Eropa Italia

Satu Dekade Marek Hamsik bersama Napoli: Tentang Cinta yang Bulat Sempurna

Selebrasi golnya selalu meledak, kegairahan yang meluap dan tumpah di atas lapangan. Ia bukan seorang pesepak bola, melain sosok prajurit terlatih. Ia tak akan berhenti berlari membawa panji biru berlogo Napoli. Ia adalah Marek Hamsik, nyawa, kapten, sekaligus kekasih sempurna Napoli. Sosok yang cintanya sudah bulat sempurna.

Satu dekade Hamsik bersama Napoli adalah soal cinta yang diuji berkali-kali. Bukan hanya ujian remeh seperti rayuan klub-klub kaya di Eropa, melainkan soal taruhan nyawa di depan moncong pistol para perampok. Dua kali sudah Hamsik mengalami pengalaman serupa, bahkan istrinya satu kali dirampok di kota Naples. Namun ia tak bergeming, bersetia dengan kekasih lapangan hijau.

Pengalaman dirampok di tengah jalanan bisa menjadi pengalaman yang traumatis. Apalagi, ketika tepat di antara kedua mata Anda, moncong pistol perampok menempel. Bahkan ketika Anda siap memberikan segala barang berharga, dengan sedikit gerakan gegabah, pistol perampok bisa menyalak. Dan Hamsik dua kali mengalami pengalaman buruk yang sama.

Perampokan yang pertama terjadi pada Desember 2008. Setelah berbelanja untuk keperluan Natal, Hamsik diadang dua orang bersenjata. Kedua perampok tersebut mengincar jam tangan yang dikenakan Hamsik. Lucunya, selang beberapa hari, kedua perampok mengembalikan jam tangan tersebut. Disebutkan bahwa keduanya baru sadar siapa sang pemilik jam tangan. Namun konon, sebenarnya, atas andil mafia Naples, jam tangan tersebut kembali ke Hamsik dengan utuh.

Pengalaman buruk yang sama terulang pada Februari 2013. Saat itu, Hamsik yang mengendarai BMW tengah terjebak kemacetan di Via Cinthia, dan bersiap masuk ke jalan tembus Tangenziale. Saat itu, tiba-tiba sebuah skuter, yang ditumpangi tiga orang mengenakan penutup kepala berhenti di samping mobil Hamsik.

Satu orang memecahkan kaca mobil di sisi kemudi, lalu menodongkan pistol ke wajah Hamsik sambil berkata bahwa ia menginginkan jam tangan Hamsik, merek Rolex Daytona yang berbanderol 10 ribu euro. Tak ingin celaka, Hamsik menuruti permintaan perampok dan memberikan jam tangan kesayangannya.

Selain Hamsik, istrinya pun pernah mengalami pengalaman kurang ajar tersebut pada tahun 2011. Martina, istri Hamsik, ditodong pistol sebelum mobilnya dibawa kabur perampok. Dan yang lebih mengerikan, saat itu, Martina tengah mengandung! Mobil yang dicuri berhasil dilacak menggunakan peranti lacak berbasis satelit.

Tiga kali perampokan menimpa keluarga Hamsik, namun cinta pemain asal Slovakia tersebut kepada kota Naples tidak luntur. Pernah dikabarkan bahwa ia merasa tidak nyaman karena kejadian tersebut. Apalagi istrinya yang tengah hamil mengalami pengalaman yang sama. Namun pada akhirnya, Hamsik tetap bertahan, bahkan menolak semua tawaran yang masuk. Tawaran dari banyak klub besar yang mungkin akan memberinya rasa aman.

Cinta yang hakiki

Hamsik tak menggubris segala tawaran akan rasa aman dari banyak klub kaya. Ia tak memalingkan muka dari rona molek kota Naples. Bagi Hamsik, kota ini adalah kota sepak bola. Fakta itu sudah seperti darah yang mengalir di dalam nadinya. Lewat Player’s Tribune, Hamsik mencurahkan cintanya dengan begitu gamblang.

“Di kota Naples, sepak bola adalah agama dan Stadion San Paolo adalah gerejanya. Napoli adalah satu-satunya klub di kota ini dan Neapolitans adalah bagian dari klub ini. Sepak bola adalah hal pertama yang mereka pikirkan ketika bangun di pagi hari. Sepak bola adalah hal yang mereka obrolkan sepanjang hari, dan sepak bola adalah hal yang akan mereka mimpikan ketika malam. Terkadang, di sini, sepak bola adalah satu-satunya hal yang paling penting.”

“Ketika Anda memenangi sesuatu di sini, rasanya lebih istimewa dibanding menang di tempat laindi dunia. Karena, ketika kami memenangi sesuatu, bukan tim saja yang merasakan kemenangan itu, melainkan seluruh kota. Hal itu yang membuat kemenangan di sini terasa begitu spesial.”

“Di Naples, saya adalah bagian dari komunitas di sini, bagian dari keluarga, yang mana terasa begitu spesial di hati saya. Sebagai pesepak bola, saya harus merasakan hal yang lebih melebihi besarnya gaji atau memenangi trofi. Kota Naples memberi saya “hal yang lebih itu”, dan saya akan selalu mensyukurinya.”

Anda bisa membayangkannya. Dua kali dirampok, istri Anda yang tengah hamil mengalami pengalaman yang serupa. Namun Anda tetap mencintai kota yang hampir membunuh Anda. Sikap setia yang sama tak bisa ditunjukkan Edinson Cavani, yang segera hengkang setelah istrinya juga ditodong oleh perampok.

Hamsik jelas menyadari bahaya yang akan selalu mengintai di salah satu kota paling berbahaya di Italia tersebut. Namun, Hamsik mencintainya. Ia mencintai segala detail Kota Naples; keindahan bangunan kunonya, kegilaan masyarakatnya akan sepak bola, dan San Paolo yang legendaris. Hamsik mencintai Naples dan Napolo secara utuh. Ia menyatu dengan roda kehidupan, dinamika kota itu.

Satu dekade Hamsik bersama Napoli adalah sajian cinta yang hakiki, sebenar-benarnya. Cintanya bulat sempurna, tidak cacat, tidak bercela. Kelak, suatu saat, ketika memutuskan hengkang, atau mungkin gantung sepatu, Hamsik tak pernah benar-benar meninggalkan Naples. Ia akan melebur, mungkin moksa bersama gemuruh San Paolo ketika malam pertandingan.

Cinta yang bulat sempurna, cinta yang menguatkan!

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen