWasit/status/916867822843699200
Masalah bermula dari posisi di klasemen akhir Grup 6. Jika merunut pada regulasi, PSBK berhak lolos ke babak play-off dengan menempati peringkat empat di bawah Persik Kediri. Dengan kata lain, Persewangi yang finis di posisi lima harus terdegradasi ke Liga 3 musim depan. Namun, PSSI justru memutar-mutar regulasi dengan membuat play-off khusus bagi keduanya.
Untuk apa?
Di Liga Indonesia musim ini, apapun kastanya, diterapkan aturan head-to-head untuk menentukan tim mana yang lebih berhak di posisi tertinggi jika ada lebih dari satu tim yang memiliki poin sama. Aturan ini sebenarnya sudah menimbulkan banyak pertentangan sejak awal. Sebab, dari segi apapun, selisih gol sewajarnya dikedepankan lebih dulu, dan jika hasilnya masih sama dengan poin, maka baru dihitung dengan head-to-head.
Aturan head-to-head ini kemudian memicu perdebatan mengenai tim mana yang lebih berhak melaju ke babak play-off, antara PSBK Blitar dan Persewangi Banyuwangi. Jika PSSI tetap kukuh menggunakan aturan awal, maka PSBK-lah yang berhak mendapat peringkat empat, dan Persewangi terdegradasi. Sebagai informasi tambahan, kedua tim memiliki poin sama, yakni 18.
Di pertemuan pertama, PSBK menang 2-0 di Blitar, dan kalah 1-2 di pertemuan kedua yang diselenggarakan di Banyuwangi. Artinya, PSBK unggul agregat 3-2, dan jika merujuk pada aturan head-to-head, maka PSBK jelas lebih layak menempati peringkat empat ketimbang Persewangi. Di tabel klasemen, Persewangi hanya unggul selisih gol atas PSBK.
Kalaupun PSSI menerapkan “aturan khusus” di Grup 6 dengan melihat selisih gol, keputusan itu pun juga tak dapat diterima. Sebab, di Grup 3, situasi yang sama juga terjadi antara peringkat empat dan lima, dan aturan head-to-head tetap berlaku di grup tersebut.
Kedua kesebelasan di Grup 3 yang dimaksud adalah PSGC Ciamis dan Persibas Banyumas. Di klasemen akhir, keduanya memiliki poin sama (23), tapi yang harus turun kasta adalah Persibas, karena PSGC unggul head-to-head. Di pertemuan pertama, PSGC menang 1-0 di kandang, sedangkan saat melawat ke Banyumas hasilnya imbang 1-1
Lalu bagaimana jika dilihat dari selisih gol seperti yang terjadi antara PSBK dan Persewangi? Persibas lebih unggul dari PSGC karena mereka surplus dua gol, sedangkan PSGC hanya surplus satu gol. PSGC kalah selisih gol, tapi mereka berhak melaju ke babak play-off karena unggul head-to-head.
“Play-off khusus” nan komikal ini semakin menambah panjang catatan regulasi PSSI yang tidak konsisten. Setelah mengubah regulasi pemain asing di Liga 1 dan pembatasan usia pemain di Liga 2, PSSI juga sempat meniadakan regulasi kuota pemain U-23 di Liga 1. Kalau sudah begini, siapa yang sebenarnya cari sensasi?
https://www.instagram.com/p/BZ73kR0H3sm/
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.